Banyak orang yang mempertanyakan atau -nauzubillah- mengeluh dengan ajaran agama yang menurutnya serba menyulitkan.
"Ah, dikit-dikit haram... dikit-dikit haram... susah amat!" begitulah kira-kira ucapan sebagian orang yang terhalang keinginan hawa nafsunya karena apa yang hendak ia kerjakan itu haram.
Akibatnya, banyak yang alergi dengan kata haram. Begitu mendengar kata-kata haram, ia mengernyitkan dahi dan berkata: "Ah, nggak usah bawa-bawa agama lah...". Astaghfirullah...
Bagi orang semacam ini, kata haram sangat tidak enak didengar, Baginya, kata haram mengekang kehidupan, hingga hidup tak penuh warna. Ini haram, itu haram, membuat hidup tak lagi menyenangkan.
Tapi sadarkah kita, bahwa ternyata di balik haramnya sesuatu, itu menunjukkan betapa sayangnya Allah kepada kita?
Cobalah ingat-ingat kembali kehidupan kita di masa kecil, saat itu ayah kita sering melarang kita melakukan sesuatu. Melarang kita jajan sembarangan, melarang kita main dengan sembarang kawan, pokoknya sering melarang yang menjadi kesenangan kita.
Kita pun marah dan merajuk, kita menganggap ayah kita tak suka kita bersenang-senang. Kadang kemarahan ini segera sirna. Tapi kadang kemarahan ini terpendam hingga bertahun-tahun lamanya.
Hingga kita menjadi dewasa dan memiliki bekal pengetahuan cukup, kita sadar bahwa ayah bermaksud baik ketika melarang kita. Ayah melarang kita karena dia sayang. Ada kasih sayang di balik larangannya. Dan kita pun mengucapkan terima kasih kita kepada ayah. Tapi sering kali kata terima kasih itu tak terucap.
Tapi kadang kita terlambat sadar. Kadang kita sadar ketika kita ayah telah pergi, telah berpindah tempat tinggal, dan tinggal di pemakaman. Ketika itu kita akan sedih. Kita ingin berterimakasih kepadanya, tapi kita tidak menemukannya di rumah.
Allah Maha Penyayang, Allah adalah menyayangi kita. Allah adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah lebih sayang kepada kita daripada orang yang paling menyayangi kita di dunia ini, ayah dan ibu kita.
Allah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Allah maha pengasih dan penyayang. Allah menciptakan semua makhluk, termasuk kita manusia, dan mencurahkan kasih sayangNya. Kasih dan sayang Allah meliputi seluruh makhluk.
Termasuk ketika mengharamkan sesuatu, ada kasih sayang dibalik haramnya itu. Ada kehendak Allah untuk agar manusia mendapatkan manfaat di balik larangan itu. Ada kasih sayang di balik kata haram.
Jika kita bisa menerima ketika ayah kita melarang, maka kita lebih bisa menerima ketika Allah melarang. Siapa yang lebih sayang kepada kita, ayah ataukah Allah? Apakah kasih sayang ayah melebihi kasih sayang Allah? Tidak. Sekali-kali tidak. Bukankah ayah adalah salah satu dari kasih sayang Allah? Allah mengirimkan ayah kepada kita untuk mengasihi kita.
Allah sudah terlalu sayang kepada kita. Kasih sayang Allah tidak terkira. Kasih sayang Allah tercurah kepada kita setiap saat. Kita begitu bergantung kepada kasih sayang Allah. Meskipun kita berdosa, meski kita kerap melanggar perintahNya, Allah tetap sayang kepada kita. NikmatNya tak dicabut karena maksiat kita.
Jangan kita pisahkan kata haram dengan kasih sayang Allah. Ketika Allah mengharamkan sesuatu, Allah tidak ingin manusia mendapatkan bahaya ketika melakukan itu. Allah tidak ingin manusia mendapatkan kemarahanNya ketika melakukan yang haram. Allah sayang kepada kita.
Ketika kita memisahkan kata haram dengan kasih sayang Allah, maka kata haram nampak keras dan tak enak didengar. Kata haram jadi tidak enak kita dengar, karena kita memisahkannya dari kasih sayang Allah.
Allah akan semakin sayang kepada kita ketika kita mentaatiNya. Kasih sayang Allah akan tercurah semakin deras. Rahmat Allah akan tercurah. Jika disayang ayah membuat kita merasa gembira, maka disayang Allah akan memudahkan kita jalan ke surga.
Ketika Allah makin sayang, maka Allah makin memudahkan hal-hal yang bermanfaat kepada kita. Hidup kita semakin mudah, semakin terarah menuju arah yang benar. Semakin banyak yang kita dapatkan dalam hidup ini. Kita tidak mampu melihat kasih Allah yang ada di balik kata haram. Padahal bukti kasih sayang Allah sudah begitu besar dan banyak. Tapi kita tidak bisa melihatnya, apa karena kita tidak mau melihat? Atau kita yang tidak bisa melihat?
Maka kita tidak bisa melihat kasih sayang Allah di balik kata haram. Kita tidak bisa melihat cinta di balik kata haram. Akibatnya kata haram jadi menakutkan. Kita jadi sinis kepada kata haram.
Akibatnya perbuatan haram begitu mudah kita lakukan. Larangan Allah begitu mudah kita langgar. Akibatnya kita sendiri yang rugi. Allah sayang kita, Allah ingin kita menjauhi perbuatan haram karena sayang. Allah ingin kita menjauhi perbuatan haram demi kepentingan kita, agar Allah tak marah kepada kita. Agar Allah makin mencurahkan sayangNya kepada kita.Tapi kita enggan. Kita sendiri yang rugi. Kita sendiri yang merasakan akibatnya.
Jangan marah kepada mereka yang memberitahu kita akan haramnya sesuatu. Jangan terburu benci pada mereka yang mengatakan padamu: ini haram. Sebenarnya mereka mengajak kita menuju kasih sayang Allah. Sebenarnya mereka ingin agar kita mendapat kasih sayangNya.
"Ah, dikit-dikit haram... dikit-dikit haram... susah amat!" begitulah kira-kira ucapan sebagian orang yang terhalang keinginan hawa nafsunya karena apa yang hendak ia kerjakan itu haram.
Akibatnya, banyak yang alergi dengan kata haram. Begitu mendengar kata-kata haram, ia mengernyitkan dahi dan berkata: "Ah, nggak usah bawa-bawa agama lah...". Astaghfirullah...
Bagi orang semacam ini, kata haram sangat tidak enak didengar, Baginya, kata haram mengekang kehidupan, hingga hidup tak penuh warna. Ini haram, itu haram, membuat hidup tak lagi menyenangkan.
Tapi sadarkah kita, bahwa ternyata di balik haramnya sesuatu, itu menunjukkan betapa sayangnya Allah kepada kita?
Cobalah ingat-ingat kembali kehidupan kita di masa kecil, saat itu ayah kita sering melarang kita melakukan sesuatu. Melarang kita jajan sembarangan, melarang kita main dengan sembarang kawan, pokoknya sering melarang yang menjadi kesenangan kita.
Kita pun marah dan merajuk, kita menganggap ayah kita tak suka kita bersenang-senang. Kadang kemarahan ini segera sirna. Tapi kadang kemarahan ini terpendam hingga bertahun-tahun lamanya.
Hingga kita menjadi dewasa dan memiliki bekal pengetahuan cukup, kita sadar bahwa ayah bermaksud baik ketika melarang kita. Ayah melarang kita karena dia sayang. Ada kasih sayang di balik larangannya. Dan kita pun mengucapkan terima kasih kita kepada ayah. Tapi sering kali kata terima kasih itu tak terucap.
Tapi kadang kita terlambat sadar. Kadang kita sadar ketika kita ayah telah pergi, telah berpindah tempat tinggal, dan tinggal di pemakaman. Ketika itu kita akan sedih. Kita ingin berterimakasih kepadanya, tapi kita tidak menemukannya di rumah.
Allah Maha Penyayang, Allah adalah menyayangi kita. Allah adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Allah lebih sayang kepada kita daripada orang yang paling menyayangi kita di dunia ini, ayah dan ibu kita.
Allah adalah Ar-Rahman dan Ar-Rahim. Allah maha pengasih dan penyayang. Allah menciptakan semua makhluk, termasuk kita manusia, dan mencurahkan kasih sayangNya. Kasih dan sayang Allah meliputi seluruh makhluk.
Termasuk ketika mengharamkan sesuatu, ada kasih sayang dibalik haramnya itu. Ada kehendak Allah untuk agar manusia mendapatkan manfaat di balik larangan itu. Ada kasih sayang di balik kata haram.
Jika kita bisa menerima ketika ayah kita melarang, maka kita lebih bisa menerima ketika Allah melarang. Siapa yang lebih sayang kepada kita, ayah ataukah Allah? Apakah kasih sayang ayah melebihi kasih sayang Allah? Tidak. Sekali-kali tidak. Bukankah ayah adalah salah satu dari kasih sayang Allah? Allah mengirimkan ayah kepada kita untuk mengasihi kita.
Allah sudah terlalu sayang kepada kita. Kasih sayang Allah tidak terkira. Kasih sayang Allah tercurah kepada kita setiap saat. Kita begitu bergantung kepada kasih sayang Allah. Meskipun kita berdosa, meski kita kerap melanggar perintahNya, Allah tetap sayang kepada kita. NikmatNya tak dicabut karena maksiat kita.
Jangan kita pisahkan kata haram dengan kasih sayang Allah. Ketika Allah mengharamkan sesuatu, Allah tidak ingin manusia mendapatkan bahaya ketika melakukan itu. Allah tidak ingin manusia mendapatkan kemarahanNya ketika melakukan yang haram. Allah sayang kepada kita.
Ketika kita memisahkan kata haram dengan kasih sayang Allah, maka kata haram nampak keras dan tak enak didengar. Kata haram jadi tidak enak kita dengar, karena kita memisahkannya dari kasih sayang Allah.
Allah akan semakin sayang kepada kita ketika kita mentaatiNya. Kasih sayang Allah akan tercurah semakin deras. Rahmat Allah akan tercurah. Jika disayang ayah membuat kita merasa gembira, maka disayang Allah akan memudahkan kita jalan ke surga.
Ketika Allah makin sayang, maka Allah makin memudahkan hal-hal yang bermanfaat kepada kita. Hidup kita semakin mudah, semakin terarah menuju arah yang benar. Semakin banyak yang kita dapatkan dalam hidup ini. Kita tidak mampu melihat kasih Allah yang ada di balik kata haram. Padahal bukti kasih sayang Allah sudah begitu besar dan banyak. Tapi kita tidak bisa melihatnya, apa karena kita tidak mau melihat? Atau kita yang tidak bisa melihat?
Maka kita tidak bisa melihat kasih sayang Allah di balik kata haram. Kita tidak bisa melihat cinta di balik kata haram. Akibatnya kata haram jadi menakutkan. Kita jadi sinis kepada kata haram.
Akibatnya perbuatan haram begitu mudah kita lakukan. Larangan Allah begitu mudah kita langgar. Akibatnya kita sendiri yang rugi. Allah sayang kita, Allah ingin kita menjauhi perbuatan haram karena sayang. Allah ingin kita menjauhi perbuatan haram demi kepentingan kita, agar Allah tak marah kepada kita. Agar Allah makin mencurahkan sayangNya kepada kita.Tapi kita enggan. Kita sendiri yang rugi. Kita sendiri yang merasakan akibatnya.
Jangan marah kepada mereka yang memberitahu kita akan haramnya sesuatu. Jangan terburu benci pada mereka yang mengatakan padamu: ini haram. Sebenarnya mereka mengajak kita menuju kasih sayang Allah. Sebenarnya mereka ingin agar kita mendapat kasih sayangNya.
loading...
Subhanallah...
ReplyDelete