Pada zaman Nabi Saw dan para sahabat bentuk huruf Qaf (ق) sama dengan huruf Fa (ف). Tidak ada pembeda sama sekali. Tidak ada titiknya. Demikian pula huruf yang lain. Banyak yang kembar. Ada yang kembar lima yaitu huruf Ba (ب), huruf Ta (ت), huruf Tsa (ث), hurun Nun (ن) dan huruf Ya (ي). Ada yang kembar tiga yaitu huruf Jim (ج), huruf Ha (ح), dan huruf Kha (خ). Dan ada juga yang kembar dua.
Yang kembar dua ada tujuh pasang. Yaitu huruf Dal (د) dan Dzal (ذ), huruf Ra (ر) dan Zay (ز), huruf Sin (س) dan Syin (ش), huruf Shad (ص) dan Dhad (ض), huruf Tha (ط) dan Zha (ظ), huruf ‘Ain (ع) dan Ghain (غ), lalu huruf Fa (ف) dan Qaf (ق). Terlihat di sini huruf Fa dan Qaf termasuk pasangan kembar dua sama dengan enam pasang huruf lainnya.
Imam Nashr bin ‘Ashim (w. 90 H.) menambahkan pembeda pada huruf kembar dua dengan menambahkan satu titik di bawah huruf pokok dan satu titik di atas huruf cabang. Misalnya huruf Dal dan Dzal. Maka huruf Dal sebagai huruf pokok diberi titik satu di bawah. Dan huruf Dzal sebagai cabang diberi titik satu di atas. Demikian pula huruf Fa dan Qaf. Huruf pokoknya, yakni Fa, diberi titik satu di bawah, dan huruf cabangnya, yakni Qaf, diberi titik satu di atas.
Lalu imam Yahya bin Ya’mur (w. -+100 H.) menyederhanakan titik yang dibuat Nashr bin ‘Ashim (w. 90 H.) dengan menghapus titik di bawah huruf pokok dan menetapkan titik di atas huruf cabang. Huruf Dal, Ra, Sin, Shad, Tha, dan ‘Ain menjadi tidak bertitik. Sedang huruf Dzal, Zay, Syin, Dhad, Zha, dan Ghain bertitik satu di atas seperti yang kita lihat sekarang. Kecuali huruf Fa dan Qaf. Titiknya dibiarkan seperti semula. Yakni Fa tetap dengan satu titik di bawah dan Qaf dengan satu titik di atas.
Banyak yang mengatakan bahwa yang melakukan penyederhanaan dengan membuang titik di bawah huruf pokok dan menetapkan titik di atas huruf cabang kecuali pada Fa dan Qaf adalah imam Nashr bin Ashim sendiri. Bukan imam Yahya bin Ya’mur. Ada juga yang mengatakan imam Nashr bin Ashim sudah melakukannya bersama imam Yahya bin Ya’mur dari awal. Mungkin hal ini disebabkan karena tarikh hidup imam Yahya bin Ya’mur yang diikhtilafkan para ulama. Imam Ibn Hajar al-Asqalani (w. 852 H.) mengatakan “Yahya bin Ya’mur wafat sebelum tahun 100 hijrah dan ada yang mengatakan setelah tahun 100 hijrah.”
Mengapa imam Nashr bin A’shim dan imam Yahya bin Ya’mur tidak menyederhanakan formasi titik huruf Fa dan Qaf? Seandainya dilakukan mungkin sekarang kita akan melihat huruf Fa tanpa titik dan huruf Qaf dengan titik satu di atas. Tidak ada referensi yang menjelaskan alasannya. Hanya saja tampaknya untuk membedakan dengan huruf ‘Ain dan Ghain saat di tengah.
Bentuk huruf Fa dan Qaf yang berada di tengah kata, yakni tidak di pembuka dan tidak di penutup kata, akan mirip dengan huruf ‘Ain dan Ghain di posisi yang sama. Jika Fa dihilangkan titiknya di bawah maka akan tertukar dengan ‘Ain yang juga tidak punya titik. Fa yang bertitik pula tidak akan tertukar dengan Ghain. Karena titik Fa ada di bawah sedang titik ghain ada di atas.
Lalu sejak kapan titik di atas Qaf menjadi dua dan titik di bawah Fa naik ke atas? Ini diinisiasi oleh imam al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H.) saat menyempurnakan bentuk harakat Al-Quran setelah sebelumnya hanya berupa titik oleh Abu al-Aswad al-Duali (w. 69 H.). Pada mulanya titik di bawah Fa dipindahkan ke atas kepala Fa agar badan Fa, tampaknya, tidak khawatir disangka Ba. Lalu huruf Fa menjadi kembar lagi dengan Qaf maka Qaf ditambah titik satu lagi di atas sehingga menjadi dua.
Huruf Qaf dengan dua titik di atas dan huruf Fa dengan satu titik di atas menjadi huruf resmi yang dipergunakan dalam tulis-menulis huruf Arab, khususnya tulisan Al-Quran, kecuali di wilayah Islam bagian Barat yang meliputi Maroko, Libya, Tunisia, Muritania dan lain-lain. Huruf Qaf mereka masih ditulis satu titik di atas dan huruf Fa dengan satu titik di bawah. Bahkan hingga sekarang mushaf Al-Quran yang dicetak di sana menggunakan huruf Qaf dan Fa yang lama dengan riwayat Warsy dan Qalun dari imam Nafi’.
Yang kembar dua ada tujuh pasang. Yaitu huruf Dal (د) dan Dzal (ذ), huruf Ra (ر) dan Zay (ز), huruf Sin (س) dan Syin (ش), huruf Shad (ص) dan Dhad (ض), huruf Tha (ط) dan Zha (ظ), huruf ‘Ain (ع) dan Ghain (غ), lalu huruf Fa (ف) dan Qaf (ق). Terlihat di sini huruf Fa dan Qaf termasuk pasangan kembar dua sama dengan enam pasang huruf lainnya.
Imam Nashr bin ‘Ashim (w. 90 H.) menambahkan pembeda pada huruf kembar dua dengan menambahkan satu titik di bawah huruf pokok dan satu titik di atas huruf cabang. Misalnya huruf Dal dan Dzal. Maka huruf Dal sebagai huruf pokok diberi titik satu di bawah. Dan huruf Dzal sebagai cabang diberi titik satu di atas. Demikian pula huruf Fa dan Qaf. Huruf pokoknya, yakni Fa, diberi titik satu di bawah, dan huruf cabangnya, yakni Qaf, diberi titik satu di atas.
Lalu imam Yahya bin Ya’mur (w. -+100 H.) menyederhanakan titik yang dibuat Nashr bin ‘Ashim (w. 90 H.) dengan menghapus titik di bawah huruf pokok dan menetapkan titik di atas huruf cabang. Huruf Dal, Ra, Sin, Shad, Tha, dan ‘Ain menjadi tidak bertitik. Sedang huruf Dzal, Zay, Syin, Dhad, Zha, dan Ghain bertitik satu di atas seperti yang kita lihat sekarang. Kecuali huruf Fa dan Qaf. Titiknya dibiarkan seperti semula. Yakni Fa tetap dengan satu titik di bawah dan Qaf dengan satu titik di atas.
Banyak yang mengatakan bahwa yang melakukan penyederhanaan dengan membuang titik di bawah huruf pokok dan menetapkan titik di atas huruf cabang kecuali pada Fa dan Qaf adalah imam Nashr bin Ashim sendiri. Bukan imam Yahya bin Ya’mur. Ada juga yang mengatakan imam Nashr bin Ashim sudah melakukannya bersama imam Yahya bin Ya’mur dari awal. Mungkin hal ini disebabkan karena tarikh hidup imam Yahya bin Ya’mur yang diikhtilafkan para ulama. Imam Ibn Hajar al-Asqalani (w. 852 H.) mengatakan “Yahya bin Ya’mur wafat sebelum tahun 100 hijrah dan ada yang mengatakan setelah tahun 100 hijrah.”
Mengapa imam Nashr bin A’shim dan imam Yahya bin Ya’mur tidak menyederhanakan formasi titik huruf Fa dan Qaf? Seandainya dilakukan mungkin sekarang kita akan melihat huruf Fa tanpa titik dan huruf Qaf dengan titik satu di atas. Tidak ada referensi yang menjelaskan alasannya. Hanya saja tampaknya untuk membedakan dengan huruf ‘Ain dan Ghain saat di tengah.
Bentuk huruf Fa dan Qaf yang berada di tengah kata, yakni tidak di pembuka dan tidak di penutup kata, akan mirip dengan huruf ‘Ain dan Ghain di posisi yang sama. Jika Fa dihilangkan titiknya di bawah maka akan tertukar dengan ‘Ain yang juga tidak punya titik. Fa yang bertitik pula tidak akan tertukar dengan Ghain. Karena titik Fa ada di bawah sedang titik ghain ada di atas.
Lalu sejak kapan titik di atas Qaf menjadi dua dan titik di bawah Fa naik ke atas? Ini diinisiasi oleh imam al-Khalil bin Ahmad al-Farahidi (w. 170 H.) saat menyempurnakan bentuk harakat Al-Quran setelah sebelumnya hanya berupa titik oleh Abu al-Aswad al-Duali (w. 69 H.). Pada mulanya titik di bawah Fa dipindahkan ke atas kepala Fa agar badan Fa, tampaknya, tidak khawatir disangka Ba. Lalu huruf Fa menjadi kembar lagi dengan Qaf maka Qaf ditambah titik satu lagi di atas sehingga menjadi dua.
Huruf Qaf dengan dua titik di atas dan huruf Fa dengan satu titik di atas menjadi huruf resmi yang dipergunakan dalam tulis-menulis huruf Arab, khususnya tulisan Al-Quran, kecuali di wilayah Islam bagian Barat yang meliputi Maroko, Libya, Tunisia, Muritania dan lain-lain. Huruf Qaf mereka masih ditulis satu titik di atas dan huruf Fa dengan satu titik di bawah. Bahkan hingga sekarang mushaf Al-Quran yang dicetak di sana menggunakan huruf Qaf dan Fa yang lama dengan riwayat Warsy dan Qalun dari imam Nafi’.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih