Ada sebuah pepatah Arab mengatakan:
"Ini merupakan sebuah pribahasa arab. Artinya lebih kurang: "Aku telah dimangsa sejak hari dimangsanya banteng putih".
Pribahasa ini berangkat dari sebuah kisah fabel yang cukup terkenal di masyarakat Arab yang diambil dari kitab Kalilah wa Dimnah karangan Ibn al-Muqaffa'. Kitab ini sendiri sebenarnya disadur dari fabel masyarakat India. Kisahnya bercerita tentang 3 ekor banteng besar dan seekor singa. Begini ceritanya:
Alkisah, ada 3 ekor banteng besar yang hidup di sebuah hutan savana dan padang rumput yang subur. Ada banteng putih, banteng merah dan banteng hitam. Di hutan savana tersebut, hidup pula bersama mereka seekor singa.
Pada suatu hari singa menyerang banteng tersebut untuk dimangsanya. Dengan kompak ketiga banteng besar ini menghadapi serangan singa yang ganas. Akibatnya singa tidak bisa berkutik.
Akhirnya singa menjauh dan merancang strategi khusus untuk bisa memangsa banteng tersebut. Ia dekatilah dua ekor banteng hitam dan merah. Sang singa berkata:
"Sebenarnya aku tidak ada urusan dengan kalian. Aku hanya mau memangsa banteng putih. Kalian adalah temanku. Dengan kekuatanku sebenarnya aku bisa memangsa kalian. Tapi aku tidak mau itu. Karena kalian aku anggap teman. Maka biarkanlah aku memangsa banteng putih itu".
Mendengar rayuan singa tersebut, kedua banteng inipun terpengaruh dan percaya. Apalagi mereka juga ingin bisa istirahat dan nyaman tanpa harus bertarung melawan singa setiap saat.
Maka berhasillah singa menerkam banteng putih. Singa sangat bahagia. Makan berhari-hari dengan kenyang dan penuh senyuman.
Namun setelah beberapa waktu, singa kembali lapar. Diserangnya kedua banteng yang tersisa. Kedua banteng dengan kompak menghadapi serangan singa lapar. Akibatnya singa mundur dan menjauh.
Kemudian singa kembali memakai taktik yang pertama. Ia dekati banteng hitam.
"Aku tak ada urusan denganmu. Aku hanya benci dengan banteng merah. Adapun kamu adalah teman terbaikku. Biarkanlah aku memangsa banteng merah itu..." kata singa menipu banteng hitam.
Banteng hitam pun percaya. Apalagi dia juga ingin banyak istirahat menikmati hijaunya padang rumput. Tak usah ada pertempuran dengan singa. Akibatnya banteng merahpun tewas diterkam oleh singa.
Singa makan kenyang dan pesta berhari-hari. Namun kemudian ia pun kembali lapar. Makanan sudah habis. Maka banteng hitamlah menjadi mangsa berikutnya.
Dengan mudahnya singa menaklukkan banteng hitam yang sendirian. Tidak ada perlawanan berarti. Menjelang ajalnya datang, banteng hitam berteriak,
"Aku telah dimangsa saat banteng putih dimangsa".
Mendengar teriakan itu, singa bertanya,
"Apa maksudmu dengan teriakan ini?".
Banteng hitam menjawab,
"Sejak aku izinkan engkau memangsa banteng putih, maka sebenarnya semenjak itu pula aku mengizinkan diriku dimangsa..."
* * *
أُكِلْتُ يَوْمَ أُكِلَ الثَوْرُ الأَبْيَضُ
Pribahasa ini berangkat dari sebuah kisah fabel yang cukup terkenal di masyarakat Arab yang diambil dari kitab Kalilah wa Dimnah karangan Ibn al-Muqaffa'. Kitab ini sendiri sebenarnya disadur dari fabel masyarakat India. Kisahnya bercerita tentang 3 ekor banteng besar dan seekor singa. Begini ceritanya:
Alkisah, ada 3 ekor banteng besar yang hidup di sebuah hutan savana dan padang rumput yang subur. Ada banteng putih, banteng merah dan banteng hitam. Di hutan savana tersebut, hidup pula bersama mereka seekor singa.
Pada suatu hari singa menyerang banteng tersebut untuk dimangsanya. Dengan kompak ketiga banteng besar ini menghadapi serangan singa yang ganas. Akibatnya singa tidak bisa berkutik.
Akhirnya singa menjauh dan merancang strategi khusus untuk bisa memangsa banteng tersebut. Ia dekatilah dua ekor banteng hitam dan merah. Sang singa berkata:
"Sebenarnya aku tidak ada urusan dengan kalian. Aku hanya mau memangsa banteng putih. Kalian adalah temanku. Dengan kekuatanku sebenarnya aku bisa memangsa kalian. Tapi aku tidak mau itu. Karena kalian aku anggap teman. Maka biarkanlah aku memangsa banteng putih itu".
Mendengar rayuan singa tersebut, kedua banteng inipun terpengaruh dan percaya. Apalagi mereka juga ingin bisa istirahat dan nyaman tanpa harus bertarung melawan singa setiap saat.
Maka berhasillah singa menerkam banteng putih. Singa sangat bahagia. Makan berhari-hari dengan kenyang dan penuh senyuman.
Namun setelah beberapa waktu, singa kembali lapar. Diserangnya kedua banteng yang tersisa. Kedua banteng dengan kompak menghadapi serangan singa lapar. Akibatnya singa mundur dan menjauh.
Kemudian singa kembali memakai taktik yang pertama. Ia dekati banteng hitam.
"Aku tak ada urusan denganmu. Aku hanya benci dengan banteng merah. Adapun kamu adalah teman terbaikku. Biarkanlah aku memangsa banteng merah itu..." kata singa menipu banteng hitam.
Banteng hitam pun percaya. Apalagi dia juga ingin banyak istirahat menikmati hijaunya padang rumput. Tak usah ada pertempuran dengan singa. Akibatnya banteng merahpun tewas diterkam oleh singa.
Singa makan kenyang dan pesta berhari-hari. Namun kemudian ia pun kembali lapar. Makanan sudah habis. Maka banteng hitamlah menjadi mangsa berikutnya.
Dengan mudahnya singa menaklukkan banteng hitam yang sendirian. Tidak ada perlawanan berarti. Menjelang ajalnya datang, banteng hitam berteriak,
"Aku telah dimangsa saat banteng putih dimangsa".
Mendengar teriakan itu, singa bertanya,
"Apa maksudmu dengan teriakan ini?".
Banteng hitam menjawab,
"Sejak aku izinkan engkau memangsa banteng putih, maka sebenarnya semenjak itu pula aku mengizinkan diriku dimangsa..."
* * *
loading...
ini kayak umat islam di negeri kita
ReplyDelete