Menurut berbagai sumber regional, saat ini Thailand dan Tiongkok telah menjalin kerjasama dalam pembangunan proyek-proyek raksasa di negeri gajah putih tersebut.
Salah satu mega proyek tersebut adalah pembangunan terusan Tersebar di kawasan Karat dengan panjang sekitar 102 km yang menghubungkan pantai barat dan timur negeri itu.
Meski belum diketahui kapan proyek itu akan dimulai, namun di beberapa laman sosial sudah beredar gambar-gambar pertemuan antara wakil pihak Thailand dan China yang terlibat dalam nota kesefahaman (MoU) diantara kedua negara.
Menurut MoU tersebut, panjang Terusan Karat direncanakan akan memiliki panjang sekitar 102 kilometer, jauh lebih panjang dari Terusan Panama (77 km), dengan lebar 400 meter, dan kedalaman sekitar 20 meter dan dibangun dalam dua jalur kapal.
Dengan dibangunnya terusan yang memiliki panjang lebih dari setengah terusan Suez ini, maka kapal-kapal internasional yang selama ini datang dari arah Samudera Hindia menuju Cina, Australia atau kawasan Pasifik tidak perlu lagi melewati Selat Malaka. Keuntungan lain seperti yang dikemukakan banyak pihak adalah hematnya ongkos perjalanan kapal, waktu tempuh yang singkat dan menghemat lebih dari 1200 km perjalanan, dan aman dari ancaman lanun yang berkeliaran di Selat Malaka.
Menurut analis industri regional, dengan dibangunnya Terusan Karat siap ini akan menyumbangkan hal-hal positif bagi pembangunan ekonomi negara-negara di kawasan tersebut seperti Laos dan Vietnam.
Lantas bagaimana nasib Malaysia, Singapura dan juga Indonesia?
Seperti diketahui, ketiga negara ini memang sangat berkepentingan dengan kawasan selat Malaka.
Dapat dibayangkan betapa pendapatan Singapura dari persinggahan kapal yang selama ini mereka raup akan berkurang drastis. Karena itu dikabarkan pihak Singapura sudah menyatakan protes terhadap kerjasama Thailand China atas pembangunan mega proyek tersebut dan menganggapnya sebagai sinyal merah, dan Singapura dinilai negara yang paling akan dirugikan dengan proyek ini.
Hal lain adalah, semenanjung Malaya yang selama ini terhubung dengan benua Asia akan terputus dan menjadikan wilayah Semenanjung layaknya pulau secara geografis.
Bagaimana pula Indonesia? Selam ini Indonesia memang belum banyak memberdayakan Selat Malaka seperti halnya Malaysia dan Singapura. Terhitung, baru semenjak dicanangkannya Otorita Batam lah, selat Malaka baru dilirik pemerintah untuk dikembangkan sebagai kawasan ekonomi. Padahal, kawasan Sijori (Singapura, Johor, Riau) sudah menjadi kawasan ekonomi internasional sejak lama. Dengan kehadiran mega proyek terusan Thailand ini, entah bagaimana kelak nasib perdagangan dan Industri di kawasan ini.
Dari sisi lain, kehadiran kanal ini akan memutus keterpautan antara kepulauan Melayu dengan daratan Indochina yang selama ini terhubung melalui semenanjung Malaya.
Salah satu mega proyek tersebut adalah pembangunan terusan Tersebar di kawasan Karat dengan panjang sekitar 102 km yang menghubungkan pantai barat dan timur negeri itu.
Meski belum diketahui kapan proyek itu akan dimulai, namun di beberapa laman sosial sudah beredar gambar-gambar pertemuan antara wakil pihak Thailand dan China yang terlibat dalam nota kesefahaman (MoU) diantara kedua negara.
Menurut MoU tersebut, panjang Terusan Karat direncanakan akan memiliki panjang sekitar 102 kilometer, jauh lebih panjang dari Terusan Panama (77 km), dengan lebar 400 meter, dan kedalaman sekitar 20 meter dan dibangun dalam dua jalur kapal.
Dengan dibangunnya terusan yang memiliki panjang lebih dari setengah terusan Suez ini, maka kapal-kapal internasional yang selama ini datang dari arah Samudera Hindia menuju Cina, Australia atau kawasan Pasifik tidak perlu lagi melewati Selat Malaka. Keuntungan lain seperti yang dikemukakan banyak pihak adalah hematnya ongkos perjalanan kapal, waktu tempuh yang singkat dan menghemat lebih dari 1200 km perjalanan, dan aman dari ancaman lanun yang berkeliaran di Selat Malaka.
Menurut analis industri regional, dengan dibangunnya Terusan Karat siap ini akan menyumbangkan hal-hal positif bagi pembangunan ekonomi negara-negara di kawasan tersebut seperti Laos dan Vietnam.
Seperti diketahui, ketiga negara ini memang sangat berkepentingan dengan kawasan selat Malaka.
Dapat dibayangkan betapa pendapatan Singapura dari persinggahan kapal yang selama ini mereka raup akan berkurang drastis. Karena itu dikabarkan pihak Singapura sudah menyatakan protes terhadap kerjasama Thailand China atas pembangunan mega proyek tersebut dan menganggapnya sebagai sinyal merah, dan Singapura dinilai negara yang paling akan dirugikan dengan proyek ini.
Hal lain adalah, semenanjung Malaya yang selama ini terhubung dengan benua Asia akan terputus dan menjadikan wilayah Semenanjung layaknya pulau secara geografis.
Bagaimana pula Indonesia? Selam ini Indonesia memang belum banyak memberdayakan Selat Malaka seperti halnya Malaysia dan Singapura. Terhitung, baru semenjak dicanangkannya Otorita Batam lah, selat Malaka baru dilirik pemerintah untuk dikembangkan sebagai kawasan ekonomi. Padahal, kawasan Sijori (Singapura, Johor, Riau) sudah menjadi kawasan ekonomi internasional sejak lama. Dengan kehadiran mega proyek terusan Thailand ini, entah bagaimana kelak nasib perdagangan dan Industri di kawasan ini.
Dari sisi lain, kehadiran kanal ini akan memutus keterpautan antara kepulauan Melayu dengan daratan Indochina yang selama ini terhubung melalui semenanjung Malaya.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih