Bayangkan bagaimana jadinya jika ada seseorang yang mengatakan pada kita tentang perilaku kita seperti seekor anjing? Marah, kesal, benci atau bahkan kita akan mendatangi orang tersebut dan menantang untuk berkelahi dengannya. Atau jangan-jangan diantara kita ada yang ridho disamai dengan anjing? Naudzubillah.
Dalam dunia pendidikan, pembahasan tentang teori belajar dibahas dengan cara ilmiah. Sederhananya, teori belajar ini membahas bagaimana interaksi guru dengan siswa atau perilaku siswa saat belajar dalam pembelajaran sehingga guru dapat memahami tingkah laku siswa dan bagaimana cara menyentuhnya.
Tokoh yang pertama kali membahas tentang ini adalah, bapak teori belajar modern bernama Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) lahir di Rusia, putra seorang pendeta desa miskin. Pavlov sendiri berencana ingin menjadi pendeta, namun ketika usianya 21 tahun, Pavlov lebih menekuni karir ilmiahnya.
Beliau seorang Fisiologiyang aktif dalam meneliti, pada tahun 1904 memenangkan hadiah Nobel atas penelitiannya mengenai sistem pencernaan. Sebelumnya, Pavlov memulai karyanya yang terkenal yaitu Conditioned reflexes. Minat baru ini menguat lewat penemuan tak sengaja tentang sifat air liur pada anjing, yang nantinya inilah yang akan menjadi sebuah teori belajar untuk diterapkan pada manusia.
Bagaimana proses penelitiannya?
Seekor Anjing ditaruh beberapa saat disebuah kurungan diruang gelap kemudian sebuah lampu kecil dinyalakan diatasnya. Setelah 30 detik, sejumlah makanan ditaruh di mulut Anjing, membangkitkan refleksi air liur. Prosedur ini di ulang-ulang beberapa kali.
Setiapkali makanannya diberikan bersama-sama dengan cahaya lampu. Setelah beberapa saat lampu yang awalnya tidak berkaitan dengan air liur, dapat membuat air liur Anjing keluar saat melihat lampu dinyalakan. Si Anjing bisa dikatakan telah dikondisikan untuk merespon cahaya. Dari penelitian ini memunculkan kesimpulan-kesimpulan teori yang menjadi panduan untuk seorang pendidik mengajar.
Jika di ilustrikan gambar menjadi seperti ini
Penelitian ini pada akhirnya memiliki kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari tingkah laku seekor anjing yang kemudian diterapkan kepada manusia yang dikenal dengan pengkondisian klasik. Dimana penelitian ini menghasilkan Unconditional Stimulus [US] (Stimulus yang tidak dikondisikan), Unconditional Respons [UR] (Respon yang tidak di kondisikan), Neutral Stimulus [NS] (Stimulus Netral), Conditional stimulus [CS] (Stimulus yang dikondisikan), Conditional respons [CrR] (respon yang di kondisikan).
Jika teori tersebut diaplikasikan menjadi seperti ini,
Misalkan guru mengidentifikasi hal-hal yang membuat siswa termotivasi untuk mengerjakan soal matematika;
US : Hadiah, UR : Siswa menjadi semangat dan tertarik ketika diberi hadiah, NS : Soal-soal matematika, MCS : Siswa tidak tertarik untuk mengerjakan soal, CS : Hadiah diberikan setelah siswa mengerjakan soal matematika. Maka pengkondisian dapat di lakukan sebagai berikut;
Setelah pengkondisian, ketika siswa diberikan soal berupa stimulus pengkondisian (CS) tanpa diberikan hadiah (US) maka siswa akan merasa senang dan tertarik untuk mengerjakan soal-soal tersebut(CR).
Menyedihkan bukan? Bagaimana tingkah laku seorang anjing menjadi acuan untuk diterapkan manusia. Para ilmuan muslim dalam sejarah kebesaran Islam juga seringkali menggunakan Binatang sebagai media penelitian, namun sebatas melihat fungsi bagian-bagian tubuh binatang sebelum diuji kepada manusia. Karena, tetap tidak akan sama fitrah dasar seorang manusia dengan seekor binatang.
Al Quran ingin menjalaskan, ketika seorang manusia yang dianugerahi oleh Allah Subhanahuwataala sebagai makhluk yang sempurna tidak menggunakan bagian tubuhnya dengan akal dan hati maka manusia tidak ada bedanya dengan bintang ternak bahkan lebih sesat lagi. Binatang hanya dibekali insting untuk memuaskan perut dan kemaluannya, sehingga tingkah laku yang keluar dari binatang tidak terlepas dari syahwat perut dan kemaluan. Berbeda dengan manusia.
Seringkali kita lupa, ada manusia terbaik yang Allah Subhanahuwataala turunkan untuk menjadi guru terbaik untuk teladan bagi ummatnya. Kita sering lupa untuk mencoba lebih dalam mempelajari bagaimana Rasulullah Salallahu alaihiwassalam memberikan pengajaran kepada para sahabatnya. Interaksinya didalam kegiatan belajarnya. Cara Beliau memberikan hadiah. Cara beliau menyentuh hati para sahabat. cara beliau menghidupkan majelis ilmunya dengan penuh syahdu lagi menyenangkan. Dan lihat hasil sentuhan Beliau, menjadi orang-orang luar biasa.
Kita sering lupa mencontoh guru terbaik Ummat ini, hingga lalai menjadikan Anjing sebagai panduan dalam mendidik.
Ya Allah bimbinglah kami
Wallahualam
Dalam dunia pendidikan, pembahasan tentang teori belajar dibahas dengan cara ilmiah. Sederhananya, teori belajar ini membahas bagaimana interaksi guru dengan siswa atau perilaku siswa saat belajar dalam pembelajaran sehingga guru dapat memahami tingkah laku siswa dan bagaimana cara menyentuhnya.
Tokoh yang pertama kali membahas tentang ini adalah, bapak teori belajar modern bernama Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936) lahir di Rusia, putra seorang pendeta desa miskin. Pavlov sendiri berencana ingin menjadi pendeta, namun ketika usianya 21 tahun, Pavlov lebih menekuni karir ilmiahnya.
Beliau seorang Fisiologiyang aktif dalam meneliti, pada tahun 1904 memenangkan hadiah Nobel atas penelitiannya mengenai sistem pencernaan. Sebelumnya, Pavlov memulai karyanya yang terkenal yaitu Conditioned reflexes. Minat baru ini menguat lewat penemuan tak sengaja tentang sifat air liur pada anjing, yang nantinya inilah yang akan menjadi sebuah teori belajar untuk diterapkan pada manusia.
Bagaimana proses penelitiannya?
Seekor Anjing ditaruh beberapa saat disebuah kurungan diruang gelap kemudian sebuah lampu kecil dinyalakan diatasnya. Setelah 30 detik, sejumlah makanan ditaruh di mulut Anjing, membangkitkan refleksi air liur. Prosedur ini di ulang-ulang beberapa kali.
Setiapkali makanannya diberikan bersama-sama dengan cahaya lampu. Setelah beberapa saat lampu yang awalnya tidak berkaitan dengan air liur, dapat membuat air liur Anjing keluar saat melihat lampu dinyalakan. Si Anjing bisa dikatakan telah dikondisikan untuk merespon cahaya. Dari penelitian ini memunculkan kesimpulan-kesimpulan teori yang menjadi panduan untuk seorang pendidik mengajar.
Jika di ilustrikan gambar menjadi seperti ini
Penelitian ini pada akhirnya memiliki kesimpulan-kesimpulan yang diambil dari tingkah laku seekor anjing yang kemudian diterapkan kepada manusia yang dikenal dengan pengkondisian klasik. Dimana penelitian ini menghasilkan Unconditional Stimulus [US] (Stimulus yang tidak dikondisikan), Unconditional Respons [UR] (Respon yang tidak di kondisikan), Neutral Stimulus [NS] (Stimulus Netral), Conditional stimulus [CS] (Stimulus yang dikondisikan), Conditional respons [CrR] (respon yang di kondisikan).
Jika teori tersebut diaplikasikan menjadi seperti ini,
Misalkan guru mengidentifikasi hal-hal yang membuat siswa termotivasi untuk mengerjakan soal matematika;
US : Hadiah, UR : Siswa menjadi semangat dan tertarik ketika diberi hadiah, NS : Soal-soal matematika, MCS : Siswa tidak tertarik untuk mengerjakan soal, CS : Hadiah diberikan setelah siswa mengerjakan soal matematika. Maka pengkondisian dapat di lakukan sebagai berikut;
- Ketika seorang siswa sebelum dikondisikan diberikan stimulus yang tidak dikondisikan (US) berupa hadiah maka respon yang tidak dikondisikan (UR) adalah siswa menjadi senang, lebih bersemangat dan gembira.
- Sebelum dikondisikan, jika siswa diberikan stimulus baru yang disebut Neutral Stimulus yaitu soal-soal matematika (NS) maka tidak akan muncul respon dari siswa berupa kesenangan serta ketertarikan untuk mengerjakan soal.
- Selama pengkondisian (CS), apabila siswa mau mengerjakan soal matematika (NS) maka siswa akan diberikan hadiah (US) sehingga siswa merasa seangan dan tertarik untuk mengerjakan soal-soal matematika. Hal ini dilakukan berulang-ulang agar membentuk kondisi pembiasaan pada siswa. Jika hal ini dilakukan berulang-ulang maka siswa akan terbiasa dengan ketika mengerjakan soal akan mendapatkan hadiah (CS).
Setelah pengkondisian, ketika siswa diberikan soal berupa stimulus pengkondisian (CS) tanpa diberikan hadiah (US) maka siswa akan merasa senang dan tertarik untuk mengerjakan soal-soal tersebut(CR).
Menyedihkan bukan? Bagaimana tingkah laku seorang anjing menjadi acuan untuk diterapkan manusia. Para ilmuan muslim dalam sejarah kebesaran Islam juga seringkali menggunakan Binatang sebagai media penelitian, namun sebatas melihat fungsi bagian-bagian tubuh binatang sebelum diuji kepada manusia. Karena, tetap tidak akan sama fitrah dasar seorang manusia dengan seekor binatang.
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.” (Qs. Al Araf : 179)
Al Quran ingin menjalaskan, ketika seorang manusia yang dianugerahi oleh Allah Subhanahuwataala sebagai makhluk yang sempurna tidak menggunakan bagian tubuhnya dengan akal dan hati maka manusia tidak ada bedanya dengan bintang ternak bahkan lebih sesat lagi. Binatang hanya dibekali insting untuk memuaskan perut dan kemaluannya, sehingga tingkah laku yang keluar dari binatang tidak terlepas dari syahwat perut dan kemaluan. Berbeda dengan manusia.
Seringkali kita lupa, ada manusia terbaik yang Allah Subhanahuwataala turunkan untuk menjadi guru terbaik untuk teladan bagi ummatnya. Kita sering lupa untuk mencoba lebih dalam mempelajari bagaimana Rasulullah Salallahu alaihiwassalam memberikan pengajaran kepada para sahabatnya. Interaksinya didalam kegiatan belajarnya. Cara Beliau memberikan hadiah. Cara beliau menyentuh hati para sahabat. cara beliau menghidupkan majelis ilmunya dengan penuh syahdu lagi menyenangkan. Dan lihat hasil sentuhan Beliau, menjadi orang-orang luar biasa.
Kita sering lupa mencontoh guru terbaik Ummat ini, hingga lalai menjadikan Anjing sebagai panduan dalam mendidik.
Ya Allah bimbinglah kami
Wallahualam
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih