Kisah nyata di bawah ini patut menjadi perenungan buat kita semua... Alkisah, ada seseorang ustad bercerita:
Ada seorang kenalan kami yang diberikan kedudukan yang tinggi di dunia ini dihadapan manusia. beliau orang baik. Beberapa waktu yang lalu, beliau rahimahullah wafat.
Ada seorang kenalan kami yang diberikan kedudukan yang tinggi di dunia ini dihadapan manusia. beliau orang baik. Beberapa waktu yang lalu, beliau rahimahullah wafat.
Masya Allah, selang satu jam tersiar berita duka, semua masyarakat bergerak. Tamu berdatangan ke rumah megahnya. Tidak sampai tiga jam, jalan raya disekitar rumah duka, penuh dengan karangan bunga yang tersurat dari rupa-rupa orang besar di negeri ini.
Jalanan ditutup untuk umum, dijaga oleh polisi militer. Patroli pengawal disiapkan, panitia pengurusan jenazah didatangkan khusus. Keluarga tidak mau pengurusan oleh jamaah masjid. Tak masalah.
Hingga selesailah jenazah dikafani, dan siap dishalatkan. Diluar rumah, orang ratusan sudah berjejalan, hadir! Maka diputuskan jenazah dishalatkan di masjid. Dengan segera, beberapa handai taulan mempersiapkan jenazah.
Masjid siap, jenazah sudah dihadapan imam, tapi....
..yang berbaris dibelakang imam baru sepuluh orang! Subhanallah, kami susul para pelayat diluar masjid,
"Pak, bu, ayo ambil wudhu! Shalat jenazah mau dimulai! Ayo pak!!", kami menyeru.
Namun tamu-tamu elite dan sosialita ini berujar diluar dugaan, "ini susah buka sepatunya, dek!" atau "kami doakan saja, dek, dari sini", timpal ibu yang lain sambil bercermin ke kaca mobil.
Subhanallah, kami seru tetangga-tetangga kampung kami yang sama-sama hadir menyaksikan prosesi megah ini, "Pak, Bu, Hayu! Cepet wudhu! Ayo pak, diminta keikhlasannya!!"
Bapak ibu tetangga kami ini hanya menggeleng, sambil tersenyum, "Moal cep, ah... Isin! Seueur jalmi ageung!" (Nggak dek, ah.. Malu! Banyak orang besar!). Kami terhenyak menyerah.
Akhirnya kami kembali ke dalam masjid, yang saat itu terhimpun sekitar 20 orang yang kemudian kami bagi menjadi tiga shaf. Jenazah pun dishalatkan.
Semoga Allah mengampuni beliau, menyayangi beliau, dan memasukan beliau ke dalam syurgaNya yg penuh kenikmatan.
Ibrah bagi yang hidup:
Berkawanlah dengan mereka yang pada waktunya, ikhlas menyhalatkan jenazah kita, bahkan walaupun harus menempuh jarak. Mereka yang ikhlas mau mendoakan ampunan Allah bagi kita ketika jasad ini sudah kaku. Berdekatanlah dengan mereka yang benar-benar menyayangi kita dunia-akhirat.
Karena karangan bunga tidak menambah apa-apa.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih