Dalam al-Qur'an, Allah Swy menyebutkan kata jahiliyah sebanyak 4 kali. Macam-macam ragamnya tetapi semuanya harus kita hindari.
Pertama, Ada jahiliyah dalam hukum (hukm al-jahiliyyah). Yaitu penerapan hukum-hukum jahiliyah dalam kehidupan sehari-hari. Allah Swt. telah mengingatkan:
Artinya:
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (QS. al-Ma'idah: 50)
Kedua, jahiliyah dalam gaya hidup (tabarruj al-jahiliyyah). Seperti dalam hal berpakaian, mode dan lain sebagainya. Allah Swt. berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ
Artinya:
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu". (QS. al-Ahzab: 33)
Ketiga, jahiliyah pemikiran/persangkaan (zhann al-jahiliyyah). Allah Swt. mengingatkan:
وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ
Artinya:
“Sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?.” Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.” (QS. Ali Imran: 154)
Keempat, jahiliyyah perilaku (hamiyyah al-jahiliyyah), seperti bersikap ashabiyyah, pergaulan bebas dll. Allah Swt memfirmankan:
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya:
“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya.” (QS. al-Fath: 26)
Penting diwaspadai, sebab jebakan-jebakan jahiliyah ini tak hanya menimpa orang-orang awam, tapi kadang bahkan menghinggapi mereka yang mengklaim dirinya ulama, intelektual, cendekiawan Muslim.
Sehingga, Buya Hamka membagi ulama menjadi 4 macam:
1. Ulama yang Meninggal
Para ulama yang telah meninggal, dari mereka kita dapat mengambil banyak pelajaran, plus minusnya.
2. Ulama yang Meninggalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Inilah jelas ulama buruk yang kita hindari, dunia memalingkannya dari dakwah kepada Allah.
3. Ulama yang Ditinggalkan, justru karena berpegang teguh pada prinsip dan dakwah Islam. Berbagai cacian dan ujian menimpa mereka. Dituduh ini itu. Inilah sosok ulama yang keteladanannya bermanfaat bagi umat. Kita justru harus mengikuti ulama baik semacam ini.
4. Ulama yang Ketinggalan. Ini ragam ulama yang ketinggalan kemajuan hanya karena selalu mengekor nenek moyang. "Dulu moyang kami begini, maka kami begini..." Mereka tidak menimbang baik-baik berbagai tinjauan pemikiran dan pendapat karena hanya terpaku ajaran moyangnya, dalam arti negatif.
Mari kita renungkan bersam.
Pertama, Ada jahiliyah dalam hukum (hukm al-jahiliyyah). Yaitu penerapan hukum-hukum jahiliyah dalam kehidupan sehari-hari. Allah Swt. telah mengingatkan:
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Referensi: https://tafsirweb.com/?s=jahiliyahأَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Referensi: https://tafsirweb.com/?s=jahiliyah
أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَReferensi: https://tafsirweb.com/?s=jahiliyahأَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ ۚ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ
Referensi: https://tafsirweb.com/?s=jahiliyah
Artinya:
"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?". (QS. al-Ma'idah: 50)
Kedua, jahiliyah dalam gaya hidup (tabarruj al-jahiliyyah). Seperti dalam hal berpakaian, mode dan lain sebagainya. Allah Swt. berfirman:
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ
Artinya:
"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu". (QS. al-Ahzab: 33)
Ketiga, jahiliyah pemikiran/persangkaan (zhann al-jahiliyyah). Allah Swt. mengingatkan:
وَطَائِفَةٌ قَدْ أَهَمَّتْهُمْ أَنْفُسُهُمْ يَظُنُّونَ بِاللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ ظَنَّ الْجَاهِلِيَّةِ يَقُولُونَ هَلْ لَنَا مِنَ الْأَمْرِ مِنْ شَيْءٍ قُلْ إِنَّ الْأَمْرَ كُلَّهُ لِلَّهِ
Artinya:
“Sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?.” Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.” (QS. Ali Imran: 154)
Keempat, jahiliyyah perilaku (hamiyyah al-jahiliyyah), seperti bersikap ashabiyyah, pergaulan bebas dll. Allah Swt memfirmankan:
إِذْ جَعَلَ الَّذِينَ كَفَرُوا فِي قُلُوبِهِمُ الْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ الْجَاهِلِيَّةِ فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَى رَسُولِهِ وَعَلَى الْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ التَّقْوَى وَكَانُوا أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا وَكَانَ اللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمًا
Artinya:
“Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya.” (QS. al-Fath: 26)
Penting diwaspadai, sebab jebakan-jebakan jahiliyah ini tak hanya menimpa orang-orang awam, tapi kadang bahkan menghinggapi mereka yang mengklaim dirinya ulama, intelektual, cendekiawan Muslim.
Sehingga, Buya Hamka membagi ulama menjadi 4 macam:
1. Ulama yang Meninggal
Para ulama yang telah meninggal, dari mereka kita dapat mengambil banyak pelajaran, plus minusnya.
2. Ulama yang Meninggalkan dakwah amar ma'ruf nahi munkar. Inilah jelas ulama buruk yang kita hindari, dunia memalingkannya dari dakwah kepada Allah.
3. Ulama yang Ditinggalkan, justru karena berpegang teguh pada prinsip dan dakwah Islam. Berbagai cacian dan ujian menimpa mereka. Dituduh ini itu. Inilah sosok ulama yang keteladanannya bermanfaat bagi umat. Kita justru harus mengikuti ulama baik semacam ini.
4. Ulama yang Ketinggalan. Ini ragam ulama yang ketinggalan kemajuan hanya karena selalu mengekor nenek moyang. "Dulu moyang kami begini, maka kami begini..." Mereka tidak menimbang baik-baik berbagai tinjauan pemikiran dan pendapat karena hanya terpaku ajaran moyangnya, dalam arti negatif.
Mari kita renungkan bersam.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih