Malak, seorang anak warga etnis Kurdi yang terusir dari Irak semasa rezim Saddam Husein era 1980, hingga sekarang keluarganya tinggal di Iran tanpa status kewarganegaraan yang jelas |
Jutaan orang tanpa kewarganegaraan ini tentu saja tidak memiliki dokumen identitas, dan kebanyakan hal itu terjadi akibat dari perlakukan diskriminasi. Yang lebih dari sepertiga manusia stateless di dunia adalah anak-anak.
Akibat tidak punya kewarganegaraan, seseorang akan kehilangan banyak hak asasi dan sering ditolak dalam pelayanan dasar seperti kesehatan, pendidikan, hukum dan pekerjaan.
UNHCR mengklaim, manusia-manusia stateless sedang dalam krisis besar. Kebanyakan orang tanpa kewarganegaraan menderita perlakuan diskriminasi berdasarkan etnis, agama atau jenis kelamin.
Krisis perang dan politis sering memicu kejadian ini. Berdasarkan data, lebih dari 50.000 anak telah lahir dari orang tua pengungsi Suriah di Yordania, Irak, Suriah, Turki dan Mesir sejak awal konflik pada tahun 2011.
Leal, seorang wanita Lebanon, tidak memiliki surat-surat identitas, karena kakeknya tidak mendaftarkan kelahiran ayahnya, yang kemudian pada gilirannya tidak bisa mendaftarkan kelahirannya. Karena ia tidak berkewarganegaraan, Leal tidak bisa bekerja secara legal, daftar keberadaan anak-anaknya sendiri atau pernikahannya, atau bahkan menggunakan jasa seperti rumah sakit. Dia sakit dan sangat membutuhkan operasi ginjal.
"Sebagai stateless, anda ada tapi seakan tidak ada" kata Leal.
Anak-anak di Telipok, Sabah, Malaysia yang tidak memiliki identitas kewarganegaraan, mereka tidak mendapatkan hak untuk akses pendidikan |
Saat ini ada 27 negara yang menolak untuk memberikan kewarganegaraan bagi anak-anak atas berbagai dasar, seperti ketidaksetaraan laki-laki dan perempuan.
UNHCR telah meluncurkan kampanye global "I Belong" yang bertujuan untuk menghapus statelessness dalam waktu 10 tahun.
Dalam surat terbuka disebutkan: "Tanpa Kewarganegaraan dapat berarti anda hidup tanpa pendidikan, tanpa perawatan medis atau pekerjaan hukum ... hidup tanpa kemampuan untuk bergerak bebas, tanpa prospek atau harapan," kata surat itu. "Tanpa Kewarganegaraan tidak manusiawi. Kami percaya sekarang saatnya untuk mengakhiri ketidakadilan ini."
Seorang beretnis Korea yang pindah ke Ukraina pada tahun 1993 dan tinggal
bersama seorang wanita lokal lebih dari satu dekade mengalami stateless
sehingga tidak bisa mendaftarkan |
.
|
Sebuah petisi online juga telah diluncurkan untuk mengumpulkan sepuluh juta tanda tangan untuk mendukung mengakhiri statelessness dalam waktu sepuluh tahun.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih