Nagari Mahat Kecamatan Bukik Barisan kabupaten Limapuluh Kota terletak pada sebuah lembah, dipagari perbukitan dan mempunyai tiga (3) anak sungai , yaitu Batang Kincuang, Batang Sugak dan Batang Penawan yang ketiganya masuk ke Batang Mahat sebagai sungai terbesar.
Selain keindahan alam yang mempesona Nagari Mahat juga memiliki situs peninggalan kepurbakalaan yang dapat dijadikan sebagai objek wisata budaya dan penelitian.
Di Kenagarian Mahat yang luasnya 115,92 Km2 tersebar peninggalan Kepurbakalaan berupa ; Menhir, Batu Dakon, Lumpang Batu, Punden Berundak-undak, Batu Tapak, Batu Jajak Ayam, Balai-balai Batu pembagian wilayah empat Niniak Luak Limo Puluah, Masjid Kuno dan Pesanggerahan masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Lima Puluh Kota, Nagari Mahat menjadi istimewa, karena memiliki Menhir terbanyak di Kabupaten Lima Puluh Kota hingga dijuluki nagari seribu menhir yang tersebar di setiap jorong di nagari Mahat,
Ada cerita rakyat atau legenda di nagari Mahat yang ketiganya punya kaitan dengan bangunan megalitik yang terdapat di sini.
Cerita tersebut berkaitan dengan batu niniak nan barampek, yaitu Datuak Maharajo Indo, Dt. Siri, Dt. Bandaro dan Dt. Rajo Dubalai, Meski memerlukan penelitian lebih lanjut, disebutkan bahwa keempat datuk ini berasal dari Mahat dan pergi dalam rangka mengembangkan wilayah pemukiman baru atau sebagai utusan dari suatu kerajaan dalam rangka perluasan penanaman pengaruh,
Dikisahkan semasa muda empat orang bersaudara ini pergi menelusuri muara batang Mahat terus ke Kampar Kanan dan melanjutkan ke samudera lepas selat Malaka. Empat saudara ini mempunyai kesaktian masing-masing, yang tertua Dt. Maharajo Indo ahli memanah, Dt. Siri yang mempunyai mata dapat melihat jauh, Dt. Bandaro ahli menyelam, dan Dt. Dubalai orang kuat dan tampan.
Dalam perjalanan mereka menyelamatkan seorang putri dari Mahat India yang bernama Indra Dunia yang sedang diserang oleh seekor burung raksasa, burung garuda.
Dari jauh, Dt. Siri melihat burung garuda tersebut, lalu Dt. Maharajo segera memanahnya untuk menyelamatkan putri Indra Dunia hingga akhirnya burung garuda bersama putri terjatuh ke laut. Sang putri langsung di selamatkan oleh Dt. Bandaro.
Setelah siuman sang putri dari India ini mengucapkan terima kasih kepada empat saudara yang berempat ini karena telah menyelamatkannya, karena melihat ketampanan Dt. Dubalai, Putri Indira akhirnya tertarik saja diajak ke Koto Gadang dan sejak itu putri yang cantik jelita tinggal di Koto Gadang yang masyarakat menyebutnya dengan putri Mahat.
Selanjutnya, bersama Dt. Dubalai, sang putri pindah ke Muaro Mahat dan mendirikan Candi Muara Takus di sana, untuk mengingat putri ini masyarakat menamai sungai dan nagarinya dengan Mahat.
Cerita legenda ini apabila kita kaitkan pula dengan kisah keberadaan putri India yang bermukim di Muara Takus dalam sahibul hikayat seperti di nukilkan dalam paparan curaian 44 bait antara lain di ambil dari bait ke lima :
Bait 5 Putri Andiko Gagah perkasa
Melaksanakan titah tekad pertama
Membela Nagari tanah tercinta
Pulau Perca Nagari Sumatra
Guna Kepentingan orang bersama
Bait 6 Perahu dinaiki tiga putra
Pencalang kuning Nama bahtera
Bekal dipersiapkan hanya seketika,
Comin towi panah dupanya
Bait 7 Berlayar malam menyelusuri sungai
Militasi laut selat dan pantai
Mengharungi samudera ombak dan badai
Demi berdaulat inyiak dibalai
Bait 8 Sampailah dondang di Selat Malaka
Datanglah angin sangat kencangnya
Ombak dan badai datang menerpa
Petir dan kilat sela menyela
Bait 9 Perjalanan jauh tiada terduga
Kini berada di Sumatera Hindia
Entah apa gerangan kisahnya
Alamat pertanda sudah tiada
Bait 10 Teringat titah inyiek dibalai
Elang berbunyi dekat pantai
Pergunakan akal hadang badai
Cermin cuaca menembus tirai
Bait 11 Andiko meneropong kearah jauh
Garuda menyambar ingin membunuh
Terlihat dondang hati tersentuh
Panah dilepas Puteri pun jatuh
Bait 12 Andiko menyelam terjun kelaut
Mencari sang Puteri hati terpaut
Nafas tersendat tantangan maut
Tekad bergumal bercampur takut
Bait 13 Puteri ditopang naik perahu
Andiko menyembur doa seteru
Hidup dan mati belumlah tentu
Buruk dan baik takdir yang Satu
Bait 14 Puteri bangkit dengan selamat
Wajah jelita hati tertambat
Mau disapa belumlah dapat
Lembut tuturnya pakai isyarat
Bait 15 Indira Dunia nama Putrinya
Anak Raja di Nagari India
Sudah termashur kemana-mana
Rumpun agama Hindu dan Budha
Bait 16 Puteri sadar dari semburan
Kapal mengejar penuh kawalan
Mengambil Puteri mau diselamatkan
Di bawa balik istana kerajaan
Bait 17 Puteri menolak kehendak nakoda
Andiko bertiga orang berjasa
Perlu hadiahkan mahligai Stupa
Bangunan istana di pulau Perca
Bait 18 Puteri berpesan keayahanda Raja
Kirim tenaga ahli dan bala tentara
Kembangkan persahabatan ke seantero dunia
Demi kejayaan kerajaan India
Bait 19 Kembali Andiko Laksamana Putera
Penjelajah lautan Samudera India
Membawa Puteri Kerajaan ternama
Indira Dunia cantik jelita
Mendaulatkan Raja di Pulau Perca
Bait 20 Indira di mukimkan di Batu bertindik
Atas siasat Dt. Melancar yang cerdik
Merahasiakan Puteri ingin diselamatkan
Menghindarkan dirinya dari ancaman
Bait 21 Panjang Jungu Raja yang zalim
Memerintahkan Nagari sangatlah garang
Andiko berseteru menentang yang zalim
Melancar bersiasat mencari menang
Bait 22 Andiko bertiga di jemput pengawal
Masuk kebui pengawalan berjejal
Inyiak Dibalai sangatlah kesal
Ke zaliman Raja perlu disangkal
Bait 23 Puteri di tangkap masuk istana
Begitulah takdir telah menimpa
Apakah petaka atau bencana
Panjang jungu berbuat semena
Bait 24 Minanga Tamwan berbukit batu
Armada merapat Batu berhidung
Bala bantuan bangkit bersatu
Membela Puteri sedang tersandung
Bait 25 Angsa putih menunjuk jalan
Mencari Puteri dimana berada
Sampai disini biduk berpangkalan
Menanti sang Puteri sampai berjumpa
Bait 26 Melancar di utus si panjang jungu
Siasat membawa segantang sokui
Tanduk mas sakti alat pemikat
Kelakar putus runding bertemu
Surat diterima perdamaian diakui
Raja zalim pergi rakyat selamat
Bait 27 Mendengar armada datang seketika
Ingin menjemput puteri mahkota
Panjang jungu diliputi bencana
Meningalkan istana tanggalkan tahta
Bait 28 Nyawa merengut dating petaka
Konon cerita dikejar amukkan Gajah
Raja Zalim Raja sisanggah
Raja adil Raja di sembah
Bait 29 Indira kerja sama inyiak dibalai
Beserta Bandaro pandai menyelam
Saatnya tiba membangun mahligai
Pertanda Nagari aman tentram
Bait 30 Datuk sati panglima tembak
Lepas dari bui si Raja Galak
Kini terjalin kerjasama yang kompak
Membangun Nagari menjadi semarak
Bait 31 Keseluruhan itu siasat si Malancar
Orangnya cerdik ahli kelakar
Sekarang saatnya masa berputar
Kerajaan Muara Takus menjadi Tenar
Bait 32 Pilihan pucuk Andiko orang berjasa
Inyiak Dibalai sanjungan bersama
HasilMusyawarah Andiko semua
Mengangkat Maharaja Nagari tercinta
Bait 33 Maharaja Dibalai gelar Putera Mahkota
Memerintah Nagari penuh bijaksana
Memimpin adil dambaan semua
Cita-cita terwujud sejak lama
Bait 34 Istana Mahligai telah dibangun
Anak Nagari dating berhimpun
Bekerja keras berduyun-duyun
Pemerintah Andiko telah tersusun
Bait 35 Indira merasa telah bahagia
Kerajaan Muara Takus telah Berjaya
Persahabatan terjalin terlanjur sudah
Pulang ke India, missi bertambah
Bait 36 Hati terpaut berat melepaskan
Kerajaan Indah Dunia pegang peranan
Maharaja dibalai seorang pangeran
Gagah perkasa bentuknya tampan
Bait 37 Armada berlabuh di Minanga Tanwan
Maharaja puteri penuh kawalan
Mengembangkan agama dengan persahabatan
Kerajaan Muara Takus ingin diserahkan
Bait 38 Armada singgah di tempat uara
Melintasi Mahat penuh bahaya
Halilinar menggelegar petir dan gempa
Runtuh berantakan si bukit Raja
Bait 39 Armada kehilir dengan sekonyong
Pertanda tantangan telah tiada
Andiko hadir kuda menyongsong
Batu kuali kenangan sejarah
Bait 40 Batu dinding di hilir bumurai
Batu sandaran di Tanjung Alai
Ratu berunding akhir selesai
Kesan dan pesan Maharaja dibalai
Bait 41 Anak awan mandi di awan
Mandi diulak Nagari Inderagiri
Dalam berkawan ada lawan
Ingat-ingat menjaga diri
Bait 42 Puteri beristirahat di air bumurai
Pemandian indah berbentuk ngarai
Hutannya lebat penuh terbelai
Doa melangkah kearah pantai
Bait 43 Putri melangkah bersama armada
Angsa putih penunjuk jalan
Entah apa gerangan yang diterima
Hamba sedih mengganggu pikiran
Bait 44 Melepas Puteri dari Minanga Tanwan
Melaksanakan missi ingin di emban
Menuju Jambi- Palembang kedudukan
Perjalanan suci untuk kemakmuraan
Dengan 44 bait paparan curai di atas adalah mengkisahkan awal kehadiran Puteri Indah Dunia di Pulau Perca Sumatera. Puteri India merasa berhutang budi terhindar dari bahaya maut yang menimpa dia waktu disambar burung Garuda besar. Seketika datang pertolongan dari Dt. Dibalai bersama saudaranya, maka mengigat jasanya di bangun Candi Muara Takus dan Istana Kerajaan. Kemudian puteri mengembangkan kerajaannya kearah Nagari Jambi dan terakhir Palembang dengan bukti sejarah adanya Prasasti Kedudukan Bukit Palembang.
Hikayat lain tentang menhir-menhir ini adalah tentang asal muasal orang Mahat itu sendiri, Dikisahkan bahwa yang orang Mahat pada awalnya berasal dari Kamboja.
Dulu konon di Kamboja ada seorang pemuda yang bernama Datuak Sri Gala. Pemuda ini cerdas dan tampan. Dia mempunyai kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan pemuda sebayanya. Tapi dia seorang miskin. Pemuda tersebut menarik hati raja Kamboja, yang kemudian memintanya untuk menikah dengan putri raja. Permintaan tersebut dijawab Dt. Sri Gala dengan perjanjian bahwa sebelum dia menikahi sang putri, dia ingin menyelidiki seluruh daratan Indo Cina sekarang.
Perjanjian tersebut diterima Raja Kamboja dan mulailah Dt. Sri Gala menyelidiki daratan Indo China yang waktu itu sudah ramai dengan kerajaan-kerajaan yang saling bermusuhan.
Ketika permintaan raja yang kedua kalinya kepada Dt. Sri Gala untuk dapat menikahi putriya , ia selalu menyelidiki sang putri apakah cocok dan memenuhi syarat untuk jadi seorang ibu bagi anak-anaknya kelak. Setelah Dt. Sri Gala menikahi sang putri dia minta izin pada raja untuk berangkat bersama istrinya mencari daerah yang belum berpenghuni. Daerah yang dimaksud di sebelah Selatan. Raja memberi izin keberangkatan anak dan menantunya itu mempersiapkan 7 buah armada lengkap dengan perbekalan dan prajurit-prajurit kerajaan.
Dalam pelayarannya Dt. Sri Gala menyusuri pantai arah ke Selatan dan sampai di ujung Tanah Malaka berbelok ke Utara dan akhirnya mendarat di ujung Utara pulau Sumatera tepatnya Aceh sekarang. Kebetulan daerah tersebut sudah berpenghuni. Dan rombongan ini kembali ke selatan menyusuri pantai timur pulau Sumatera. Dan sesampai di muara Batang Kampar Dt. Sri Gala menelusuri sungai sampai di Mahat. Di sini barulah mereka mendarat dan menambatkan kapalnya di tepi batang Mahat dekat Sopan Tanah. Tempat itu sampai sekarang bernama Tambatan. Kemudian rombongan Dt. Sri Gala menetap di Ampang Gadang sekarang. Di waktu menetap inilah menhir dibuat oleh Dt. Sri Gala sebagai tanda pemakaman warganya yang mati. Menhir tersebut terdapat di Ampang Gadang, Koto Tinggi, Ronah dan lain-lain. Pokoknya Menhir di Mahat seluruhnya dibuat oleh Dt. Sri Gala. Dan Dt. Sri Gala sendiri dimakamkan di Ampang Gadang dekat bukit Pao Ruso di bawah batang pohon kayu dengan tanda empat buah batu, Cuma saat ini yang ditemukan hanya 3 buah.
Hikayat lain adalah tentang legenda Bukit Posuak dan Bukit Pao Ruso. Tersebutlah seorang sakti bernama Baginda Ali. Tubuhnya besar, makannya banyak dan sifatnya pemurah. Dia digambarkan sebagai seorang raksasa yang menguasai nagari Mahat sampai ke Gunung Malintang (Kecamatan Pangkalan sekarang). Segala perbuatan anak nagari harus terlebih dahulu mendapat izin dari Baginda Ali ini.
Pada suatu hari orang di Gunung Malintang berburu rusa tanpa sepengetahuan dan tanpa seizin Baginda Ali. Setelah rusa ditangkap dan pahanya disediakan untuk Baginda Ali sebagai upeti. Tapi Baginda Ali tak terima akan upeti yang sudah jadi kebiasaan masyarakat tersebut. Dia merasa tersinggung dan kehormatan serta wibawanya sebagai penguasa terasa diinjak-injak masyarakat gunung Malintang.
Baginda Ali marah. Dengan bertumpu pada sebuah batu layah diambilnya paha rusa yang disediakan pemburu tadi. Paha rusa tersebut dilemparkan sekuat tenaganya. Lemparan mengenai sebuah batu besar di puncak bukit, hingga batu tersebut tembus dan paha rusa itu mendarat di sebuah padang ilalang. Dan bukit itulah yang disebut sekarang Bukit Pao Ruso (Pao – Paha). Batu yang tembus di puncak bukit tadi sekarang bernama Bukik Posuak (Posuak = tembus).
Dari ekespedisi yang pernah dilakukan di nagari Mahat oleh suatu team yang terdiri dari beberapa orang arkeolog, seorang Geolog dan seorang Biolog 1997 di Situs Bawah Parit Mahat didapati sebuah rangka manusia yang sangat rapuh. Pengamatan yang dilakukannya terhadap bentuk gigi dan bentuk tengkorak menunjukkan bahwa rangka manusia di sini mengacu pada ras mongoloid walaupun unsur ras Metra-lomeknesoid masih tampak dengan jelas
Kalau dikaitkan dengan legenda Dt. Sri Gala di atas, hal tersebut diduga ada hubunganya, karena si Dt. Sri Gala dengan rombongannya berasal dari Kamboja. Kamboja juga salah satu wilayah yang tak jauh dari Yunan Utara. Dengan ditemukan beberapa peninggalan megalitik yang sangat banyak di kawasan ini, kemungkinan juga bahwa penduduk yang mendiami Luak Lima Puluh Kota berasal dari Mahat, dan bahkan mungkin juga untuk kawasan Minangkabau secara umum.
Berdasarkan penelitian di Nagari Mahat orang telah hidup 300 tahun Sebelum Masehi.Mereka hidup dengan pertanian sederhana dan berburu sebagai mata pencahariannya. Mengingat di nagari ini alamnya yang subur dengan air yang cukup dari beberapa anak sungai yang mengalir ke Batang Mahat. Lama kelamaan secara berangsur dengan kehidupan yang makmur tata masyarakatnya mulai diatur dengan rapi.
Masyarakat di sini hidup bersuku-suku di bawah pimpinan seorang kepala suku. Masing-masing suku berdiri sendiri-sendiri. Tidak ada di kawal lineage yang dimaksud William A. Haviland atau paroh dalam istilah Prof.M.Kuntjoroningrat. Istilah suduik tidak diterapkan di Nagari Mahat ini. Suku-suku mereka pada mulanya ada 4. Begitu juga dengan adanya Batu Pembagian di Balai-Balai Batu memperkuat dugaan itu. Sampai saat Dt. Maharajo Indo yang jadi pucuk adat di Limbanang Koto Loweh mengakui berasal dari Mahat meliputi kenagarian Limbanang, Sungai Rimbang, Banjar Loweh dan Koto Tangah. Begitu juga dengan Dt. Siri di Mungka juga mengakui berasal dari Mahat. Mungka meliputi kenagarian Mungka, Jopang dan Manganti, Talang Maur, Padang Loweh dan Simpang Kapuak serta Sungai Antuan.Sementara Dt. Rajo Dibalai di Muaro Takus (XIII Koto Kampar ,Riau) yang menjadi pucuk pimpinan andiko 44 juga mengaku berasal dari Mahat ini .
Perpindahan mereka dari daerah Mahat ke daerah lain sehubungan dengan dua hal, yang pertama karena kepadatan penduduk, yang kedua yang lebih penting untuk mencari tempat yang tinggi yaitu puncak gunung agar dekat dan tetap berhubungan dengan arwah nenek moyang mereka yang menurut kepercayaan mereka tinggal di puncak gunung yang tinggi. Itu pula sebabnya setiap menhir yang dijumpai selalu lengkungan ujungnya menghadap ke salah satu puncak gunung. Dan dari Mahat menghadap ke timur yaitu puncak gunung Sago dan gunung Bongsu. Tatacara penguburan dengan menelungkupkan si mayat dari arah barat ke selatan dan kepalanya di miringkan menghadap puncak gunung Sago bagi mayat laki-laki, dan bagi mayat perempuan ditelentangkan dengan kedua tangannya menutup kemaluannya.
Di kuburan tersebut di bangun sebuah menhir sebagai peringatan atas jasa-jasanya semasa hidup dan sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai pertolongannya, terutama untuk kemaslahatan pada undak. Seperti pada acara menarah baniah yang beberapa tahun silam masih dilakukan orang. Begitu juga dengan pertolongan untuk perkuburan seperti tersirat pada menhir yang berbentuk pedang dan tanduk kerbau hiasan binatang.
Hiasan-hiasan segitiga pada menhir di Mahat ini tidaklah menggambarkan suduik dalam arti adat Minangkabau. Tetapi adalah menggambarkan banyak suku. Sebab di sini mempunyai ke 4 suku seperti dalam suduik nagari lain. Dalam perkembangannya Mahat mulai didatangi bangsa asing. Kemungkinan besar bangsa asing yang mula datang ke sini adalah bangsa China. Ini terlihat dari hiasan bunga teratai di beberapa menhir yang didapati di ampang gadang yaitu pada Situs Pao Ruso (dekat lapangan bola kaki). Sesudah itu baru datang bangsa India. Kata Mahat konon berasal dari nama sebuah nagari (Mahat) di India. Nagari ini maka bernama Mahat karena tetap disinggahi oleh orang Mahat India . Orang India datang untuk membeli gambir, lada dan emas. Disamping berdagang juga mereka menyebarkan agama Hindu dan Budha. Hal ini terlihat dengan adanya usaha pembangunan 2 buah candi di Ampang Gadang dan di Sopan Tanah. (Keterisoliran Nagari Mahat dirasa-kan sejak adanya perubahan transportasi sungai dengan dibangunnya jalan darat dari pedalaman Minangkabau menuju Pangkalan dan Pekan Baru melalui jalan kelok Sembilan yang dibangun Belanda sejak tahun 1895) Berita-berita tersebut diperkirakan dari abad Ke I sampai abad VII, berarti nahkoda pedagang dan pendeta Cina maupun nahkoda pedagang Arab dan India pada abad tersebut telah memasuki pedalaman Minangkabau yaitu Nagari Mahat yang merupakan pusat perdagangan di Sumatera (Pulau Perca). Bukan tidak mungkin agama Islam pun telah dikenal di kawasan ini dalam masa itu yang merupakan abad pertama Hijriah.
Menarik perhatian tentang laporan dari pendeta Budha (I-tsing) dari cina bahwa “ tepat pada tengah hari orang di ibu kota “ Mo-lo-yoe” menginjak bayangan kepala sendiri “ Itu berarti bahwa ibu kota tersebut terletak di tepat khatulistiwa.
Nagari Mahat memberikan petunjuk mengenai hal ini.Berita dari I-tsing lainnya (685 M) menyebutkan bahwa “Mo-lo-yoe” telah menjadi “Che-li-fo-che” (Melayu telah menjadi Sriwijaya). Berita tersebut diperjelas “ Batu bertulis kedudukan Bukit” berangka tahun 605 Saka (683 M) dan Batu Batulis Talang Tuo.(Pulutan 30 September 2012, Saiful.SP)
Selain keindahan alam yang mempesona Nagari Mahat juga memiliki situs peninggalan kepurbakalaan yang dapat dijadikan sebagai objek wisata budaya dan penelitian.
Di Kenagarian Mahat yang luasnya 115,92 Km2 tersebar peninggalan Kepurbakalaan berupa ; Menhir, Batu Dakon, Lumpang Batu, Punden Berundak-undak, Batu Tapak, Batu Jajak Ayam, Balai-balai Batu pembagian wilayah empat Niniak Luak Limo Puluah, Masjid Kuno dan Pesanggerahan masa Pemerintahan Hindia Belanda.
Dibandingkan dengan daerah lain di Kabupaten Lima Puluh Kota, Nagari Mahat menjadi istimewa, karena memiliki Menhir terbanyak di Kabupaten Lima Puluh Kota hingga dijuluki nagari seribu menhir yang tersebar di setiap jorong di nagari Mahat,
Ada cerita rakyat atau legenda di nagari Mahat yang ketiganya punya kaitan dengan bangunan megalitik yang terdapat di sini.
Cerita tersebut berkaitan dengan batu niniak nan barampek, yaitu Datuak Maharajo Indo, Dt. Siri, Dt. Bandaro dan Dt. Rajo Dubalai, Meski memerlukan penelitian lebih lanjut, disebutkan bahwa keempat datuk ini berasal dari Mahat dan pergi dalam rangka mengembangkan wilayah pemukiman baru atau sebagai utusan dari suatu kerajaan dalam rangka perluasan penanaman pengaruh,
Dikisahkan semasa muda empat orang bersaudara ini pergi menelusuri muara batang Mahat terus ke Kampar Kanan dan melanjutkan ke samudera lepas selat Malaka. Empat saudara ini mempunyai kesaktian masing-masing, yang tertua Dt. Maharajo Indo ahli memanah, Dt. Siri yang mempunyai mata dapat melihat jauh, Dt. Bandaro ahli menyelam, dan Dt. Dubalai orang kuat dan tampan.
Dalam perjalanan mereka menyelamatkan seorang putri dari Mahat India yang bernama Indra Dunia yang sedang diserang oleh seekor burung raksasa, burung garuda.
Dari jauh, Dt. Siri melihat burung garuda tersebut, lalu Dt. Maharajo segera memanahnya untuk menyelamatkan putri Indra Dunia hingga akhirnya burung garuda bersama putri terjatuh ke laut. Sang putri langsung di selamatkan oleh Dt. Bandaro.
Setelah siuman sang putri dari India ini mengucapkan terima kasih kepada empat saudara yang berempat ini karena telah menyelamatkannya, karena melihat ketampanan Dt. Dubalai, Putri Indira akhirnya tertarik saja diajak ke Koto Gadang dan sejak itu putri yang cantik jelita tinggal di Koto Gadang yang masyarakat menyebutnya dengan putri Mahat.
Selanjutnya, bersama Dt. Dubalai, sang putri pindah ke Muaro Mahat dan mendirikan Candi Muara Takus di sana, untuk mengingat putri ini masyarakat menamai sungai dan nagarinya dengan Mahat.
Cerita legenda ini apabila kita kaitkan pula dengan kisah keberadaan putri India yang bermukim di Muara Takus dalam sahibul hikayat seperti di nukilkan dalam paparan curaian 44 bait antara lain di ambil dari bait ke lima :
Bait 5 Putri Andiko Gagah perkasa
Melaksanakan titah tekad pertama
Membela Nagari tanah tercinta
Pulau Perca Nagari Sumatra
Guna Kepentingan orang bersama
Bait 6 Perahu dinaiki tiga putra
Pencalang kuning Nama bahtera
Bekal dipersiapkan hanya seketika,
Comin towi panah dupanya
Bait 7 Berlayar malam menyelusuri sungai
Militasi laut selat dan pantai
Mengharungi samudera ombak dan badai
Demi berdaulat inyiak dibalai
Bait 8 Sampailah dondang di Selat Malaka
Datanglah angin sangat kencangnya
Ombak dan badai datang menerpa
Petir dan kilat sela menyela
Bait 9 Perjalanan jauh tiada terduga
Kini berada di Sumatera Hindia
Entah apa gerangan kisahnya
Alamat pertanda sudah tiada
Bait 10 Teringat titah inyiek dibalai
Elang berbunyi dekat pantai
Pergunakan akal hadang badai
Cermin cuaca menembus tirai
Bait 11 Andiko meneropong kearah jauh
Garuda menyambar ingin membunuh
Terlihat dondang hati tersentuh
Panah dilepas Puteri pun jatuh
Bait 12 Andiko menyelam terjun kelaut
Mencari sang Puteri hati terpaut
Nafas tersendat tantangan maut
Tekad bergumal bercampur takut
Bait 13 Puteri ditopang naik perahu
Andiko menyembur doa seteru
Hidup dan mati belumlah tentu
Buruk dan baik takdir yang Satu
Bait 14 Puteri bangkit dengan selamat
Wajah jelita hati tertambat
Mau disapa belumlah dapat
Lembut tuturnya pakai isyarat
Bait 15 Indira Dunia nama Putrinya
Anak Raja di Nagari India
Sudah termashur kemana-mana
Rumpun agama Hindu dan Budha
Bait 16 Puteri sadar dari semburan
Kapal mengejar penuh kawalan
Mengambil Puteri mau diselamatkan
Di bawa balik istana kerajaan
Bait 17 Puteri menolak kehendak nakoda
Andiko bertiga orang berjasa
Perlu hadiahkan mahligai Stupa
Bangunan istana di pulau Perca
Bait 18 Puteri berpesan keayahanda Raja
Kirim tenaga ahli dan bala tentara
Kembangkan persahabatan ke seantero dunia
Demi kejayaan kerajaan India
Bait 19 Kembali Andiko Laksamana Putera
Penjelajah lautan Samudera India
Membawa Puteri Kerajaan ternama
Indira Dunia cantik jelita
Mendaulatkan Raja di Pulau Perca
Bait 20 Indira di mukimkan di Batu bertindik
Atas siasat Dt. Melancar yang cerdik
Merahasiakan Puteri ingin diselamatkan
Menghindarkan dirinya dari ancaman
Bait 21 Panjang Jungu Raja yang zalim
Memerintahkan Nagari sangatlah garang
Andiko berseteru menentang yang zalim
Melancar bersiasat mencari menang
Bait 22 Andiko bertiga di jemput pengawal
Masuk kebui pengawalan berjejal
Inyiak Dibalai sangatlah kesal
Ke zaliman Raja perlu disangkal
Bait 23 Puteri di tangkap masuk istana
Begitulah takdir telah menimpa
Apakah petaka atau bencana
Panjang jungu berbuat semena
Bait 24 Minanga Tamwan berbukit batu
Armada merapat Batu berhidung
Bala bantuan bangkit bersatu
Membela Puteri sedang tersandung
Bait 25 Angsa putih menunjuk jalan
Mencari Puteri dimana berada
Sampai disini biduk berpangkalan
Menanti sang Puteri sampai berjumpa
Bait 26 Melancar di utus si panjang jungu
Siasat membawa segantang sokui
Tanduk mas sakti alat pemikat
Kelakar putus runding bertemu
Surat diterima perdamaian diakui
Raja zalim pergi rakyat selamat
Bait 27 Mendengar armada datang seketika
Ingin menjemput puteri mahkota
Panjang jungu diliputi bencana
Meningalkan istana tanggalkan tahta
Bait 28 Nyawa merengut dating petaka
Konon cerita dikejar amukkan Gajah
Raja Zalim Raja sisanggah
Raja adil Raja di sembah
Bait 29 Indira kerja sama inyiak dibalai
Beserta Bandaro pandai menyelam
Saatnya tiba membangun mahligai
Pertanda Nagari aman tentram
Bait 30 Datuk sati panglima tembak
Lepas dari bui si Raja Galak
Kini terjalin kerjasama yang kompak
Membangun Nagari menjadi semarak
Bait 31 Keseluruhan itu siasat si Malancar
Orangnya cerdik ahli kelakar
Sekarang saatnya masa berputar
Kerajaan Muara Takus menjadi Tenar
Bait 32 Pilihan pucuk Andiko orang berjasa
Inyiak Dibalai sanjungan bersama
HasilMusyawarah Andiko semua
Mengangkat Maharaja Nagari tercinta
Bait 33 Maharaja Dibalai gelar Putera Mahkota
Memerintah Nagari penuh bijaksana
Memimpin adil dambaan semua
Cita-cita terwujud sejak lama
Bait 34 Istana Mahligai telah dibangun
Anak Nagari dating berhimpun
Bekerja keras berduyun-duyun
Pemerintah Andiko telah tersusun
Bait 35 Indira merasa telah bahagia
Kerajaan Muara Takus telah Berjaya
Persahabatan terjalin terlanjur sudah
Pulang ke India, missi bertambah
Bait 36 Hati terpaut berat melepaskan
Kerajaan Indah Dunia pegang peranan
Maharaja dibalai seorang pangeran
Gagah perkasa bentuknya tampan
Bait 37 Armada berlabuh di Minanga Tanwan
Maharaja puteri penuh kawalan
Mengembangkan agama dengan persahabatan
Kerajaan Muara Takus ingin diserahkan
Bait 38 Armada singgah di tempat uara
Melintasi Mahat penuh bahaya
Halilinar menggelegar petir dan gempa
Runtuh berantakan si bukit Raja
Bait 39 Armada kehilir dengan sekonyong
Pertanda tantangan telah tiada
Andiko hadir kuda menyongsong
Batu kuali kenangan sejarah
Bait 40 Batu dinding di hilir bumurai
Batu sandaran di Tanjung Alai
Ratu berunding akhir selesai
Kesan dan pesan Maharaja dibalai
Bait 41 Anak awan mandi di awan
Mandi diulak Nagari Inderagiri
Dalam berkawan ada lawan
Ingat-ingat menjaga diri
Bait 42 Puteri beristirahat di air bumurai
Pemandian indah berbentuk ngarai
Hutannya lebat penuh terbelai
Doa melangkah kearah pantai
Bait 43 Putri melangkah bersama armada
Angsa putih penunjuk jalan
Entah apa gerangan yang diterima
Hamba sedih mengganggu pikiran
Bait 44 Melepas Puteri dari Minanga Tanwan
Melaksanakan missi ingin di emban
Menuju Jambi- Palembang kedudukan
Perjalanan suci untuk kemakmuraan
Dengan 44 bait paparan curai di atas adalah mengkisahkan awal kehadiran Puteri Indah Dunia di Pulau Perca Sumatera. Puteri India merasa berhutang budi terhindar dari bahaya maut yang menimpa dia waktu disambar burung Garuda besar. Seketika datang pertolongan dari Dt. Dibalai bersama saudaranya, maka mengigat jasanya di bangun Candi Muara Takus dan Istana Kerajaan. Kemudian puteri mengembangkan kerajaannya kearah Nagari Jambi dan terakhir Palembang dengan bukti sejarah adanya Prasasti Kedudukan Bukit Palembang.
Hikayat lain tentang menhir-menhir ini adalah tentang asal muasal orang Mahat itu sendiri, Dikisahkan bahwa yang orang Mahat pada awalnya berasal dari Kamboja.
Dulu konon di Kamboja ada seorang pemuda yang bernama Datuak Sri Gala. Pemuda ini cerdas dan tampan. Dia mempunyai kelebihan yang luar biasa dibandingkan dengan pemuda sebayanya. Tapi dia seorang miskin. Pemuda tersebut menarik hati raja Kamboja, yang kemudian memintanya untuk menikah dengan putri raja. Permintaan tersebut dijawab Dt. Sri Gala dengan perjanjian bahwa sebelum dia menikahi sang putri, dia ingin menyelidiki seluruh daratan Indo Cina sekarang.
Perjanjian tersebut diterima Raja Kamboja dan mulailah Dt. Sri Gala menyelidiki daratan Indo China yang waktu itu sudah ramai dengan kerajaan-kerajaan yang saling bermusuhan.
Ketika permintaan raja yang kedua kalinya kepada Dt. Sri Gala untuk dapat menikahi putriya , ia selalu menyelidiki sang putri apakah cocok dan memenuhi syarat untuk jadi seorang ibu bagi anak-anaknya kelak. Setelah Dt. Sri Gala menikahi sang putri dia minta izin pada raja untuk berangkat bersama istrinya mencari daerah yang belum berpenghuni. Daerah yang dimaksud di sebelah Selatan. Raja memberi izin keberangkatan anak dan menantunya itu mempersiapkan 7 buah armada lengkap dengan perbekalan dan prajurit-prajurit kerajaan.
Dalam pelayarannya Dt. Sri Gala menyusuri pantai arah ke Selatan dan sampai di ujung Tanah Malaka berbelok ke Utara dan akhirnya mendarat di ujung Utara pulau Sumatera tepatnya Aceh sekarang. Kebetulan daerah tersebut sudah berpenghuni. Dan rombongan ini kembali ke selatan menyusuri pantai timur pulau Sumatera. Dan sesampai di muara Batang Kampar Dt. Sri Gala menelusuri sungai sampai di Mahat. Di sini barulah mereka mendarat dan menambatkan kapalnya di tepi batang Mahat dekat Sopan Tanah. Tempat itu sampai sekarang bernama Tambatan. Kemudian rombongan Dt. Sri Gala menetap di Ampang Gadang sekarang. Di waktu menetap inilah menhir dibuat oleh Dt. Sri Gala sebagai tanda pemakaman warganya yang mati. Menhir tersebut terdapat di Ampang Gadang, Koto Tinggi, Ronah dan lain-lain. Pokoknya Menhir di Mahat seluruhnya dibuat oleh Dt. Sri Gala. Dan Dt. Sri Gala sendiri dimakamkan di Ampang Gadang dekat bukit Pao Ruso di bawah batang pohon kayu dengan tanda empat buah batu, Cuma saat ini yang ditemukan hanya 3 buah.
Hikayat lain adalah tentang legenda Bukit Posuak dan Bukit Pao Ruso. Tersebutlah seorang sakti bernama Baginda Ali. Tubuhnya besar, makannya banyak dan sifatnya pemurah. Dia digambarkan sebagai seorang raksasa yang menguasai nagari Mahat sampai ke Gunung Malintang (Kecamatan Pangkalan sekarang). Segala perbuatan anak nagari harus terlebih dahulu mendapat izin dari Baginda Ali ini.
Pada suatu hari orang di Gunung Malintang berburu rusa tanpa sepengetahuan dan tanpa seizin Baginda Ali. Setelah rusa ditangkap dan pahanya disediakan untuk Baginda Ali sebagai upeti. Tapi Baginda Ali tak terima akan upeti yang sudah jadi kebiasaan masyarakat tersebut. Dia merasa tersinggung dan kehormatan serta wibawanya sebagai penguasa terasa diinjak-injak masyarakat gunung Malintang.
Baginda Ali marah. Dengan bertumpu pada sebuah batu layah diambilnya paha rusa yang disediakan pemburu tadi. Paha rusa tersebut dilemparkan sekuat tenaganya. Lemparan mengenai sebuah batu besar di puncak bukit, hingga batu tersebut tembus dan paha rusa itu mendarat di sebuah padang ilalang. Dan bukit itulah yang disebut sekarang Bukit Pao Ruso (Pao – Paha). Batu yang tembus di puncak bukit tadi sekarang bernama Bukik Posuak (Posuak = tembus).
Dari ekespedisi yang pernah dilakukan di nagari Mahat oleh suatu team yang terdiri dari beberapa orang arkeolog, seorang Geolog dan seorang Biolog 1997 di Situs Bawah Parit Mahat didapati sebuah rangka manusia yang sangat rapuh. Pengamatan yang dilakukannya terhadap bentuk gigi dan bentuk tengkorak menunjukkan bahwa rangka manusia di sini mengacu pada ras mongoloid walaupun unsur ras Metra-lomeknesoid masih tampak dengan jelas
Kalau dikaitkan dengan legenda Dt. Sri Gala di atas, hal tersebut diduga ada hubunganya, karena si Dt. Sri Gala dengan rombongannya berasal dari Kamboja. Kamboja juga salah satu wilayah yang tak jauh dari Yunan Utara. Dengan ditemukan beberapa peninggalan megalitik yang sangat banyak di kawasan ini, kemungkinan juga bahwa penduduk yang mendiami Luak Lima Puluh Kota berasal dari Mahat, dan bahkan mungkin juga untuk kawasan Minangkabau secara umum.
Berdasarkan penelitian di Nagari Mahat orang telah hidup 300 tahun Sebelum Masehi.Mereka hidup dengan pertanian sederhana dan berburu sebagai mata pencahariannya. Mengingat di nagari ini alamnya yang subur dengan air yang cukup dari beberapa anak sungai yang mengalir ke Batang Mahat. Lama kelamaan secara berangsur dengan kehidupan yang makmur tata masyarakatnya mulai diatur dengan rapi.
Masyarakat di sini hidup bersuku-suku di bawah pimpinan seorang kepala suku. Masing-masing suku berdiri sendiri-sendiri. Tidak ada di kawal lineage yang dimaksud William A. Haviland atau paroh dalam istilah Prof.M.Kuntjoroningrat. Istilah suduik tidak diterapkan di Nagari Mahat ini. Suku-suku mereka pada mulanya ada 4. Begitu juga dengan adanya Batu Pembagian di Balai-Balai Batu memperkuat dugaan itu. Sampai saat Dt. Maharajo Indo yang jadi pucuk adat di Limbanang Koto Loweh mengakui berasal dari Mahat meliputi kenagarian Limbanang, Sungai Rimbang, Banjar Loweh dan Koto Tangah. Begitu juga dengan Dt. Siri di Mungka juga mengakui berasal dari Mahat. Mungka meliputi kenagarian Mungka, Jopang dan Manganti, Talang Maur, Padang Loweh dan Simpang Kapuak serta Sungai Antuan.Sementara Dt. Rajo Dibalai di Muaro Takus (XIII Koto Kampar ,Riau) yang menjadi pucuk pimpinan andiko 44 juga mengaku berasal dari Mahat ini .
Perpindahan mereka dari daerah Mahat ke daerah lain sehubungan dengan dua hal, yang pertama karena kepadatan penduduk, yang kedua yang lebih penting untuk mencari tempat yang tinggi yaitu puncak gunung agar dekat dan tetap berhubungan dengan arwah nenek moyang mereka yang menurut kepercayaan mereka tinggal di puncak gunung yang tinggi. Itu pula sebabnya setiap menhir yang dijumpai selalu lengkungan ujungnya menghadap ke salah satu puncak gunung. Dan dari Mahat menghadap ke timur yaitu puncak gunung Sago dan gunung Bongsu. Tatacara penguburan dengan menelungkupkan si mayat dari arah barat ke selatan dan kepalanya di miringkan menghadap puncak gunung Sago bagi mayat laki-laki, dan bagi mayat perempuan ditelentangkan dengan kedua tangannya menutup kemaluannya.
Di kuburan tersebut di bangun sebuah menhir sebagai peringatan atas jasa-jasanya semasa hidup dan sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai pertolongannya, terutama untuk kemaslahatan pada undak. Seperti pada acara menarah baniah yang beberapa tahun silam masih dilakukan orang. Begitu juga dengan pertolongan untuk perkuburan seperti tersirat pada menhir yang berbentuk pedang dan tanduk kerbau hiasan binatang.
Hiasan-hiasan segitiga pada menhir di Mahat ini tidaklah menggambarkan suduik dalam arti adat Minangkabau. Tetapi adalah menggambarkan banyak suku. Sebab di sini mempunyai ke 4 suku seperti dalam suduik nagari lain. Dalam perkembangannya Mahat mulai didatangi bangsa asing. Kemungkinan besar bangsa asing yang mula datang ke sini adalah bangsa China. Ini terlihat dari hiasan bunga teratai di beberapa menhir yang didapati di ampang gadang yaitu pada Situs Pao Ruso (dekat lapangan bola kaki). Sesudah itu baru datang bangsa India. Kata Mahat konon berasal dari nama sebuah nagari (Mahat) di India. Nagari ini maka bernama Mahat karena tetap disinggahi oleh orang Mahat India . Orang India datang untuk membeli gambir, lada dan emas. Disamping berdagang juga mereka menyebarkan agama Hindu dan Budha. Hal ini terlihat dengan adanya usaha pembangunan 2 buah candi di Ampang Gadang dan di Sopan Tanah. (Keterisoliran Nagari Mahat dirasa-kan sejak adanya perubahan transportasi sungai dengan dibangunnya jalan darat dari pedalaman Minangkabau menuju Pangkalan dan Pekan Baru melalui jalan kelok Sembilan yang dibangun Belanda sejak tahun 1895) Berita-berita tersebut diperkirakan dari abad Ke I sampai abad VII, berarti nahkoda pedagang dan pendeta Cina maupun nahkoda pedagang Arab dan India pada abad tersebut telah memasuki pedalaman Minangkabau yaitu Nagari Mahat yang merupakan pusat perdagangan di Sumatera (Pulau Perca). Bukan tidak mungkin agama Islam pun telah dikenal di kawasan ini dalam masa itu yang merupakan abad pertama Hijriah.
Menarik perhatian tentang laporan dari pendeta Budha (I-tsing) dari cina bahwa “ tepat pada tengah hari orang di ibu kota “ Mo-lo-yoe” menginjak bayangan kepala sendiri “ Itu berarti bahwa ibu kota tersebut terletak di tepat khatulistiwa.
Nagari Mahat memberikan petunjuk mengenai hal ini.Berita dari I-tsing lainnya (685 M) menyebutkan bahwa “Mo-lo-yoe” telah menjadi “Che-li-fo-che” (Melayu telah menjadi Sriwijaya). Berita tersebut diperjelas “ Batu bertulis kedudukan Bukit” berangka tahun 605 Saka (683 M) dan Batu Batulis Talang Tuo.(Pulutan 30 September 2012, Saiful.SP)
loading...
Bermula di mahat/Maek..
ReplyDelete