Dalam sebuah riwayat yang dikutip oleh Ibnu Abi Hatim dalam kitabnya al-Jarh wa al-Ta'dil, beliau menulis:
Berkata Utsman bin 'Ashim:
Suatu ketika di kota Mekkah, tepatnya di antara bukti Shafa dan Marwa, aku melihat seorang lelaki tua tengah menunggang seekor unta.
Di bawahnya, tali unta tersebut dipegang pula oleh seorang lelaki yang juga sudah tua, ia lah yang berjalan kaki menarik unta tersebut ke tempat tujuannya.
Syahdan, aku kemudian melihat banyak orang berkumpul mengerumuni pria tua yang ada di atas tunggangan tersebut. Mereka adalah para ahli dan penuntut ilmu hadits yang haus akan ilmu, mereka mengikuti unta itu ke mana pergi.
Pria tua yang berjalan menarik unta tersebut lalu berkata:
"Wahai anak-anak muda, cukup!. Mari kita berhenti sejenak untuk bertanya dan belajar dari Syaikh ini".
Aku pun bertanya kepada mereka:
"Siapa orang tua yang di atas punggung unta tersebut?".
Mereka menjawab:
"Dia adalah Imam Al-Auza'i...". Ujar mereka menyebut nama seorang ulama besar.
Aku pun terkagum dan bangga karena berkesempatan berjumpa ulama sebesar beliau. Lalu aku pun bertanya kembali:
"Lantas, siapa pula orangtua yang menarik unta dan berjalan kaki itu?".
Mereka menjawab:
"Dia adalah Sufyan Al-Tsauri...". Jawab mereka.
Subhanallah... demikianlah akhlak para ulama. Mereka yang meneladankan kepada kita suatu hikmah: semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati, semakin berbudi...
Siapa yang tak kenal dengan Imam Sufyan Al-Tsauri? Ulama besar yang perkataannya menyamai para imam mazhab. Namun dengan ketinggian ilmu, beliau tidak menyombongkan diri, beliau tidak angkuh, bahkan tidak malu menjadi penarik tali unta untuk sekedar bisa belajar dari ulama lain. [Baca juga: Ketika Imam Sufyan Al-Tsauri menghanguskan Roti]
Semoga kita bisa meneladani akhlak mereka.
[Dikutip dari Kitab: Al-Jarh Wa al-Ta'dil, Juz. I, Hlm. 207, dengan perubahan terjemahan seperlunya].
Berkata Utsman bin 'Ashim:
Suatu ketika di kota Mekkah, tepatnya di antara bukti Shafa dan Marwa, aku melihat seorang lelaki tua tengah menunggang seekor unta.
Di bawahnya, tali unta tersebut dipegang pula oleh seorang lelaki yang juga sudah tua, ia lah yang berjalan kaki menarik unta tersebut ke tempat tujuannya.
Syahdan, aku kemudian melihat banyak orang berkumpul mengerumuni pria tua yang ada di atas tunggangan tersebut. Mereka adalah para ahli dan penuntut ilmu hadits yang haus akan ilmu, mereka mengikuti unta itu ke mana pergi.
Pria tua yang berjalan menarik unta tersebut lalu berkata:
"Wahai anak-anak muda, cukup!. Mari kita berhenti sejenak untuk bertanya dan belajar dari Syaikh ini".
Aku pun bertanya kepada mereka:
"Siapa orang tua yang di atas punggung unta tersebut?".
Mereka menjawab:
"Dia adalah Imam Al-Auza'i...". Ujar mereka menyebut nama seorang ulama besar.
Aku pun terkagum dan bangga karena berkesempatan berjumpa ulama sebesar beliau. Lalu aku pun bertanya kembali:
"Lantas, siapa pula orangtua yang menarik unta dan berjalan kaki itu?".
Mereka menjawab:
"Dia adalah Sufyan Al-Tsauri...". Jawab mereka.
Subhanallah... demikianlah akhlak para ulama. Mereka yang meneladankan kepada kita suatu hikmah: semakin tinggi ilmu, semakin rendah hati, semakin berbudi...
Siapa yang tak kenal dengan Imam Sufyan Al-Tsauri? Ulama besar yang perkataannya menyamai para imam mazhab. Namun dengan ketinggian ilmu, beliau tidak menyombongkan diri, beliau tidak angkuh, bahkan tidak malu menjadi penarik tali unta untuk sekedar bisa belajar dari ulama lain. [Baca juga: Ketika Imam Sufyan Al-Tsauri menghanguskan Roti]
Semoga kita bisa meneladani akhlak mereka.
[Dikutip dari Kitab: Al-Jarh Wa al-Ta'dil, Juz. I, Hlm. 207, dengan perubahan terjemahan seperlunya].
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih