Dalam hidup ini, kita sering dihadapkan dengan berbagai persoalan. Sampai suatu ketika, kita merasa seperti terjebak dalam gua. Dalam gua itu merasa gelap, kita butuh secercah cahaya. Namun sayang, pintu gua itu tertutup batu. Untuk menggeser batu itu, tidak mungkin, karena sangat berat.
Begitu juga dalam hidup kita, terkadang kita dihadapkan pada masalah besar. Masalah tersebut lebih besar dari kemampuan kita. Kita coba mencari solusi, namun tak satupun dapat menyelesaikannya. Kita merasa buntu. Merasa, tak ada jalan keluar.
Betulkah tidak ada solusi?
Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, alangkah baik kita merenungi hadis Nabi yang tercantum dalam kitab Riyadush Shalihin Bab Ikhlas karya Imam Nawawi.
Dari Abu Abdurrahman ‘Abdullah bin Umar bin Khattab r.a., ia menuturkan: Aku mendengar Rasulullah SAW bercerita:
Pada masa sebelum kalian, ada tiga orang yang berjalan-jalan sampai malam dan mereka bermalam di dalam gua. Tiba-tiba, setelah mereka masuk dalam gua itu, ada batu besar dari bukit runtuh dan menutupi pintu gua sehingga mereka tidak bisa keluar.
Salah satu dari ketiganya berkata, ”Kita tidak akan mampu keluar dari gua ini, kecuali kita berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amal-amal terbaik kita. Mudah-mudahan dengan itu, Allah mengeluarkan kita dari gua ini.”
Dan mereka pun akhirnya berdoa.
Orang pertama bermunajat, ”Ya Allah, dulu saya memiliki orang tua yang sudah tua renta. Setiap hari setelah bekerja di kebun, saya selalu menyuapi mereka untuk minum susu. Tapi suatu hari, karena kejauhan mencari kayu bakar, saya terlambat untuk pulang ke rumah. Saya dapati kedua orang tua saya ternyata sudah tertidur. Saya tidak berani membangunkannya untuk minum susu sedang wadah susu sudah berada di tangan saya. Pada waktu itu, anak dan istri saya meminta susu, yang biasanya tersisa setelah orang tua saya minum. Tetapi saya menolaknya. Saya tunggui orang tua saya sampai mereka bangun waktu fajar datang. Akhirnya saya meminumkan susu untuk mereka. Ya Allah, sekiranya apa yang saya lakukan itu ikhlas karena mengharap ridho-Mu, maka bukakanlah pintu gua ini”. Dan batu yang menutupi gua itu, bergeser sedikit.
Orang kedua melanjutkan berdoa, ”Ya Allah, dulu saya memiliki sepupu yang sangat cantik, yang aku cintai. Pada suatu ketika tiba masa paceklik dan dia datang kepadaku untuk meminjam uang 120 dinar. Saya berkata padanya, ’Saya akan meminjamkan uang kepadamu, asal kau mau tidur denganku.’ Awalnya dia menolak. Tapi lama kelamaan dia terpaksa menerima karena dia sangat butuh uang itu. Akhirnya saya pun, sudah akan berzina dengannya. Tapi sebelum saya berzina dengannya, dia berkata, ’Bertakwalah kamu kepada Allah!’ Tiba-tiba saya mengalami ketakutan yang luar biasa. Saya memberikan uang itu kepadanya dan setelah itu saya berlari keluar sekencang-kencangnya. Ya Allah sekiranya yang saya lakukan itu ikhlas karena takut kepada-Mu, maka bukakanlah pintu gua ini.” Dan batu yang menutupi gua itu, bergeser lebih lebar.
Orang ketiga melanjutkan berdoa, ”Ya Allah, dulu saya memiliki seorang pegawai yang ingin saya berikan gajinya. Tapi tiba-tiba dia pergi entah kemana. Uang gaji itu kemudian saya belikan domba. Domba itu beranak pinak. Kemudian saya belikan unta. Dan unta pun juga beranak pinak menjadi banyak. Jumlah mereka hampir mencapai satu padang gembalaan. Setelah sekian tahun lama dia pergi, tiba-tiba pegawai saya itu datang. Dia berkata, ’Ya Tuan, saya kesini bermaksud meminta gaji saya dulu, yang belum sempat saya ambil karena suatu hal.’ Saya menjawab, ’Engkau lihat padang gembalaan yang penuh dengan kambing dan unta itu?’. Dia berkata, ’Ya, saya melihatnya.’ Kemudian saya melanjutkan, ’Itu semua adalah milikmu, gajimu sudah saya belikan kambing, unta dan beranak pinak. Maka ambillah!’ Dia pun mengambil semuanya tanpa bersisa. Ya Allah, sekiranya apa yang saya lakukan itu ikhlas karenaMu, maka bukakanlah pintu gua ini.” Dan batu gua itu bergesar lebih lebar lagi. Mereka bertiga pun akhirnya bisa keluar dari gua itu.
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tersebut, ada banyak pelajaran yang dapat kita petik. Cerita dalam hadis ini, mengajarkan kepada kita cara atau kiat keluar dari masalah besar yang sedang kita hadapi, sebagai jawaban dari pertanyaan di awal. Setidaknya ada 5 kiat agar kita keluar dari masalah:
Kiat #1: Berdo’a kepada Allah SWT.
Do’a adalah senjata orang beriman. Do’a adalah inti dari ibadah. Ketika kita dihadapkan dengan masalah, berarti itu tanda Allah menginginkan kita dekat dengan kepada-Nya. Dia ingin kita beribadah kepada-Nya sungguh-sungguh. Dengan ibadah dan do’a ini, kita akan mengagungkan Allah SWT. Sehingga kita bisa berkata dengan diri sendiri, “Wahai diri, jangan katakan aku memiliki masalah besar, melainkan katakan aku memiliki Allah Yang Maha Besar!”
Dalam berdo’a ini kita harus memperhatikan adab-adab berdo’a sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Terutama kita harus menjaga makanan, minuman, serta pakaian dari hal-hal yang haram dan syubhat. Berdo’a dengan khusyu. Dan yakin Allah pasti mengambulkan do’a. Sebab, semua do’a kita ijabah oleh Allah, hanya saja ada yang segera, ada yang ditunda dan ada yang diganti dengan hal yang lebih baik.
Kiat #2: Bertawasul dengan hal disyari’atkan Allah dan rasul-Nya.
Tawassul adalah mengambil sarana/wasilah agar do’a atau ibadah kita dapat lebih diterima dan dikabulkan oleh Allah SWT. Dalam Islam ada 6 bentuk tawashul yang dibolehkan, yaitu: 1). Bertawassul dengan menyebut asmaa-ul husna (nama-nama Allah) yang sesuai dengan hajatnya ketika berdo’a (QS. Al-A’raf [7]:180); 2). Bertawassul dengan sifat-sifat Allah Ta’ala; 3). Bertawassul dengan keimanan kepada Allah Ta’ala (Qs.Ali-Imran[3]:193); 4). Bertawassul dengan ketauhidan kepada Allah. (QS.Al-Anbiya[21]:87-88); 5). Bertawassul dengan amal shalih; dan 6). Bertawassul dengan meminta doanya orang shalih yang “masih hidup”.
Dalam hadis di atas, merupakan contoh tawasul melalui amal sholeh. Orang pertama bertawasul dengan amal sholeh berbuat baik kepada kedua orang tua; orang kedua bertawasul dengan amal sholeh meninggalkan zina karena takut kepada Allah; dan orang ketiga bertawasul dengan amal sholeh menepati janji, menjaga amanah, dan memberikan haknya secara tulus kepada orang lain.
Kiat #3: Berbakti dan meminta do’a-restu kepada kedua orang tua.
Adakalanya masalah besar yang dialami seseorang, karena hubungannya dengan kedua orangtuanya tidak harmonis. Misalnya, ada seorang perempuan sangat ingin menikah, sebab umurnya sudah hampir baya. Setiap kali dia ingin menikah, selalu saja kandas, bahkan batal ketika dia dan calon suaminya menyepakati hari pernikahan. Kegagalan demi kegagalan selalu dia alami.
Suatu ketika dia curhat dengan seniornya. Seniornya yang telah menikah itu, bertanya, “Bagaimana hubunganmu dengan ibumu?” Perempuan itu tidak menjawab. Dia menangis. Selama ini memang dia telah melupakan ibunya, padahal ibunya masih hidup. Waktu itu pula dia menelpon ibunya minta maaf atas kealfaannya selama ini. Tak berapa lama, di hari itu juga, tiba-tiba ada teman lamanya menghubunginya, dan mengajaknya menikah. Mereka pun menikah dan dikarunia anak.
Mungkin, masalah besar yang kita hadapi, ada hubungannya dengan masalah kita dengan kedua orang tua. Bisa jadi, kita menyadari telah mengecewakan, menyakiti dan membuat ortu kita tersinggung, terutama kepada ibu. Oleh sebab itu, agar kita keluar dari masalah, hendaknya minta maaf kepada ortu dan minta do’a mereka. Sebab do’a ibu-bapak terhadap anaknya akan diijabah oleh Allah SWT. Bahkan terkadang, banyak orang salah alamat mencari sosok “keramat” dengan mengunjungi kuburan, padahal di rumah ada sosok “keramat” (mulia) yaitu ortu, terutama ibu. Bukankah surga itu berada di bawah telapak kaki ibu?
Kiat #4: Menjaga diri dari perbuatan maksiat dan berdosa.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah meneliti akibat kemaksiatan, menurutnya ada 22 akibat maksiat, diantaranya –yang berhubungan dengan pembahasan kita– : terhalangnya mendapatkan ilmu; terhalangnya mendapat rezeki halal; semakin jauh kepada Allah; semakin jauh dari orang sholeh dan membuat semua urusannya sulit atau bermasalah.
Tidak sedikit, orang yang melakukan maksiat dan perbuatan dosa ketika dihadapi masalah. Misalnya, ada yang bermasalah secara finansial atau keuangan, menyelesaikannya dengan cara korupsi, mencuri, menipu dan sejenisnya. Dia sangka itu akan menyelesaikan masalah, padahal sebaliknya menambah masalah. Ketika kita bermasalah, malah pilih solusi yang tanpa masalah.
Dengan kata lain, ketika kita memiliki masalah, berarti ada kemaksiatan atau perbuatan dosa yang telah kita lakukan mungkin itu tanpa kita sadari. Oleh sebab itu, ketika kita dihadapkan dengan masalah, cepat-cepatlah beristighfar dan bertaubat. Kita pergunakan waktu malam hari memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah SWT.
Kiat #5: Menepati janji, menjalankan amanah dan bersikap dermawan.
Selain telah kita bahas di atas, ada juga masalah itu muncul karena kita tidak menepati janji, tidak amanah dan tidak mau berbagi kepada orang lain. Bisa jadi, janji itu bukan kepada orang lain, melainkan kepada diri kita sendiri, misalnya kita berjanji melakukan sesuatu ketika kita meraih sesuatu, ini kita kenal dengan nazar. Atau amanah yang Allah berikan kepada kita, namun kita sia-siakan, misalnya Allah mengamanahkan kepada kedua orang tua untuk menjaga anak-anaknya, namun tidak diajaga secara baik. Begitu juga akar masalah itu bisa dari sifat pelit kita kepada orang lain, sehingga Allah berlepas tangan untuk membantu kita sebab Allah akan membantu seorang hamba selama hamba itu membantu orang lain.
Ada banyak ayat, hadis dan kisah tentang shadaqah yang membawa berkah, sehingga masalah seseorang teratasi. Ada yang sembuh dari penyakit kronis, karena rajin shadaqah. Ada yang terlepas dari lilitan utang, karena rajin shadaqah. Ada rizkinya bertambah, karena gemar shadaqah. Ada hubungan menjadi harmonis, karena shadaqah.
Semoga kita dapat mengamalkan 5 kiat tersebut dalam kehidupan kita, agar kita keluar dari masalah yang kita hadapi. Wallahu a’lam bish shawab.
***
Sumber: Dikutip dari: Tulisan Udo YM di laman : https://www.wasathiyyah.com/kajian/kehidupan/08/10/2018/5-kiat-keluar-dari-masalah/
Begitu juga dalam hidup kita, terkadang kita dihadapkan pada masalah besar. Masalah tersebut lebih besar dari kemampuan kita. Kita coba mencari solusi, namun tak satupun dapat menyelesaikannya. Kita merasa buntu. Merasa, tak ada jalan keluar.
Betulkah tidak ada solusi?
Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, alangkah baik kita merenungi hadis Nabi yang tercantum dalam kitab Riyadush Shalihin Bab Ikhlas karya Imam Nawawi.
Dari Abu Abdurrahman ‘Abdullah bin Umar bin Khattab r.a., ia menuturkan: Aku mendengar Rasulullah SAW bercerita:
Pada masa sebelum kalian, ada tiga orang yang berjalan-jalan sampai malam dan mereka bermalam di dalam gua. Tiba-tiba, setelah mereka masuk dalam gua itu, ada batu besar dari bukit runtuh dan menutupi pintu gua sehingga mereka tidak bisa keluar.
Salah satu dari ketiganya berkata, ”Kita tidak akan mampu keluar dari gua ini, kecuali kita berdo’a kepada Allah dengan menyebutkan amal-amal terbaik kita. Mudah-mudahan dengan itu, Allah mengeluarkan kita dari gua ini.”
Dan mereka pun akhirnya berdoa.
Orang pertama bermunajat, ”Ya Allah, dulu saya memiliki orang tua yang sudah tua renta. Setiap hari setelah bekerja di kebun, saya selalu menyuapi mereka untuk minum susu. Tapi suatu hari, karena kejauhan mencari kayu bakar, saya terlambat untuk pulang ke rumah. Saya dapati kedua orang tua saya ternyata sudah tertidur. Saya tidak berani membangunkannya untuk minum susu sedang wadah susu sudah berada di tangan saya. Pada waktu itu, anak dan istri saya meminta susu, yang biasanya tersisa setelah orang tua saya minum. Tetapi saya menolaknya. Saya tunggui orang tua saya sampai mereka bangun waktu fajar datang. Akhirnya saya meminumkan susu untuk mereka. Ya Allah, sekiranya apa yang saya lakukan itu ikhlas karena mengharap ridho-Mu, maka bukakanlah pintu gua ini”. Dan batu yang menutupi gua itu, bergeser sedikit.
Orang kedua melanjutkan berdoa, ”Ya Allah, dulu saya memiliki sepupu yang sangat cantik, yang aku cintai. Pada suatu ketika tiba masa paceklik dan dia datang kepadaku untuk meminjam uang 120 dinar. Saya berkata padanya, ’Saya akan meminjamkan uang kepadamu, asal kau mau tidur denganku.’ Awalnya dia menolak. Tapi lama kelamaan dia terpaksa menerima karena dia sangat butuh uang itu. Akhirnya saya pun, sudah akan berzina dengannya. Tapi sebelum saya berzina dengannya, dia berkata, ’Bertakwalah kamu kepada Allah!’ Tiba-tiba saya mengalami ketakutan yang luar biasa. Saya memberikan uang itu kepadanya dan setelah itu saya berlari keluar sekencang-kencangnya. Ya Allah sekiranya yang saya lakukan itu ikhlas karena takut kepada-Mu, maka bukakanlah pintu gua ini.” Dan batu yang menutupi gua itu, bergeser lebih lebar.
Orang ketiga melanjutkan berdoa, ”Ya Allah, dulu saya memiliki seorang pegawai yang ingin saya berikan gajinya. Tapi tiba-tiba dia pergi entah kemana. Uang gaji itu kemudian saya belikan domba. Domba itu beranak pinak. Kemudian saya belikan unta. Dan unta pun juga beranak pinak menjadi banyak. Jumlah mereka hampir mencapai satu padang gembalaan. Setelah sekian tahun lama dia pergi, tiba-tiba pegawai saya itu datang. Dia berkata, ’Ya Tuan, saya kesini bermaksud meminta gaji saya dulu, yang belum sempat saya ambil karena suatu hal.’ Saya menjawab, ’Engkau lihat padang gembalaan yang penuh dengan kambing dan unta itu?’. Dia berkata, ’Ya, saya melihatnya.’ Kemudian saya melanjutkan, ’Itu semua adalah milikmu, gajimu sudah saya belikan kambing, unta dan beranak pinak. Maka ambillah!’ Dia pun mengambil semuanya tanpa bersisa. Ya Allah, sekiranya apa yang saya lakukan itu ikhlas karenaMu, maka bukakanlah pintu gua ini.” Dan batu gua itu bergesar lebih lebar lagi. Mereka bertiga pun akhirnya bisa keluar dari gua itu.
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim tersebut, ada banyak pelajaran yang dapat kita petik. Cerita dalam hadis ini, mengajarkan kepada kita cara atau kiat keluar dari masalah besar yang sedang kita hadapi, sebagai jawaban dari pertanyaan di awal. Setidaknya ada 5 kiat agar kita keluar dari masalah:
Kiat #1: Berdo’a kepada Allah SWT.
Do’a adalah senjata orang beriman. Do’a adalah inti dari ibadah. Ketika kita dihadapkan dengan masalah, berarti itu tanda Allah menginginkan kita dekat dengan kepada-Nya. Dia ingin kita beribadah kepada-Nya sungguh-sungguh. Dengan ibadah dan do’a ini, kita akan mengagungkan Allah SWT. Sehingga kita bisa berkata dengan diri sendiri, “Wahai diri, jangan katakan aku memiliki masalah besar, melainkan katakan aku memiliki Allah Yang Maha Besar!”
Dalam berdo’a ini kita harus memperhatikan adab-adab berdo’a sebagaimana dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Terutama kita harus menjaga makanan, minuman, serta pakaian dari hal-hal yang haram dan syubhat. Berdo’a dengan khusyu. Dan yakin Allah pasti mengambulkan do’a. Sebab, semua do’a kita ijabah oleh Allah, hanya saja ada yang segera, ada yang ditunda dan ada yang diganti dengan hal yang lebih baik.
Kiat #2: Bertawasul dengan hal disyari’atkan Allah dan rasul-Nya.
Tawassul adalah mengambil sarana/wasilah agar do’a atau ibadah kita dapat lebih diterima dan dikabulkan oleh Allah SWT. Dalam Islam ada 6 bentuk tawashul yang dibolehkan, yaitu: 1). Bertawassul dengan menyebut asmaa-ul husna (nama-nama Allah) yang sesuai dengan hajatnya ketika berdo’a (QS. Al-A’raf [7]:180); 2). Bertawassul dengan sifat-sifat Allah Ta’ala; 3). Bertawassul dengan keimanan kepada Allah Ta’ala (Qs.Ali-Imran[3]:193); 4). Bertawassul dengan ketauhidan kepada Allah. (QS.Al-Anbiya[21]:87-88); 5). Bertawassul dengan amal shalih; dan 6). Bertawassul dengan meminta doanya orang shalih yang “masih hidup”.
Dalam hadis di atas, merupakan contoh tawasul melalui amal sholeh. Orang pertama bertawasul dengan amal sholeh berbuat baik kepada kedua orang tua; orang kedua bertawasul dengan amal sholeh meninggalkan zina karena takut kepada Allah; dan orang ketiga bertawasul dengan amal sholeh menepati janji, menjaga amanah, dan memberikan haknya secara tulus kepada orang lain.
Kiat #3: Berbakti dan meminta do’a-restu kepada kedua orang tua.
Adakalanya masalah besar yang dialami seseorang, karena hubungannya dengan kedua orangtuanya tidak harmonis. Misalnya, ada seorang perempuan sangat ingin menikah, sebab umurnya sudah hampir baya. Setiap kali dia ingin menikah, selalu saja kandas, bahkan batal ketika dia dan calon suaminya menyepakati hari pernikahan. Kegagalan demi kegagalan selalu dia alami.
Suatu ketika dia curhat dengan seniornya. Seniornya yang telah menikah itu, bertanya, “Bagaimana hubunganmu dengan ibumu?” Perempuan itu tidak menjawab. Dia menangis. Selama ini memang dia telah melupakan ibunya, padahal ibunya masih hidup. Waktu itu pula dia menelpon ibunya minta maaf atas kealfaannya selama ini. Tak berapa lama, di hari itu juga, tiba-tiba ada teman lamanya menghubunginya, dan mengajaknya menikah. Mereka pun menikah dan dikarunia anak.
Mungkin, masalah besar yang kita hadapi, ada hubungannya dengan masalah kita dengan kedua orang tua. Bisa jadi, kita menyadari telah mengecewakan, menyakiti dan membuat ortu kita tersinggung, terutama kepada ibu. Oleh sebab itu, agar kita keluar dari masalah, hendaknya minta maaf kepada ortu dan minta do’a mereka. Sebab do’a ibu-bapak terhadap anaknya akan diijabah oleh Allah SWT. Bahkan terkadang, banyak orang salah alamat mencari sosok “keramat” dengan mengunjungi kuburan, padahal di rumah ada sosok “keramat” (mulia) yaitu ortu, terutama ibu. Bukankah surga itu berada di bawah telapak kaki ibu?
Kiat #4: Menjaga diri dari perbuatan maksiat dan berdosa.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah telah meneliti akibat kemaksiatan, menurutnya ada 22 akibat maksiat, diantaranya –yang berhubungan dengan pembahasan kita– : terhalangnya mendapatkan ilmu; terhalangnya mendapat rezeki halal; semakin jauh kepada Allah; semakin jauh dari orang sholeh dan membuat semua urusannya sulit atau bermasalah.
Tidak sedikit, orang yang melakukan maksiat dan perbuatan dosa ketika dihadapi masalah. Misalnya, ada yang bermasalah secara finansial atau keuangan, menyelesaikannya dengan cara korupsi, mencuri, menipu dan sejenisnya. Dia sangka itu akan menyelesaikan masalah, padahal sebaliknya menambah masalah. Ketika kita bermasalah, malah pilih solusi yang tanpa masalah.
Dengan kata lain, ketika kita memiliki masalah, berarti ada kemaksiatan atau perbuatan dosa yang telah kita lakukan mungkin itu tanpa kita sadari. Oleh sebab itu, ketika kita dihadapkan dengan masalah, cepat-cepatlah beristighfar dan bertaubat. Kita pergunakan waktu malam hari memperbanyak istighfar dan taubat kepada Allah SWT.
Kiat #5: Menepati janji, menjalankan amanah dan bersikap dermawan.
Selain telah kita bahas di atas, ada juga masalah itu muncul karena kita tidak menepati janji, tidak amanah dan tidak mau berbagi kepada orang lain. Bisa jadi, janji itu bukan kepada orang lain, melainkan kepada diri kita sendiri, misalnya kita berjanji melakukan sesuatu ketika kita meraih sesuatu, ini kita kenal dengan nazar. Atau amanah yang Allah berikan kepada kita, namun kita sia-siakan, misalnya Allah mengamanahkan kepada kedua orang tua untuk menjaga anak-anaknya, namun tidak diajaga secara baik. Begitu juga akar masalah itu bisa dari sifat pelit kita kepada orang lain, sehingga Allah berlepas tangan untuk membantu kita sebab Allah akan membantu seorang hamba selama hamba itu membantu orang lain.
Ada banyak ayat, hadis dan kisah tentang shadaqah yang membawa berkah, sehingga masalah seseorang teratasi. Ada yang sembuh dari penyakit kronis, karena rajin shadaqah. Ada yang terlepas dari lilitan utang, karena rajin shadaqah. Ada rizkinya bertambah, karena gemar shadaqah. Ada hubungan menjadi harmonis, karena shadaqah.
Semoga kita dapat mengamalkan 5 kiat tersebut dalam kehidupan kita, agar kita keluar dari masalah yang kita hadapi. Wallahu a’lam bish shawab.
***
Sumber: Dikutip dari: Tulisan Udo YM di laman : https://www.wasathiyyah.com/kajian/kehidupan/08/10/2018/5-kiat-keluar-dari-masalah/
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih