Alkisah, ada sebuah perusahaan di Tiongkok daratan mengadakan tes terhadap tiga calon staf penjual baru yang diterima di perusahaan tersebut. Tesnya sangat unik, yaitu: menjual sisir di komplek Biara Shaolin!
Unik sekaligus menyulitkan. Tentu saja, sebab semua orang tahu bahwa para biksu di sana semuanya berkepala botak dan tentu saja mereka tidak butuh yang namanya sisir.
Ketiga calon staf baru tersebut mau tidak mau menerima tugas mereka. Keesokan harinya, mereka pun berangkat ke lokasi tujuan.
Calon staf pertama mulai merasa pekerjaannya amat sulit dan mustahil. Pada minggu pertama, ia hanya mampu menjual satu sisir saja. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.
Tapi, tidak dengan calon kedua. Ternyata ia berhasil menjual 10 sisir. Bagaimana bisa? Ternyata ia tidak menawarkan sisir-sisir jualannya kepada para biksu, tetapi justru kepada para turis yang ada di komplek itu. Komplek biara ini memang menjadi salah satu tujuan wisata, baik lokal maupun manca negara, ribuan wisatawan datang berkunjung ke tempat ini setiap harinya. Terlebih ia menyadari bahwa angin pegunungan yang ada di sana memang cukup kencang, sehingga sering membuat rambut para turis itu jadi tak teratur.
Lantas bagaimana dengan calon staff yang ketiga?
Ternyata, ia berhasil menjual 500 sisir!!!
Bagaimana caranya? Sang calon staff ini menemui kepala biara. Ia lalu meyakinkan sang kepala bahwa sisir-sisir ini bisa jadi souvenir bagus dan unik untuk komplek biara tersebut. Ia melobi agar sang sepala biara bersedia membubuhkan tanda tangan di atas sisir-sisir tersebut dan menjadikannya souvenir bagi para turis. Sang kepala biara pun setuju.
* * *
Saudaraku...
Apa yang sering orang anggap sebagai penghambat terbesar karier mereka? Bukankah banyak orang sering kali menyalahkan keadaan? Dan inilah yang membuat calon pertama gagal.
Sementara calon kedua, sudah berani berpikir di luar kotak. Namun ia masih terpaku pada fungsi sisir yang hanya sebagai alat merapikan rambut.
Tapi calon ketiga bukan hanya berani berpikir bahwa sisir bukan hanya alat merapikan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir.
Kita tidak bisa mengatur situasi seperti yang kita kehendaki. Tapi, kita bisa mengerahkan segenap kekuatan kita untuk mencari solusi.
“Segenap kekuatan” bukan hanya terbatas otot atau semangat, tapi juga pikiran, ilmu, dan kerja keras.
Pendek kata, kreatifitas otak dan upaya fisik. Itulah potensi dalam diri kita yang dapat dipergunakan…
Mulai sekarang, mari kita belajar bagaimana jadi penjual sisir yang ketiga.
Jangan terbelenggu oleh sebuah hambatan, yang penting dilakukan adalah bagaimana kita berpikir dan menemukan solusi mengatasi hambatan itu!
Unik sekaligus menyulitkan. Tentu saja, sebab semua orang tahu bahwa para biksu di sana semuanya berkepala botak dan tentu saja mereka tidak butuh yang namanya sisir.
Ketiga calon staf baru tersebut mau tidak mau menerima tugas mereka. Keesokan harinya, mereka pun berangkat ke lokasi tujuan.
Calon staf pertama mulai merasa pekerjaannya amat sulit dan mustahil. Pada minggu pertama, ia hanya mampu menjual satu sisir saja. Itupun karena belas kasihan seorang biksu yang iba melihatnya.
Tapi, tidak dengan calon kedua. Ternyata ia berhasil menjual 10 sisir. Bagaimana bisa? Ternyata ia tidak menawarkan sisir-sisir jualannya kepada para biksu, tetapi justru kepada para turis yang ada di komplek itu. Komplek biara ini memang menjadi salah satu tujuan wisata, baik lokal maupun manca negara, ribuan wisatawan datang berkunjung ke tempat ini setiap harinya. Terlebih ia menyadari bahwa angin pegunungan yang ada di sana memang cukup kencang, sehingga sering membuat rambut para turis itu jadi tak teratur.
Lantas bagaimana dengan calon staff yang ketiga?
Ternyata, ia berhasil menjual 500 sisir!!!
Bagaimana caranya? Sang calon staff ini menemui kepala biara. Ia lalu meyakinkan sang kepala bahwa sisir-sisir ini bisa jadi souvenir bagus dan unik untuk komplek biara tersebut. Ia melobi agar sang sepala biara bersedia membubuhkan tanda tangan di atas sisir-sisir tersebut dan menjadikannya souvenir bagi para turis. Sang kepala biara pun setuju.
* * *
Saudaraku...
Apa yang sering orang anggap sebagai penghambat terbesar karier mereka? Bukankah banyak orang sering kali menyalahkan keadaan? Dan inilah yang membuat calon pertama gagal.
Sementara calon kedua, sudah berani berpikir di luar kotak. Namun ia masih terpaku pada fungsi sisir yang hanya sebagai alat merapikan rambut.
Tapi calon ketiga bukan hanya berani berpikir bahwa sisir bukan hanya alat merapikan rambut, melainkan bisa menjadi souvenir.
Kita tidak bisa mengatur situasi seperti yang kita kehendaki. Tapi, kita bisa mengerahkan segenap kekuatan kita untuk mencari solusi.
“Segenap kekuatan” bukan hanya terbatas otot atau semangat, tapi juga pikiran, ilmu, dan kerja keras.
Pendek kata, kreatifitas otak dan upaya fisik. Itulah potensi dalam diri kita yang dapat dipergunakan…
Mulai sekarang, mari kita belajar bagaimana jadi penjual sisir yang ketiga.
Jangan terbelenggu oleh sebuah hambatan, yang penting dilakukan adalah bagaimana kita berpikir dan menemukan solusi mengatasi hambatan itu!
loading...
sangat menginspirasi! Terimakasih
ReplyDelete