Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya susah bangun subuh. Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi itu suka bangun dini hari sebelum subuh, Orangtuanyalah dulu yang menyuruhnya tidur kembali karena masih gelap.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya mudah sakit dan obesitas karena buruknya pola makan, Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi suka makanan alami (natural) tanpa pemanis dsbnya. Orangtuanyalah dulu yang malas memasak sehat dan mengenalkannya Junk Foood, menjejalkan makanan kemasan karena pola makan orang dewasa yang buruk.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya lumayan jorok atau tidak berhati hati pada najis. Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi suka kebersihan, mereka menangis jika bajunya basah terkena BAB atau BAK. Orangtuanyalah dulu yang mengenalkannya pampers dan membiarkannya karena malas menggantinya.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya malas bergerak atau kecanduan main game, Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sangat suka bergerak dengan antusias dengan tubuh yang luwes. Orangtuanyalah dulu yang menyuruhnya banyak diam agar segera berstatus "shaleh" dan memberinya gadget agar diam.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya peragu, lambat mengambil keputusan, mudah dibully. Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sangat ego sentris dan percaya diri. Orangtuanyalah dulu yang banyak melarangnya memilih sendiri bajunya, tidak memberinya kepercayaan untuk mencoba walau salah.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya malas sholat, harus disuruh suruh, Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sudah mengenal Robbnya dan menyukai kebaikan. Orangtuanyalah dulu yang memaksanya untuk segera sholat dengan tertib sebelum usia 7 tahun sehingga anak membenci kebaikan sepanjang hidupnya. Padahal Allah sendiri memerintahkan orangtua untuk menyuruh anaknya sholat sejak usia 7 tahun.
Orangtua mengeluh anak gadis atau perjakanya malas belajar. Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi adalah pembelajar yang tangguh, mereka terus belajar berjalan hingga berlari walau berkali kali terjatuh dan tidak pernah memutuskan untuk merangkak seumur hidup. Orangtuanyalah dulu yang menggegasnya menguasai banyak hal, menjadikan belajar sesuatu yang menyebalkan dan liburan adalah hari terindah.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya bingung bakatnya, tak punya gairah pada aktifitas produktif, padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi punya sifat unik yang khas yang kelak akan menjadi peran peradaban terbaiknya yang unik. Orangtuanyalah dulu yang mencubit anak cerewet (orator ulung), menghukum anak keras kepala( pemimpin masa depan), memaksa bicara anak pendiam (pemikir dan peneliti), menyuruh diam anak kepo (visioner), memaki anak yang sensitif dan cengeng (sastrawan), menyetop anak yang banyak akal (innovator) dstnya.
dstnya...
Ternyata begitu banyak keluhan ketika ananda menjelang Aqil Baligh bahkan sesudahnya, karena kita seringkali merasa lebih hebat dari Tuhan, merasa fitrah yang Allah instal itu kurang sehingga dilebaykan atau dilalaikan dan diabaikan atau diintervensi hingga cidera.
Jika sudah terlanjur maka bertaubatlah, banyak berdoalah agar Allah mengembalikan fitrah anak anak kita, mohonkanlah maaf pada ananda, dekaplah sebelum terlambat, ulangi prosesnya sebagaimana dahulu ananda masih kecil, gairahkan kembali cintanya pada Ilahi dstnya. Kemudian rileks dan optimislah dalam merawat dan menumbuhkan fitrah ananda.
Source: Copas WhatsApp
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya mudah sakit dan obesitas karena buruknya pola makan, Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi suka makanan alami (natural) tanpa pemanis dsbnya. Orangtuanyalah dulu yang malas memasak sehat dan mengenalkannya Junk Foood, menjejalkan makanan kemasan karena pola makan orang dewasa yang buruk.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya lumayan jorok atau tidak berhati hati pada najis. Padahal secara fitrah, setiap anak sejak bayi suka kebersihan, mereka menangis jika bajunya basah terkena BAB atau BAK. Orangtuanyalah dulu yang mengenalkannya pampers dan membiarkannya karena malas menggantinya.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya malas bergerak atau kecanduan main game, Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sangat suka bergerak dengan antusias dengan tubuh yang luwes. Orangtuanyalah dulu yang menyuruhnya banyak diam agar segera berstatus "shaleh" dan memberinya gadget agar diam.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya peragu, lambat mengambil keputusan, mudah dibully. Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sangat ego sentris dan percaya diri. Orangtuanyalah dulu yang banyak melarangnya memilih sendiri bajunya, tidak memberinya kepercayaan untuk mencoba walau salah.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya malas sholat, harus disuruh suruh, Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi sudah mengenal Robbnya dan menyukai kebaikan. Orangtuanyalah dulu yang memaksanya untuk segera sholat dengan tertib sebelum usia 7 tahun sehingga anak membenci kebaikan sepanjang hidupnya. Padahal Allah sendiri memerintahkan orangtua untuk menyuruh anaknya sholat sejak usia 7 tahun.
Orangtua mengeluh anak gadis atau perjakanya malas belajar. Padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi adalah pembelajar yang tangguh, mereka terus belajar berjalan hingga berlari walau berkali kali terjatuh dan tidak pernah memutuskan untuk merangkak seumur hidup. Orangtuanyalah dulu yang menggegasnya menguasai banyak hal, menjadikan belajar sesuatu yang menyebalkan dan liburan adalah hari terindah.
Orangtua mengeluh anak gadis atau anak perjakanya bingung bakatnya, tak punya gairah pada aktifitas produktif, padahal secara fitrah tiap anak sejak bayi punya sifat unik yang khas yang kelak akan menjadi peran peradaban terbaiknya yang unik. Orangtuanyalah dulu yang mencubit anak cerewet (orator ulung), menghukum anak keras kepala( pemimpin masa depan), memaksa bicara anak pendiam (pemikir dan peneliti), menyuruh diam anak kepo (visioner), memaki anak yang sensitif dan cengeng (sastrawan), menyetop anak yang banyak akal (innovator) dstnya.
dstnya...
Ternyata begitu banyak keluhan ketika ananda menjelang Aqil Baligh bahkan sesudahnya, karena kita seringkali merasa lebih hebat dari Tuhan, merasa fitrah yang Allah instal itu kurang sehingga dilebaykan atau dilalaikan dan diabaikan atau diintervensi hingga cidera.
Jika sudah terlanjur maka bertaubatlah, banyak berdoalah agar Allah mengembalikan fitrah anak anak kita, mohonkanlah maaf pada ananda, dekaplah sebelum terlambat, ulangi prosesnya sebagaimana dahulu ananda masih kecil, gairahkan kembali cintanya pada Ilahi dstnya. Kemudian rileks dan optimislah dalam merawat dan menumbuhkan fitrah ananda.
Source: Copas WhatsApp
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih