Sebagian orang masih bertanya-tanya, apa pentingnya atau kenapa kita harus beribadah kepada Allah dengan agama ini? Kenapa Allah mewajibkan kepada kita untuk meyakini dan melakukan berbagai ibadah? Kenapa Allah tidak membiarkan para hambaNya bebas, menjalani kehidupan sesuai dengan keinginan mereka dan menurut cara yang mereka suka? Apa perlunya bagi Allah menahan kita untuk beribadah kepadaNya seumur hidup kita, apa yang akan berkurang dan apa kerugiannya bagi Allah jika kita tidak beribadah?
Ketika Allah menciptakan seluruh makhluk, Allah memilih manusia sebagai pemimpinnya. Dan menjadikan seluruh makhluk tunduk kepada manusia dan bertugas melayaninya. Amanah untuk membangun dan mengaturnya diserahkan kepada manusia. Dalam bahasa al-Qur'an disebut sebagai peran kekhilafahan, seperti yang dijelaskan oleh Allah di dalam firman Nya:
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi". (QS: al-Baqarah: 30)
Dan inilah yang dimaksudkan juga oleh Allah dalam firman Nya:
"Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya" (QS: Hud: 61)
Kemudian Allah membekali manusia dengan berbagai potensi dan sifat yang mesti dimilikinya untuk bisa memimpin alam dengan baik, membangunnya, dan mempergunakannya. Allah membekali manusia dengan akal dan potensi yang dimiliki oleh akal, berupa ilmu, daya berpikir, kemampuan menganalisa sesuatu dan mengkaji rahasia-rahasia dibaliknya, dan lain-lain. Allah memberikan kepadanya kemandirian dan potensi untuk menjadi yang teratas dan merajai. Allah juga memberikan kepadanya perangkat yang menjadi kekuatan, perangkat untuk mengatur, serta segala potensi untuk berkuasa, memerintah, dan kemuliaan. Allah juga membekali manusia dengan perasaan, segala sifat emosional, dan keceriaan jiwa.
Manusia tidak akan sanggup memimpin alam ini kecuali setelah Allah membekalinya dengan segala potensi dan sifat-sifat yang telah disebutkan. Namun perlu disadari bahwa segala sifat ini memiliki kejelekan dan dampak negatif yang besar. Sifat-sifat itu seperti pedang bermata dua. Karena ia bisa dipakai untuk mengatur alam dan untuk kebaikan seluruh manusia. Dan di sisi lain ia bisa dipakai untuk kehancuran besar-besaran dan melahirkan perpecahan yang tak berujung. Oleh karena itu Allah menyebut senjata yang telah diamanahkan kepada manusia tersebut sebagai amanah. Allah menjelaskan sejauh mana urgensinya dan keagungan kedudukannya di dalam firman Nya:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh" (QS: al-Ahzab: 72)
Penyebab berbahayanya sifat-sifat manusia ini karena pada hakikatnya sifat-sifat tersebut adalah sifat Ketuhanan. Karena ilmu, kekuatan, kekuasaan, kerajaan, dan kebengisan, adalah sifat-sifat pembentuk Ketuhanan dan dan Kerajaan bagi Allah. Ketika manusia mabuk dengan segala sifat ini dan melupakan hakikat dirinya, akan menyebabkan ia merasa dirinya sebagai Tuhan. Padahal manusia pada hakikatnya tidak pernah memiliki segala sifat-sifat yang telah disebutkan, kecuali sebuah bayang-bayang dari pemilik sifat dan hanya mendapat pantulannya saja. Manusia sesungguhnya tidak memiliki sifat ketuhanan, ia hanya memiliki nama sifat ketuhanan saja.
Akibat buruk dari sifat-sifat yang dimiliki ini pemiliknya bisa tergiring menggunakan kekuatan untuk melakukan tindak kezhaliman kepada orang lain. Dampaknya juga, Ia bisa terdorong untuk memenuhi hasratnya untuk berkuasa dengan cara menindas orang-orang lemah, sehingga ia dengan leluasa menguras harta yang diambilnya dari orang lain. Akibat buruk lainnya, karena dorongan sifat-sifat ini, orang-orang akan berlomba-lomba dan rela melakukan pertempuran berdarah demi mendapatkan kekuasaan, kemuliaan, penguasaan aset, kendali hukum, dan kepemimpinan.
Fakta-fakta sejarah selama ini telah menjadi bukti nyata! Dampak negatif dari sifat-sifat yang ada dalam diri manusia telah menjadi penyebab kegoncangan dan uraian air mata dalam kehidupan manusia. Padahal potensi-potensi dan sifat itu dititipkan Allah untuk kebahagiaan, kemuliaan, dan keteraturan hidup yang mendamaikan!
Oleh karena itulah maka perlu adanya kekuatan lain yang mengarahkan semua potensi dan sifat yang ada dalam diri manusia dengan benar dan mencegah mereka untuk mempergunakannya kecuali untuk sisi yang bermanfaat. Kekuatan itu adalah agama yang benar, yang akan mengendalikan dan menjaga manusia dari segala dampak buruk sifat-sifat dan potensi yang ada pada dirinya. Inilah yang menunjukkan kebutuhan seluruh manusia kepada agama, yaitu akidah yang benar tentang manusia, alam, kehidupan dan implikasi-implikasinya.
Akidah yang benar akan menunjukkan akal dan ilmu manusia untuk beriman dengan wujud Allah, keesaan Allah, tidak ada kekuasaan yang hakiki kecuali kekuasaan milik Nya, tidak ada kekuatan yang menekan kecuali kekuatan Nya, dan tidak ada kerajaan kecuali kerajaan Nya. Selain diri Nya, semuanya adalah makhluk ciptaan Nya, yang diberi potensi dan bisa diambil kapan saja Ia mau. Ia mengawasi seluruh hamba-hambaNya dan akan membangkitkan mereka setelah mereka wafat, kemudian meminta pertanggungjawaban hamba-hamba Nya atas perbuatan baik dan perbuatan buruk mereka!
7. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (QS: al-Zalzalah: 7-8))
Apabila seseorang merenungi semua ini dan beriman denganNya dengan keimanan yang kuat, yang terlahir dari pencarian akal seorang yang berpikir dengan bebas, ia akan merasakan di dalam dirinya sendiri bahwa ia adalah seorang hamba bagi Tuhan yang Esa dan Maha Agung.
Dengan demikian sifat-sifat yang sangat berbahaya yang ada di dalam dirinya tidak akan menyebabkan dirinya melewati batas kehambaan Nya dan ia akan menjadikannya sebagai sarana terbesar untuk meraih kebahagiaannya sebagai seorang indvidu dan masyarakatnya.
Maka, kehidupan manusia akan terjalin dengan jalinan persaudaraan dan persamaan sebagai sesama hamba yang beribadah kepada Allah. Bukan persaingan dan kompetisi yang tidak elok di dalam sebuah medan perebutan dan adu kekuatan yang mengorbankan orang-orang lemah yang tidak berdosa sebagai korban dari hasratnya untuk berkuasa!
Singkatnya, akidah islam akan menekan kepongahan dan keangkuhan seseorang yang merasa dirinya Tuhan dan sombong, akan menghindarkan dirinya untuk berbuat zhalim kepada orang lain, akan mengangkat derajat orang-orang yang lemah dari kehinaan dan merasa diri kecil yang melilit mereka, membebaskannya dengan kemerdekaan sepenuhnya dan kemuliaan. Dan ia merasa dirinya mulia dan terjaga.
Dengan akidah juga, setiap orang akan meraih keadilan dan mendapat perlakuan yang sama. Tidak ada kesempatan bagi sebagian diantara mereka untuk menzhalimi yang lain atau sebagian mereka memperbudak yang lain.
Fakta-fakta sejarah dan banyak contoh dalam kehidupan menjadi bukti paling terang terhadap hakikat yang tidak terbantahkan ini. Renungilah sejenak hikmah diutusnya Musa yang membawa petunjuk dan peringatan kepada Fir'aun di dalam firman Nya:
4. Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir'aun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
5. Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),
6. Dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.
QS: al-Qasas: 4-6)
Dari sini dipahami bahwa manusia sangat butuh untuk beriman kepada Tuhannya dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah benar-benar Ada dan bersifat Esa. Manusia juga butuh untuk tunduk kepadaNya dengan penghambaan diri yang merdeka sepenuhnya dalam seluruh aspek kehidupan. Ini bermakna bahwa Allah tidak butuh kepada keimanan kita sedikitpun atau tidak butuh kita berpegang dengan agamaNya. Akan tetapi kebahagiaan kita di dunia disamping kebahagian kita di akhirat yang menuntut kita butuh dan harus memiliki keimanan ini.
Maha benar Allah dengan firmanNya:
56. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu
57. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepadaKu
58. Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi kokoh.
(QS: al-Dzariyyat: 56-58)
Dari Kitab Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthy, Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah Wujud al-Khaliq wa Wazhifah al-Makhluq, hal. 64-69.
Ketika Allah menciptakan seluruh makhluk, Allah memilih manusia sebagai pemimpinnya. Dan menjadikan seluruh makhluk tunduk kepada manusia dan bertugas melayaninya. Amanah untuk membangun dan mengaturnya diserahkan kepada manusia. Dalam bahasa al-Qur'an disebut sebagai peran kekhilafahan, seperti yang dijelaskan oleh Allah di dalam firman Nya:
"Dan ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi". (QS: al-Baqarah: 30)
Dan inilah yang dimaksudkan juga oleh Allah dalam firman Nya:
"Dia telah menciptakanmu dari bumi (tanah) dan menjadikanmu pemakmurnya" (QS: Hud: 61)
Kemudian Allah membekali manusia dengan berbagai potensi dan sifat yang mesti dimilikinya untuk bisa memimpin alam dengan baik, membangunnya, dan mempergunakannya. Allah membekali manusia dengan akal dan potensi yang dimiliki oleh akal, berupa ilmu, daya berpikir, kemampuan menganalisa sesuatu dan mengkaji rahasia-rahasia dibaliknya, dan lain-lain. Allah memberikan kepadanya kemandirian dan potensi untuk menjadi yang teratas dan merajai. Allah juga memberikan kepadanya perangkat yang menjadi kekuatan, perangkat untuk mengatur, serta segala potensi untuk berkuasa, memerintah, dan kemuliaan. Allah juga membekali manusia dengan perasaan, segala sifat emosional, dan keceriaan jiwa.
Manusia tidak akan sanggup memimpin alam ini kecuali setelah Allah membekalinya dengan segala potensi dan sifat-sifat yang telah disebutkan. Namun perlu disadari bahwa segala sifat ini memiliki kejelekan dan dampak negatif yang besar. Sifat-sifat itu seperti pedang bermata dua. Karena ia bisa dipakai untuk mengatur alam dan untuk kebaikan seluruh manusia. Dan di sisi lain ia bisa dipakai untuk kehancuran besar-besaran dan melahirkan perpecahan yang tak berujung. Oleh karena itu Allah menyebut senjata yang telah diamanahkan kepada manusia tersebut sebagai amanah. Allah menjelaskan sejauh mana urgensinya dan keagungan kedudukannya di dalam firman Nya:
"Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh" (QS: al-Ahzab: 72)
Penyebab berbahayanya sifat-sifat manusia ini karena pada hakikatnya sifat-sifat tersebut adalah sifat Ketuhanan. Karena ilmu, kekuatan, kekuasaan, kerajaan, dan kebengisan, adalah sifat-sifat pembentuk Ketuhanan dan dan Kerajaan bagi Allah. Ketika manusia mabuk dengan segala sifat ini dan melupakan hakikat dirinya, akan menyebabkan ia merasa dirinya sebagai Tuhan. Padahal manusia pada hakikatnya tidak pernah memiliki segala sifat-sifat yang telah disebutkan, kecuali sebuah bayang-bayang dari pemilik sifat dan hanya mendapat pantulannya saja. Manusia sesungguhnya tidak memiliki sifat ketuhanan, ia hanya memiliki nama sifat ketuhanan saja.
Akibat buruk dari sifat-sifat yang dimiliki ini pemiliknya bisa tergiring menggunakan kekuatan untuk melakukan tindak kezhaliman kepada orang lain. Dampaknya juga, Ia bisa terdorong untuk memenuhi hasratnya untuk berkuasa dengan cara menindas orang-orang lemah, sehingga ia dengan leluasa menguras harta yang diambilnya dari orang lain. Akibat buruk lainnya, karena dorongan sifat-sifat ini, orang-orang akan berlomba-lomba dan rela melakukan pertempuran berdarah demi mendapatkan kekuasaan, kemuliaan, penguasaan aset, kendali hukum, dan kepemimpinan.
Fakta-fakta sejarah selama ini telah menjadi bukti nyata! Dampak negatif dari sifat-sifat yang ada dalam diri manusia telah menjadi penyebab kegoncangan dan uraian air mata dalam kehidupan manusia. Padahal potensi-potensi dan sifat itu dititipkan Allah untuk kebahagiaan, kemuliaan, dan keteraturan hidup yang mendamaikan!
Oleh karena itulah maka perlu adanya kekuatan lain yang mengarahkan semua potensi dan sifat yang ada dalam diri manusia dengan benar dan mencegah mereka untuk mempergunakannya kecuali untuk sisi yang bermanfaat. Kekuatan itu adalah agama yang benar, yang akan mengendalikan dan menjaga manusia dari segala dampak buruk sifat-sifat dan potensi yang ada pada dirinya. Inilah yang menunjukkan kebutuhan seluruh manusia kepada agama, yaitu akidah yang benar tentang manusia, alam, kehidupan dan implikasi-implikasinya.
Akidah yang benar akan menunjukkan akal dan ilmu manusia untuk beriman dengan wujud Allah, keesaan Allah, tidak ada kekuasaan yang hakiki kecuali kekuasaan milik Nya, tidak ada kekuatan yang menekan kecuali kekuatan Nya, dan tidak ada kerajaan kecuali kerajaan Nya. Selain diri Nya, semuanya adalah makhluk ciptaan Nya, yang diberi potensi dan bisa diambil kapan saja Ia mau. Ia mengawasi seluruh hamba-hambaNya dan akan membangkitkan mereka setelah mereka wafat, kemudian meminta pertanggungjawaban hamba-hamba Nya atas perbuatan baik dan perbuatan buruk mereka!
7. Maka barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya akan melihat (balasan)nya.
8. Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya (QS: al-Zalzalah: 7-8))
Apabila seseorang merenungi semua ini dan beriman denganNya dengan keimanan yang kuat, yang terlahir dari pencarian akal seorang yang berpikir dengan bebas, ia akan merasakan di dalam dirinya sendiri bahwa ia adalah seorang hamba bagi Tuhan yang Esa dan Maha Agung.
Dengan demikian sifat-sifat yang sangat berbahaya yang ada di dalam dirinya tidak akan menyebabkan dirinya melewati batas kehambaan Nya dan ia akan menjadikannya sebagai sarana terbesar untuk meraih kebahagiaannya sebagai seorang indvidu dan masyarakatnya.
Maka, kehidupan manusia akan terjalin dengan jalinan persaudaraan dan persamaan sebagai sesama hamba yang beribadah kepada Allah. Bukan persaingan dan kompetisi yang tidak elok di dalam sebuah medan perebutan dan adu kekuatan yang mengorbankan orang-orang lemah yang tidak berdosa sebagai korban dari hasratnya untuk berkuasa!
Singkatnya, akidah islam akan menekan kepongahan dan keangkuhan seseorang yang merasa dirinya Tuhan dan sombong, akan menghindarkan dirinya untuk berbuat zhalim kepada orang lain, akan mengangkat derajat orang-orang yang lemah dari kehinaan dan merasa diri kecil yang melilit mereka, membebaskannya dengan kemerdekaan sepenuhnya dan kemuliaan. Dan ia merasa dirinya mulia dan terjaga.
Dengan akidah juga, setiap orang akan meraih keadilan dan mendapat perlakuan yang sama. Tidak ada kesempatan bagi sebagian diantara mereka untuk menzhalimi yang lain atau sebagian mereka memperbudak yang lain.
Fakta-fakta sejarah dan banyak contoh dalam kehidupan menjadi bukti paling terang terhadap hakikat yang tidak terbantahkan ini. Renungilah sejenak hikmah diutusnya Musa yang membawa petunjuk dan peringatan kepada Fir'aun di dalam firman Nya:
4. Sungguh, Firaun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir'aun) termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.
5. Dan kami hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi (Mesir) itu, dan hendak menjadikan mereka pemimpin, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi (bumi),
6. Dan Kami teguhkan kedudukan mereka di bumi dan Kami perlihatkan kepada Fir'aun dan Haman bersama bala tentaranya apa yang selalu mereka takutkan dari mereka.
QS: al-Qasas: 4-6)
Dari sini dipahami bahwa manusia sangat butuh untuk beriman kepada Tuhannya dan meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah benar-benar Ada dan bersifat Esa. Manusia juga butuh untuk tunduk kepadaNya dengan penghambaan diri yang merdeka sepenuhnya dalam seluruh aspek kehidupan. Ini bermakna bahwa Allah tidak butuh kepada keimanan kita sedikitpun atau tidak butuh kita berpegang dengan agamaNya. Akan tetapi kebahagiaan kita di dunia disamping kebahagian kita di akhirat yang menuntut kita butuh dan harus memiliki keimanan ini.
Maha benar Allah dengan firmanNya:
56. Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu
57. Aku tidak menghendaki rezeki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak menghendaki agar mereka memberi makan kepadaKu
58. Sungguh Allah, Dialah Pemberi rezeki yang mempunyai kekuatan lagi kokoh.
(QS: al-Dzariyyat: 56-58)
Dari Kitab Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthy, Kubra al-Yaqiniyyat al-Kauniyyah Wujud al-Khaliq wa Wazhifah al-Makhluq, hal. 64-69.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih