Syaikh Usamah Sayyid Al-Azhari menjelaskan:
Saya telah melakukan perenungan mendalam terhadap manhaj al-Azhar, baik dari segi sumber maupun komposisinya. Saya bisa menyimpulkan beberapa karakter, keistimewaan dan komposisi manhaj al-Azhar, melalui penelitian mendalam terhadap para ulama, tokoh, ilmu, kitab serta peran besar al-Azhar kepada manusia sepanjang sejarahnya.
Berikut 8 komposisi manhaj al-Azhar:
1. اتصال سنده رواية ودراية وتزكية
(Rantai ilmu-ilmu al-Azhar adalah rantai yang terhubung hingga sumber, baik dari segi ilmu riwayat, pemahaman dan penyucian jiwa).
Ini artinya bahwa seluruh ilmu dan pengetahuan di al-Azhar itu diriwayatkan dan didapatkan melalui sanad yang terhubung. Setiap generasi mewarisi riwayat dan cara memahami generasi sebelumnya. Tidak ada satupun lulusan al-Azhar yang boleh menjadi tokoh publik, kecuali setelah lama hidup bersama para ulama, sehingga mereka memberinya ijazah dan izin meriwayatkan, mengajar dan menulis. Interaksi lama dengan para ulama membuatnya mengerti, menguasai ilmu dan mendapat metode pengetahuan.
2. العناية بتحصيل علوم الآلة
(Al-Azhar sangat memperhatikan ilmu-ilmu alat).
Manhaj al-Azhar dalam mendidik putra-putrinya sangat memperhatikan dan menekankan ilmu-ilmu alat, hingga mereka memahami, menguasai dan mendalaminya. Ilmu alat ini mencakup: Nahu, Sorof, Isytiqâq, Balâghah (Bayân, Ma`âny, Badî`), Usul Fikih, Ilmu Hadis dan ilmu-ilmu lain yang bisa membantu dan menjadikan pelajar layak memahami al-Qur'an dan Hadis, sesuai dengan ilmu dan metode yang baik.
Hal ini semua dipelajari melalui jenjang pendidikan yang diakui, dari pelajaran awal hingga semakin meluas dan mendalam.
3. الإلمام والإحاطة بمقاصد الشريعة
(Mengetahui dan menguasai Maqâshid /tujuan luhur Syariah).
Dua poin di atas (lama belajar kepada para ulama dan menguasai ilmu alat) membuat mata hati pelajar al-Azhar terbuka hingga memahami tujuan-tujuan mulia Syariah. Ia memahami dengan baik bahwa agama Islam datang untuk membawa manusia pada ibadah menyembah Allah, penyucian diri, kemakmuran alam semesta, menjadi pelita hidayah bagi umat manusia, menjadi pewaris Nabi, membangun manusia dengan dasar rabbani yang jelas, berbuat untuk akhirat, membina akhlak mulia, membangun peradaban dan membuat kebangkitan.
Hal ini semua agar umat Islam terus melakukan perannya sebagai umat pembawa rahmat untuk semua manusia dan semesta, sesuai sifat Rasulullah.
Jika pelajar telah memahami Maqâshid ini dengan baik, maka pemahaman agamanya meluas, cara pandangnya pada permasalah fikih atau lainnya akan terang menyinari, dan ia keluar dari cara pikir yang radikal dan kasar. Sehingga ia bisa dengan lembut mengajar orang yang berbeda atau menentangnya. Dan ia selalu berakhlak sesuai dengan akhlak Nabi.
4. تنزيل القرآن الكريم على مواضعه
(Ia mempu menempatkan setiap ayat al-Qur'an sesuai pemahaman yang benar).
Dari 3 poin sebelumnya terlahir hal yang sangat penting, bahwa seorang yang terdidik dengan manhaj al-Azhar mampu memahami al-Qur'an dengan sangat baik, sehingga ia tidak meletakkan ayat tentang orang kafir pada seorang muslim, atau pun sebaliknya. Ia mampu memahami al-Qur'an dengan baik, sehingga ia mampu menerapkannya pada realitas tanpa ada kekacauan.
5. تعظيم شأن الأمة المحمدية
(Mengagungkan umat Islam)
Dari poin-poin sebelumnya terbentuklah seorang yang mengagungkan umat Nabi Muhammad, sebagai umat yang menjalankan Islam, umat ilmu, hidayah, rahmat, pewaris Nabi, penyampai agama Allah, pemikul amanah Syariah. Umat ini memiliki tugas untuk umat-umat lainnya, yaitu sebagai umat penyampai hidayah dan Syariah. Karenanya ia harus ikut serta dengan aktif dan baik dalam pembangunan budaya umat manusia, sehingga umat Islam mampu menunjukan manusia kepada Allah melalui berbagai ilmu, seni, sastra, akhlak dan pengetahuan.
Jika seorang memahami ini, maka ia akan mengagungkan umat ini, sehingga ia tidak mudah menuduh siapapun dari umat Islam dengan kesyirikan, kefasikan, bid'ah, kebencian dan permusuhan.
6. حمل همِّ الهداية العامة
(Memikul beban sebagai penyampai hidayah bagi semua manusia)
Jika poin-poin di atas telah terealisasi, maka sang pelajar al-Azhar akan yakin bahwa membawa hidayah untuk semua manusia adalah salah satu kewajiban utama. Sesungguhnya manhaj Nabi penuh dengan tekad membawa hidayah untuk manusia, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang pada semua makhluk.
7. المكونات الكاملة للعلم
(Memiliki komposisi ilmu yang lengkap)
Sepanjang sejarahnya, al-Azhar selalu mendidik putra-putrinya bahwa ilmu terbentuk dari 3 komponen:
(a). Sumber ilmu, yaitu: al-Qur'an, Hadis, Ijma' dan Qiyas.
(b). Manhaj yang diakui dan terarah dalam memahami, menganalisa dan mendalam arti teks (Nash).
(c). Kriteria, bakat dan kemampuan yang ada pada orang yang akan memahami nash.
Hal ini karena nash tidak akan melahirkan ilmu dan hidayah, sampai dipahami dengan metode yang benar, oleh orang yang telah terdidik hingga layak.
Begitu juga ilmu terbentuk dari dua komponen utama: ilmu riwayat (naql) dan ilmu akal (aql), sehingga dengan ini seorang pelajar bisa melihat melalui dua mata. Ia pun mampu membaca, memahami dan menguasai berbagai macam paradigma budaya umat manusia, demi tersampaikannya ajaran Islam kepada semua.
8. الاستفادة من تراث الأُمَّة، والانفتاح عليه، والتواصل معه، والبناء عليه.
(Mengambil faidah dari turats umat Islam, terbuka, terhubung dan melanjutkan bangunan ilmu turâts).
Semoga dengan 8 poin yang jumlahnya sama dengan jumlah pintu surga ini, Allah berkenan membukakan pintu pemahaman, ilmu dan kesucian hati.
• Dr. Usamah Sayyid al-Azhari
Saya telah melakukan perenungan mendalam terhadap manhaj al-Azhar, baik dari segi sumber maupun komposisinya. Saya bisa menyimpulkan beberapa karakter, keistimewaan dan komposisi manhaj al-Azhar, melalui penelitian mendalam terhadap para ulama, tokoh, ilmu, kitab serta peran besar al-Azhar kepada manusia sepanjang sejarahnya.
Berikut 8 komposisi manhaj al-Azhar:
1. اتصال سنده رواية ودراية وتزكية
(Rantai ilmu-ilmu al-Azhar adalah rantai yang terhubung hingga sumber, baik dari segi ilmu riwayat, pemahaman dan penyucian jiwa).
Ini artinya bahwa seluruh ilmu dan pengetahuan di al-Azhar itu diriwayatkan dan didapatkan melalui sanad yang terhubung. Setiap generasi mewarisi riwayat dan cara memahami generasi sebelumnya. Tidak ada satupun lulusan al-Azhar yang boleh menjadi tokoh publik, kecuali setelah lama hidup bersama para ulama, sehingga mereka memberinya ijazah dan izin meriwayatkan, mengajar dan menulis. Interaksi lama dengan para ulama membuatnya mengerti, menguasai ilmu dan mendapat metode pengetahuan.
2. العناية بتحصيل علوم الآلة
(Al-Azhar sangat memperhatikan ilmu-ilmu alat).
Manhaj al-Azhar dalam mendidik putra-putrinya sangat memperhatikan dan menekankan ilmu-ilmu alat, hingga mereka memahami, menguasai dan mendalaminya. Ilmu alat ini mencakup: Nahu, Sorof, Isytiqâq, Balâghah (Bayân, Ma`âny, Badî`), Usul Fikih, Ilmu Hadis dan ilmu-ilmu lain yang bisa membantu dan menjadikan pelajar layak memahami al-Qur'an dan Hadis, sesuai dengan ilmu dan metode yang baik.
Hal ini semua dipelajari melalui jenjang pendidikan yang diakui, dari pelajaran awal hingga semakin meluas dan mendalam.
3. الإلمام والإحاطة بمقاصد الشريعة
(Mengetahui dan menguasai Maqâshid /tujuan luhur Syariah).
Dua poin di atas (lama belajar kepada para ulama dan menguasai ilmu alat) membuat mata hati pelajar al-Azhar terbuka hingga memahami tujuan-tujuan mulia Syariah. Ia memahami dengan baik bahwa agama Islam datang untuk membawa manusia pada ibadah menyembah Allah, penyucian diri, kemakmuran alam semesta, menjadi pelita hidayah bagi umat manusia, menjadi pewaris Nabi, membangun manusia dengan dasar rabbani yang jelas, berbuat untuk akhirat, membina akhlak mulia, membangun peradaban dan membuat kebangkitan.
Hal ini semua agar umat Islam terus melakukan perannya sebagai umat pembawa rahmat untuk semua manusia dan semesta, sesuai sifat Rasulullah.
Jika pelajar telah memahami Maqâshid ini dengan baik, maka pemahaman agamanya meluas, cara pandangnya pada permasalah fikih atau lainnya akan terang menyinari, dan ia keluar dari cara pikir yang radikal dan kasar. Sehingga ia bisa dengan lembut mengajar orang yang berbeda atau menentangnya. Dan ia selalu berakhlak sesuai dengan akhlak Nabi.
4. تنزيل القرآن الكريم على مواضعه
(Ia mempu menempatkan setiap ayat al-Qur'an sesuai pemahaman yang benar).
Dari 3 poin sebelumnya terlahir hal yang sangat penting, bahwa seorang yang terdidik dengan manhaj al-Azhar mampu memahami al-Qur'an dengan sangat baik, sehingga ia tidak meletakkan ayat tentang orang kafir pada seorang muslim, atau pun sebaliknya. Ia mampu memahami al-Qur'an dengan baik, sehingga ia mampu menerapkannya pada realitas tanpa ada kekacauan.
5. تعظيم شأن الأمة المحمدية
(Mengagungkan umat Islam)
Dari poin-poin sebelumnya terbentuklah seorang yang mengagungkan umat Nabi Muhammad, sebagai umat yang menjalankan Islam, umat ilmu, hidayah, rahmat, pewaris Nabi, penyampai agama Allah, pemikul amanah Syariah. Umat ini memiliki tugas untuk umat-umat lainnya, yaitu sebagai umat penyampai hidayah dan Syariah. Karenanya ia harus ikut serta dengan aktif dan baik dalam pembangunan budaya umat manusia, sehingga umat Islam mampu menunjukan manusia kepada Allah melalui berbagai ilmu, seni, sastra, akhlak dan pengetahuan.
Jika seorang memahami ini, maka ia akan mengagungkan umat ini, sehingga ia tidak mudah menuduh siapapun dari umat Islam dengan kesyirikan, kefasikan, bid'ah, kebencian dan permusuhan.
6. حمل همِّ الهداية العامة
(Memikul beban sebagai penyampai hidayah bagi semua manusia)
Jika poin-poin di atas telah terealisasi, maka sang pelajar al-Azhar akan yakin bahwa membawa hidayah untuk semua manusia adalah salah satu kewajiban utama. Sesungguhnya manhaj Nabi penuh dengan tekad membawa hidayah untuk manusia, dengan penuh kelembutan dan kasih sayang pada semua makhluk.
7. المكونات الكاملة للعلم
(Memiliki komposisi ilmu yang lengkap)
Sepanjang sejarahnya, al-Azhar selalu mendidik putra-putrinya bahwa ilmu terbentuk dari 3 komponen:
(a). Sumber ilmu, yaitu: al-Qur'an, Hadis, Ijma' dan Qiyas.
(b). Manhaj yang diakui dan terarah dalam memahami, menganalisa dan mendalam arti teks (Nash).
(c). Kriteria, bakat dan kemampuan yang ada pada orang yang akan memahami nash.
Hal ini karena nash tidak akan melahirkan ilmu dan hidayah, sampai dipahami dengan metode yang benar, oleh orang yang telah terdidik hingga layak.
Begitu juga ilmu terbentuk dari dua komponen utama: ilmu riwayat (naql) dan ilmu akal (aql), sehingga dengan ini seorang pelajar bisa melihat melalui dua mata. Ia pun mampu membaca, memahami dan menguasai berbagai macam paradigma budaya umat manusia, demi tersampaikannya ajaran Islam kepada semua.
8. الاستفادة من تراث الأُمَّة، والانفتاح عليه، والتواصل معه، والبناء عليه.
(Mengambil faidah dari turats umat Islam, terbuka, terhubung dan melanjutkan bangunan ilmu turâts).
Semoga dengan 8 poin yang jumlahnya sama dengan jumlah pintu surga ini, Allah berkenan membukakan pintu pemahaman, ilmu dan kesucian hati.
• Dr. Usamah Sayyid al-Azhari
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih