Dalam sebuah naskah kuno Jepang, Dokumen Takenouchi yang yang berusia ribuan tahun dan dipercaya orang Jepang bahwa naskah tersebut ditulis oleh para Dewa, ditemukan misteri yang sangat mengejutkan.
Terlepas dari benar atau tidaknya isi naskah tersebut, yang jelas hal tersebut menarik untuk dibaca dan dibuktikan lebih lanjut.
Naskah kuno tersebut menceritakan berbagai tokoh-tokoh bersejarah dan legendaris -termasuk para Nabi- yang pernah disebutkan dalam Alkitab dan Kitab Suci lain pernah menginjakkan kaki di Jepang dan belajar tentang ajaran kuno maupun spiritual.
Pemerintah dunia terletak di Jepang dan Sumera-Mikoto menyatukan seluruh dunia, dimana para guru besar dunia, Alexander Agung, Musa, Isa, Shakyamuni Buddha, Confucius dan Lao-Tsu, bahkan Muhammad, disebutkan telah menginjak tanah Jepang untuk belajar ajaran-ajaran kuno.
Seperti Alexander Agung, berbagai catatan sejarah mengenalnya sebagai sosok pahlawan dari Yunani, tercatat dalam alkitab. Tapi, siapa sebenarnya Alexander Agung? Dan bagaimana mungkin perjalanan Musa dan Isa bisa sampai ke negeri Timur? Berikut ini penjelasan Dokumen Takenouchi yang ditafsirkan Takenouchino Matori, kemudian ditulis ulang oleh Wado Kosaka di tahun 1990 hingga 2000-an.
Adam, Alexander Agung, Dan Isa, Kunjungi Jepang
Banyak tokoh historis terkenal atau legendaris muncul dalam Dokumen Takenouchi, salah satunya disebutkan Adam dan Hawa yang tampaknya Raja (Mittoson). Disebutkan dalam naskah tersebut:
Alkitab saat ini mengatakan bahwa Adam dan Hawa diusir dari surga, berarti menurut dokumen ini bahwa mereka dikirim ke dunia dari surga, di Jepang kuno. Ras berwarna merah diturunkan dari gen Adam-Hawa, dianggap sebagai nenek moyang manusia pertama orang Eropa.
Perjalanan Alexander Agung Ke Negeri Timur
Ada banyak interpretasi yang berbeda mengenai penyebutan kosakata (nama) dalam perjalanan 'Jinmu Ten-no' ke Timur. Salah satu dugaan menyebutkan bahwa dia bukan orang Jepang, tetapi berasal dari Semenanjung Korea, dan perjalanan ke Timur merupakan catatan yang dibuat oleh pasukan asing tentang invasi ke Jepang. Interpretasi lain, bahwa 'Jinmu ten-no' bukan tokoh sejarah tapi tokoh legendaris dari mitologi yang diadaptasi ke Jepang dari luar negeri. Salah satu dugaan itu, bahwa 'Jinmu Ten-no' adalah 'Alexander Agung'. Hal ini karena kedua cerita disampaikan dengan pengaturan yang sangat serupa dimana Alexander Agung meraih kemenangan di tengah-tengah perang setelah dipimpin oleh sosok berambut hitam selama ekspedisi ke Timur. Begitu pula kisah 'Jinmu Ten-no' dalam dokumen Takenouchi selama ekspedisi ke Timur.
Dalam Dokumen Takenouchi, Jinmu Ten-no adalah anak kedua dari Amaterukuniteruhiko-Momohiusukine Sumera-Mikoto, generasi ke-71 dari dinasti Fukiaezu. Kakaknya Hikoitsuse Sumera-Mikoto, anak pertama yang menggantikan ayahnya, memiliki kesehatan yang buruk sehingga Jinmu Ten-no berhasil mengambil takhta. Pada masa pemerintahan generasi ke-73 dari dinasti Fukiaezu, dia menyatakan era baru yang disebut 'Dinasti Kanyamato' di kuil Koso Kotai Jingu untuk memperingati ulang tahun ke-100, merupakan awal dari Dinasti Kanyamato yang telah terus berlanjut sampai sekarang.
Jinmu Ten-no melakukan perjalanan keliling dunia dari tanggal 26 bulan kedua pemerintahan tahun ke-49, selama 22 tahun. Delapan hamba mengikutinya melintasi Cina, Asia Tengah, Afrika dan India sebelum dia kembali. Ekspedisi ke Timur dianggap sebagai invasi asing karena dia dianggap sebagai orang asing, dimana perjalanan itu dimulai setelah Tenpenchii besar (bencana dari langit dan bumi) yang melanda seluruh dunia. Akibatnya Jepang rusak parah, kehilangan kekuatan dunia, dan selama perjalanan Jinmu Ten-no ada yang mencoba meniru budaya dan sumber daya manusia dari negara-negara yang kurang rusak akibat Tenpenchii besar untuk memulihkan budaya Jepang.
Setelah Jinmu Ten-no kembali dari perjalanannya, banyak orang asing mulai datang ke Jepang. Tujuan pertama adalah untuk membangun kembali budaya Jepang dan Jinmu Ten-no menempatkan pentingnya budaya asing, upaya tersebut membuat budaya Jepang pulih dalam waktu singkat. Kebijakan Jinmu Ten-no menekankan perlunya budaya asing untuk tujuan pemulihan budaya Jepang, menyebabkan keyakinan masyarakat bahwa Jinmu adalah orang asing.
Padahal sebenarnya Jinmu Ten-no memiliki garis keturunan keluarga turunan Sumera-Mikoto yang disebutkan dalam Dokumen Takenouchi.
Dalam alkitab dan teks kuno juga ditemukan kisah Alexander, seperti yang diceritakan Quran tentang perjalanan Dzulkarnaen. Beberapa sejarawan alkitab meyakini bahwa Dzulkarnaen adalah karakter yang sama dengan Alexander, bahkan perjalanan Alexander Agung ke Timur diduga bersama Khidir. Siapa sebenarnya sosok yang disebut dalam naskah kuno Jepang 'Alexander Agung meraih kemenangan perang setelah dipimpin oleh sosok berambut hitam selama ekspedisi ke Timur?' Disebutkan dalam surat Al-Kahf, mereka tiba di negeri Timur yang dianugerahi 'ilmu', tapi tidak menjelaskan ilmu (pengetahuan) apa saja yang mereka gunakan.
Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya (QS Al-kahf 18:89-91)
Ada kemungkinan, ketika Alexander selesai mengunjungi negeri Timur berangkat ke wilayah lain. Dalam hal ini alkitab menyebutkan sebuah tembok yang membatasi kedua negara untuk mengantisipasi serangan dari makhluk yang ganas. Sejarawan alkitab berspekulasi bahwa negeri itu tak lain adalah Cina, dimana Dzulkarnain membantu mereka membangun dinding besar yang diisi tembaga dan besi, tertulis dalam surat Al-Kahf:
Adakah Kisah Perjalanan Musa Ke Timur?
Anehnya, Dokumen Takenouchi juga menyinggung sejarah kedatangan Musa dan Isa, keduanya dikatakan telah meninggal dunia di Jepang, dan kuburan mereka masih dapat dikunjungi hari ini. Musa juga meninggal dunia di Jepang, disebutkan dalam naskah telah hidup selama 583 tahun. Kuburan Musa dapat ditemukan hari ini di kaki Gunung Hodatsu, Ishikawa. Apakah Musa tiba beberapa waktu berselang setelah kedatangan Alexander Agung tidak jelas disebutkan dalam teks kuno.
Jika demikian, mengapa Musa dan bangsa Israel menghabiskan waktu selama 40 tahun di gurun pasir? Dugaan ini, Musa tidak berdiam diri tetapi pergi ke Jepang dan memberikan penduduk setempat Sepuluh Perintah tambahan, kemudian tinggal selama beberapa waktu. Menurut naskah kuno Jepang, setelah Musa meninggal tubuhnya dimakamkan di Gunung Houdatsu. Perjanjian Lama menyebutkan tentang suku yang hilang dari Israel, sepuluh suku yang disebutkan di awal Kitab Suci Ibrani, meskipun namanya hilang dari narasi Alkitab setelah Asyur menyerbu tanah mereka.
Apa yang terjadi dengan suku yang hilang? Mereka mungkin berasimilasi dan bercampur dengan penakluk dari Asyur, tapi sepanjang sejarah Yahudi dan Kristen terdapat legenda dan spekulasi bahwa suku itu ditahan Ibrani atau menyembunyikan identitas Yahudi dengan cara bermigrasi ke bagian lain di dunia, seperti Zimbabwe, India, Amerika, bahkan ke timur seperti Jepang.
Benarkah Isa Melarikan Diri Ke Timur?
Pada tahun 1935, ketika Kyomaro Takenouchi menemukan ribuan tahun naskah kuno yang menyebut secara rinci pelarian Isa dari Tanah Suci. Kisah ini disebutkan melalui 'The Japan Times' tertulis:
Isa (Kristus) pertama kali mengunjungi Jepang berusia antara 21 dan 33 tahun, tetapi Alkitab sebenarnya melewatkan periode kehidupan awal Kristus dan banyak teori yang ada tentang yang dilakukannya dalam interval waktu tersebut. Dokumen Takenouchi mengklaim bahwa dia mempelajari bahasa asli dan budaya Jepang sebelum kembali ke Yerusalem, dimana Yesus disalibkan. Hanya saja, Isa tidak benar-benar disalibkan. Adiknya, Isukiri (yang tidak masuk dalam Alkitab) mengganti posisinya di kayu salib, berpura-pura menjadi Anak Allah dan Isa yang sejati melarikan diri ke Siberia.
Beberapa tahun kemudian (melalui Alaska), dia tiba di pelabuhan Hachinohe sekitar 40 km dari Shingo. Isa berjalan ke desa di mana dirinya menikah, memiliki tiga anak, dan hidup sampai usia 106 tahun. Menurut pengetahuan lokal, Isa tidak melakukan mukjizat saat berada di Shingo. Selain itu, Takenouchi mendokumentasikan asal Extraterrestrial kemanusiaan lebih rinci, sejarah Atlantis, dan keluarga Sawaguchi dari Shingo disebutkan keturunan Isa.
Kisah Isa dikatakan telah hidup sampai usia 106 tahun, makamnya berada di pegunungan terpencil Jepang Utara, sebuah kota kecil yang dikenal sebagai Shingo, juga disebut Kirisuto no Sato (Rumah Kristus) dan berjarak hanya beberapa menit dari pusat kota terdapat kayu salib setinggi 8 kaki dikelilingi pagar kayu putih.
Jika belum mengerti tentang naskah kuno dari Jepang ini, silahkan baca posting lalu, Dokumen Takenouchi, Misteri Naskah Kuno Jepang Ditulis Dewa. Bagaimana naskah kuno menjelaskan pesawat mengambang yang tertulis dalam Dokumen Takenouchi? Posting berikutnya akan menjelaskan keberadaan Ameno-Ukifune, Kendaraan Anti Gravitasi Jepang Kuno yang digunakan Sumera-Mikoto untuk keliling dunia.
Bagaimana menurut anda? Wallahu A'lam.
Referensi
Takenouchi Documents - Hidden History Of Mankind And Earth, by Wado Kosaka. Alexander the Great Founding Alexandria, image courtesy of wikimedia commons.
Sumber : http://www.isains.com/2014/10/benarkah-alexander-agung-adam-musa-dan.html
Terlepas dari benar atau tidaknya isi naskah tersebut, yang jelas hal tersebut menarik untuk dibaca dan dibuktikan lebih lanjut.
Naskah kuno tersebut menceritakan berbagai tokoh-tokoh bersejarah dan legendaris -termasuk para Nabi- yang pernah disebutkan dalam Alkitab dan Kitab Suci lain pernah menginjakkan kaki di Jepang dan belajar tentang ajaran kuno maupun spiritual.
Pemerintah dunia terletak di Jepang dan Sumera-Mikoto menyatukan seluruh dunia, dimana para guru besar dunia, Alexander Agung, Musa, Isa, Shakyamuni Buddha, Confucius dan Lao-Tsu, bahkan Muhammad, disebutkan telah menginjak tanah Jepang untuk belajar ajaran-ajaran kuno.
Seperti Alexander Agung, berbagai catatan sejarah mengenalnya sebagai sosok pahlawan dari Yunani, tercatat dalam alkitab. Tapi, siapa sebenarnya Alexander Agung? Dan bagaimana mungkin perjalanan Musa dan Isa bisa sampai ke negeri Timur? Berikut ini penjelasan Dokumen Takenouchi yang ditafsirkan Takenouchino Matori, kemudian ditulis ulang oleh Wado Kosaka di tahun 1990 hingga 2000-an.
Adam, Alexander Agung, Dan Isa, Kunjungi Jepang
Banyak tokoh historis terkenal atau legendaris muncul dalam Dokumen Takenouchi, salah satunya disebutkan Adam dan Hawa yang tampaknya Raja (Mittoson). Disebutkan dalam naskah tersebut:
Pada tanggal 11 Ubeko (bulan keempat), 850 juta tahun masa pemerintahan Amemekudarimido Sumera-Mikoto, bertepatan dengan Sumera-Mikoto mengumumkan perjalanan keliling dunia. Dia mendarat di Guangdong-Cina dimana Kai Karago segera melakukan kunjungan ke Sumera-Mikoto dan kemudian diangkat sebagai Raja daerah. Pada tanggal 10 Sanae (bulan kelima), 1 miliar 300 juta tahun masa pemerintahan Sumera-Mikoto, Sumera-Mikoto turun di Gunung Hirefure di Yomoitsu (Yomotsu adalah Eropa), tanah Yomoitsu. Raja Adam-Hawa dari ras berwarna merah, Raja Koratomamusu dari ras berwarna putih, dan Raja Kiambocha (Kamboja) dari ras berwarna biru, melakukan kunjungan ke Sumera-Mikoto, dan kemudian ditunjuk sebagai Raja (Mittoson) dimana mereka tinggal.Adam-Hawa diangkat sebagai Raja daerah oleh Sumera-Mikoto, dalam Dokumen Takenouchi, Adam-Hawa adalah satu orang. Adam-Hawa muncul dalam Dokumen yang diterbitkan era tertua. Disebutkan, bahwa penampilan pertama Adam-Hawa sebagai salah satu dari 16 Pangeran dan Putri yang dikirim ke dunia, membagi dunia ke dalam 16 daerah selama generasi ke-2 dari era Joko.
Alkitab saat ini mengatakan bahwa Adam dan Hawa diusir dari surga, berarti menurut dokumen ini bahwa mereka dikirim ke dunia dari surga, di Jepang kuno. Ras berwarna merah diturunkan dari gen Adam-Hawa, dianggap sebagai nenek moyang manusia pertama orang Eropa.
Perjalanan Alexander Agung Ke Negeri Timur
Ada banyak interpretasi yang berbeda mengenai penyebutan kosakata (nama) dalam perjalanan 'Jinmu Ten-no' ke Timur. Salah satu dugaan menyebutkan bahwa dia bukan orang Jepang, tetapi berasal dari Semenanjung Korea, dan perjalanan ke Timur merupakan catatan yang dibuat oleh pasukan asing tentang invasi ke Jepang. Interpretasi lain, bahwa 'Jinmu ten-no' bukan tokoh sejarah tapi tokoh legendaris dari mitologi yang diadaptasi ke Jepang dari luar negeri. Salah satu dugaan itu, bahwa 'Jinmu Ten-no' adalah 'Alexander Agung'. Hal ini karena kedua cerita disampaikan dengan pengaturan yang sangat serupa dimana Alexander Agung meraih kemenangan di tengah-tengah perang setelah dipimpin oleh sosok berambut hitam selama ekspedisi ke Timur. Begitu pula kisah 'Jinmu Ten-no' dalam dokumen Takenouchi selama ekspedisi ke Timur.
Alexander Agung, benarkah dia sampai ke Jepang? |
Jinmu Ten-no melakukan perjalanan keliling dunia dari tanggal 26 bulan kedua pemerintahan tahun ke-49, selama 22 tahun. Delapan hamba mengikutinya melintasi Cina, Asia Tengah, Afrika dan India sebelum dia kembali. Ekspedisi ke Timur dianggap sebagai invasi asing karena dia dianggap sebagai orang asing, dimana perjalanan itu dimulai setelah Tenpenchii besar (bencana dari langit dan bumi) yang melanda seluruh dunia. Akibatnya Jepang rusak parah, kehilangan kekuatan dunia, dan selama perjalanan Jinmu Ten-no ada yang mencoba meniru budaya dan sumber daya manusia dari negara-negara yang kurang rusak akibat Tenpenchii besar untuk memulihkan budaya Jepang.
Setelah Jinmu Ten-no kembali dari perjalanannya, banyak orang asing mulai datang ke Jepang. Tujuan pertama adalah untuk membangun kembali budaya Jepang dan Jinmu Ten-no menempatkan pentingnya budaya asing, upaya tersebut membuat budaya Jepang pulih dalam waktu singkat. Kebijakan Jinmu Ten-no menekankan perlunya budaya asing untuk tujuan pemulihan budaya Jepang, menyebabkan keyakinan masyarakat bahwa Jinmu adalah orang asing.
Padahal sebenarnya Jinmu Ten-no memiliki garis keturunan keluarga turunan Sumera-Mikoto yang disebutkan dalam Dokumen Takenouchi.
Dalam alkitab dan teks kuno juga ditemukan kisah Alexander, seperti yang diceritakan Quran tentang perjalanan Dzulkarnaen. Beberapa sejarawan alkitab meyakini bahwa Dzulkarnaen adalah karakter yang sama dengan Alexander, bahkan perjalanan Alexander Agung ke Timur diduga bersama Khidir. Siapa sebenarnya sosok yang disebut dalam naskah kuno Jepang 'Alexander Agung meraih kemenangan perang setelah dipimpin oleh sosok berambut hitam selama ekspedisi ke Timur?' Disebutkan dalam surat Al-Kahf, mereka tiba di negeri Timur yang dianugerahi 'ilmu', tapi tidak menjelaskan ilmu (pengetahuan) apa saja yang mereka gunakan.
Kemudian dia menempuh jalan (yang lain). Hingga apabila dia telah sampai ke tempat terbit matahari (sebelah Timur) dia mendapati matahari itu menyinari segolongan umat yang Kami tidak menjadikan bagi mereka sesuatu yang melindunginya dari (cahaya) matahari itu, demikianlah. dan sesungguhnya ilmu Kami meliputi segala apa yang ada padanya (QS Al-kahf 18:89-91)
Ada kemungkinan, ketika Alexander selesai mengunjungi negeri Timur berangkat ke wilayah lain. Dalam hal ini alkitab menyebutkan sebuah tembok yang membatasi kedua negara untuk mengantisipasi serangan dari makhluk yang ganas. Sejarawan alkitab berspekulasi bahwa negeri itu tak lain adalah Cina, dimana Dzulkarnain membantu mereka membangun dinding besar yang diisi tembaga dan besi, tertulis dalam surat Al-Kahf:
Kemudian dia menempuh suatu jalan (yang lain lagi). Hingga apabila dia telah sampai di antara dua buah gunung, dia mendapati di hadapan kedua bukit itu suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan. Mereka berkata: "Hai Dzulkarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding antara kami dan mereka?" Dzulkarnain berkata: "Apa yang telah dikuasakan oleh Tuhanku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu dan mereka, berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulkarnain: "Tiuplah (api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti) api, diapun berkata: "Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar aku kutuangkan ke atas besi panas itu". Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula) melobanginya. Dzulkarnain berkata: "Ini (dinding) adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar". Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami kumpulkan mereka itu semuanya, dan Kami nampakkan Jahannam pada hari itu kepada orang-orang kafir dengan jelas, yaitu orang-orang yang matanya dalam keadaan tertutup dari memperhatikan tanda-tanda kebesaran-Ku, dan adalah mereka tidak sanggup mendengar (QS Al-kahf 18:92-101)Selama pemerintahan dinasti Fukiaezu disebutkan akhir perdamaian dan kemakmuran setelah melewati masa ribuan tahun. Bencana menyebabkan benua Tamiara dan Miyoi di Samudra Pasifik tenggelam. Di akhir zaman ini disambut gempa bumi besar yang menyebabkan tsunami 200 meter dan menghancurkan Jepang. Bencana tersebut disebabkan jiwa manusia, manusia lupa Sumera-Mikoto dan menjadi sombong hingga Dewa murka.
Adakah Kisah Perjalanan Musa Ke Timur?
Anehnya, Dokumen Takenouchi juga menyinggung sejarah kedatangan Musa dan Isa, keduanya dikatakan telah meninggal dunia di Jepang, dan kuburan mereka masih dapat dikunjungi hari ini. Musa juga meninggal dunia di Jepang, disebutkan dalam naskah telah hidup selama 583 tahun. Kuburan Musa dapat ditemukan hari ini di kaki Gunung Hodatsu, Ishikawa. Apakah Musa tiba beberapa waktu berselang setelah kedatangan Alexander Agung tidak jelas disebutkan dalam teks kuno.
Apa yang terjadi dengan suku yang hilang? Mereka mungkin berasimilasi dan bercampur dengan penakluk dari Asyur, tapi sepanjang sejarah Yahudi dan Kristen terdapat legenda dan spekulasi bahwa suku itu ditahan Ibrani atau menyembunyikan identitas Yahudi dengan cara bermigrasi ke bagian lain di dunia, seperti Zimbabwe, India, Amerika, bahkan ke timur seperti Jepang.
Benarkah Isa Melarikan Diri Ke Timur?
Pada tahun 1935, ketika Kyomaro Takenouchi menemukan ribuan tahun naskah kuno yang menyebut secara rinci pelarian Isa dari Tanah Suci. Kisah ini disebutkan melalui 'The Japan Times' tertulis:
Isa (Kristus) pertama kali mengunjungi Jepang berusia antara 21 dan 33 tahun, tetapi Alkitab sebenarnya melewatkan periode kehidupan awal Kristus dan banyak teori yang ada tentang yang dilakukannya dalam interval waktu tersebut. Dokumen Takenouchi mengklaim bahwa dia mempelajari bahasa asli dan budaya Jepang sebelum kembali ke Yerusalem, dimana Yesus disalibkan. Hanya saja, Isa tidak benar-benar disalibkan. Adiknya, Isukiri (yang tidak masuk dalam Alkitab) mengganti posisinya di kayu salib, berpura-pura menjadi Anak Allah dan Isa yang sejati melarikan diri ke Siberia.
Beberapa tahun kemudian (melalui Alaska), dia tiba di pelabuhan Hachinohe sekitar 40 km dari Shingo. Isa berjalan ke desa di mana dirinya menikah, memiliki tiga anak, dan hidup sampai usia 106 tahun. Menurut pengetahuan lokal, Isa tidak melakukan mukjizat saat berada di Shingo. Selain itu, Takenouchi mendokumentasikan asal Extraterrestrial kemanusiaan lebih rinci, sejarah Atlantis, dan keluarga Sawaguchi dari Shingo disebutkan keturunan Isa.
Jika belum mengerti tentang naskah kuno dari Jepang ini, silahkan baca posting lalu, Dokumen Takenouchi, Misteri Naskah Kuno Jepang Ditulis Dewa. Bagaimana naskah kuno menjelaskan pesawat mengambang yang tertulis dalam Dokumen Takenouchi? Posting berikutnya akan menjelaskan keberadaan Ameno-Ukifune, Kendaraan Anti Gravitasi Jepang Kuno yang digunakan Sumera-Mikoto untuk keliling dunia.
Bagaimana menurut anda? Wallahu A'lam.
Referensi
Takenouchi Documents - Hidden History Of Mankind And Earth, by Wado Kosaka. Alexander the Great Founding Alexandria, image courtesy of wikimedia commons.
Sumber : http://www.isains.com/2014/10/benarkah-alexander-agung-adam-musa-dan.html
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih