Berpegang teguh pada sunnah di akhir zaman memang sesuatu yang sulit. Orang yang memanjangkan janggut, berbusana muslim syar'i dan lain sebagainya kerap mendapatkan kesulitan dan kecurigaan dari orang lain.
Seperti yang dialami oleh seorang Ilmuwan berikut ini. Beliau adalah Ubadah Sa'ad, seorang ilmuwan IT di Mesir.
Sebuah kejadian tak menyenangkan terjadi pada Ubadah Saad. Hanya karena penampilan, Ubadah ditolak menjadi staf pengajar oleh almamaternya sendiri, The British University In Egypt.
Lima tahun lalu, Ubadah masih menjadi mahasiswa awal Fakultas Tehnik di universitas tersebut. Setelah menghabiskan jenjang studi selama lima tahun, Ubadah berhasil lulus dengan nilai cum laude dan menjadi tiga besar dari seluruh mahasiswa di angkatannya. Sebuah prestasi yang tak bisa dipandang sebelah mata tentunya.
Karenanya, Dekan Fakultas Teknologi kemudian menawarkan Ubadah untuk bisa bergabung di Universitas sebagai salah satu staff pengajar. Ubadah yang memang berkeinginan untuk mengajar di almamaternya, tanpa sungkan menyambut tawaran tersebut.
Sayangnya Ubadah Saad harus gigit jari. Ketika ia menghadap kepada Rektor, ia mendapatkan jawaban yang amat pahit. Ia ditolak bukan karena faktor tehnis dan keilmuan, melainkan karena ia memanjangkan jenggotnya.
“Saya datang untuk wawancara dengan pihak Rektor dalam prosesi pengangkatan. Kemudian saya terkejut karena Bagian SDM hanya mengangkat peringkat pertama dan kedua saja, serta memperbantukan peringkat keempat dan kelima,” ujar Ubadah kepada Al-Araby, Selasa (30/9/2014).
Kekhawatiran Rektorat
Rektor The British University In Egypt, DR Ahmad Hamd menyatakan kekhawatirannya terhadap Ubadah. DR Ahmad Hamd yang merupakan lulusan dari Military Technical College menyebut bahwa kondisi Ubadah membuatnya dicurigai memiliki afiliasi dengan aktifitas politik dan keagamaan tertentu.
Namun hal tersebut dibantah oleh Ubadah. Ubadah bahkan siap untuk diselidiki oleh pihak Universitas.
“Silahkan pihak kampus mengadakan penyelidikan. Bahkan ayah saya merupakan lulusan dari Military Technical College,” terang Ubadah.
“Saya bukanlah teroris, saya tidak melawan negara. Saya juga tidak berafiliasi pada pandangan politik apapun. Saya hanya mencintai Nabi saya dan berusaha mengambil teladan darinya,” tambah Ubadah.
Pasca kejadian ini, Ubadah mendapatkan banyak dukungan dari kolega-koleganya. Banyak yang menyarankan agar Ubadah mengangakat permasalahan tersebut melalui jalur hukum.
“Saya tidak akan melayangkan gugaran terhadap kampus atau pihak rektorat. Meskipun pada waktu itu Rektor menyatakan secara eksplisit agar jenggot saya dipotong, saya mengatakan kepada beliau : ‘Pengangkatan ini bagi saya, tidak lebih mahal dibandingkan dengan harus memotong jenggot’.
Seperti yang dialami oleh seorang Ilmuwan berikut ini. Beliau adalah Ubadah Sa'ad, seorang ilmuwan IT di Mesir.
Sebuah kejadian tak menyenangkan terjadi pada Ubadah Saad. Hanya karena penampilan, Ubadah ditolak menjadi staf pengajar oleh almamaternya sendiri, The British University In Egypt.
Lima tahun lalu, Ubadah masih menjadi mahasiswa awal Fakultas Tehnik di universitas tersebut. Setelah menghabiskan jenjang studi selama lima tahun, Ubadah berhasil lulus dengan nilai cum laude dan menjadi tiga besar dari seluruh mahasiswa di angkatannya. Sebuah prestasi yang tak bisa dipandang sebelah mata tentunya.
Karenanya, Dekan Fakultas Teknologi kemudian menawarkan Ubadah untuk bisa bergabung di Universitas sebagai salah satu staff pengajar. Ubadah yang memang berkeinginan untuk mengajar di almamaternya, tanpa sungkan menyambut tawaran tersebut.
Sayangnya Ubadah Saad harus gigit jari. Ketika ia menghadap kepada Rektor, ia mendapatkan jawaban yang amat pahit. Ia ditolak bukan karena faktor tehnis dan keilmuan, melainkan karena ia memanjangkan jenggotnya.
“Saya datang untuk wawancara dengan pihak Rektor dalam prosesi pengangkatan. Kemudian saya terkejut karena Bagian SDM hanya mengangkat peringkat pertama dan kedua saja, serta memperbantukan peringkat keempat dan kelima,” ujar Ubadah kepada Al-Araby, Selasa (30/9/2014).
Kekhawatiran Rektorat
Rektor The British University In Egypt, DR Ahmad Hamd menyatakan kekhawatirannya terhadap Ubadah. DR Ahmad Hamd yang merupakan lulusan dari Military Technical College menyebut bahwa kondisi Ubadah membuatnya dicurigai memiliki afiliasi dengan aktifitas politik dan keagamaan tertentu.
Namun hal tersebut dibantah oleh Ubadah. Ubadah bahkan siap untuk diselidiki oleh pihak Universitas.
“Silahkan pihak kampus mengadakan penyelidikan. Bahkan ayah saya merupakan lulusan dari Military Technical College,” terang Ubadah.
“Saya bukanlah teroris, saya tidak melawan negara. Saya juga tidak berafiliasi pada pandangan politik apapun. Saya hanya mencintai Nabi saya dan berusaha mengambil teladan darinya,” tambah Ubadah.
Pasca kejadian ini, Ubadah mendapatkan banyak dukungan dari kolega-koleganya. Banyak yang menyarankan agar Ubadah mengangakat permasalahan tersebut melalui jalur hukum.
“Saya tidak akan melayangkan gugaran terhadap kampus atau pihak rektorat. Meskipun pada waktu itu Rektor menyatakan secara eksplisit agar jenggot saya dipotong, saya mengatakan kepada beliau : ‘Pengangkatan ini bagi saya, tidak lebih mahal dibandingkan dengan harus memotong jenggot’.
loading...
saluuuuuutttt
ReplyDelete