Seorang pemuda berseragam angkatan laut yang tampak lelah dan cemas memasuki sebuah rumah sakit. Sorang perawat menghampirinya kemudian mengantarkannya ke dalam sebuah bilik tempat seorang pria tua sedang terbaring lemah karena telah merasakan sakitnya serangan jantung beberapa saat lalu.
"Putra Anda telah tiba," kata perawat tersebut pada pria tua itu. Perawat harus mengulangi kalimatnya beberapa kali hingga sang pasien membuka matanya. Bapak tua itu kemudian melihat pemuda berseragam angkatan laut di dekatnya, dia meraih tangan pemuda itu.
Pemuda itu pun kemudian memegang erat jemari si bapak tua, mengusapnya penuh rasa cinta kasih.
Perawat membawakan sebuah kursi agar pemuda itu dapat duduk di samping tempat tidur. Sepanjang malam pemuda itu duduk di bilik yang bercahaya remang itu, dengan tetap menggenggam erat tangan bapak tua, sambil sesekali mengucapkan kata cinta dan dukungan. Beberapa kali, perawat datang menghampiri keduanya dan menyarankan si pemuda untuk beristirahat, tetapi pemuda itu dengan halus menolaknya.
" Sepanjang malam pemuda itu duduk di bilik yang bercahaya remang itu, dengan tetap menggenggam erat tangan bapak tua, sambil sesekali mengucapkan kata cinta dan dukungan. "
Perawat mendengarkan kata-kata lembut dari pemuda itu untuk pasiennya. Sementara sang pasien kini hanya dapat diam berjuang antara hidup dan mati, sambil tetap menggenggam tangan putranya sepanjang malam itu.
Saat fajar tiba, pria tua itu akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir, Pemuda itu akhirnya melepaskan genggamannya dan pergi untuk memberitahu perawat. Perawat kemudian datang dan melakukan apa yang harus ia lakukan. Sampai kemudian datang kembali menemui sang pemuda dan menyampaikan bela sungkawanya. Namun, sang pemuda malah bertanya pada perawat itu, " Siapakah pria tua itu?"
Perawat itu terkejut, " dia ayah Anda," jawabnya.
"Bukan, saya belum pernah melihatnya seumur hidup saya." kata sang pemuda.
"Lalu mengapa Anda tidak mengatakan apapun saat saya mengantarnya pada Anda?" tanya perawat itu kebingungan.
"Saya tahu ada kesalahan, tetapi saya juga tahu dia membutuhkan putranya, dan putranya tidak di sini. Ketika saya menyadari dia terlalu sakit untuk mengenali apakah saya putranya atau bukan, saya tahu dia sangat membutuhkan saya. Saya datang ke sini tadi malam untuk mencari Bapak William Grey. Putranya terbunuh pada pertempuran kemarin, dan saya dikirim untuk memberi kabar padanya. Dan siapa nama pria tua itu?"
Sang perawat dengan air mata di matanya menjawab," Bapak William Grey."
*****
Seringkali kita dihadapkan pada pilihan untuk menolong seseorang yang belum kita kenal semampu kita atau tidak menghiraukannya karena bukan merupakan kewajiban kita seperti yang dialami sang pemuda. Mungkin bukanlah suatu kesalahan bila dia tak membantunya, tetapi, bukankah kehidupan menjadi lebih indah dengan menolong orang lain. Mungkin juga pertolongan Tuhan datang melalui tangannya, terlebih itu adalah hal terakhir bagi William Grey yang sebenarnya telah kehilangan putranya.
"Putra Anda telah tiba," kata perawat tersebut pada pria tua itu. Perawat harus mengulangi kalimatnya beberapa kali hingga sang pasien membuka matanya. Bapak tua itu kemudian melihat pemuda berseragam angkatan laut di dekatnya, dia meraih tangan pemuda itu.
Pemuda itu pun kemudian memegang erat jemari si bapak tua, mengusapnya penuh rasa cinta kasih.
Perawat membawakan sebuah kursi agar pemuda itu dapat duduk di samping tempat tidur. Sepanjang malam pemuda itu duduk di bilik yang bercahaya remang itu, dengan tetap menggenggam erat tangan bapak tua, sambil sesekali mengucapkan kata cinta dan dukungan. Beberapa kali, perawat datang menghampiri keduanya dan menyarankan si pemuda untuk beristirahat, tetapi pemuda itu dengan halus menolaknya.
" Sepanjang malam pemuda itu duduk di bilik yang bercahaya remang itu, dengan tetap menggenggam erat tangan bapak tua, sambil sesekali mengucapkan kata cinta dan dukungan. "
Perawat mendengarkan kata-kata lembut dari pemuda itu untuk pasiennya. Sementara sang pasien kini hanya dapat diam berjuang antara hidup dan mati, sambil tetap menggenggam tangan putranya sepanjang malam itu.
Saat fajar tiba, pria tua itu akhirnya menghembuskan nafas yang terakhir, Pemuda itu akhirnya melepaskan genggamannya dan pergi untuk memberitahu perawat. Perawat kemudian datang dan melakukan apa yang harus ia lakukan. Sampai kemudian datang kembali menemui sang pemuda dan menyampaikan bela sungkawanya. Namun, sang pemuda malah bertanya pada perawat itu, " Siapakah pria tua itu?"
Perawat itu terkejut, " dia ayah Anda," jawabnya.
"Bukan, saya belum pernah melihatnya seumur hidup saya." kata sang pemuda.
"Lalu mengapa Anda tidak mengatakan apapun saat saya mengantarnya pada Anda?" tanya perawat itu kebingungan.
"Saya tahu ada kesalahan, tetapi saya juga tahu dia membutuhkan putranya, dan putranya tidak di sini. Ketika saya menyadari dia terlalu sakit untuk mengenali apakah saya putranya atau bukan, saya tahu dia sangat membutuhkan saya. Saya datang ke sini tadi malam untuk mencari Bapak William Grey. Putranya terbunuh pada pertempuran kemarin, dan saya dikirim untuk memberi kabar padanya. Dan siapa nama pria tua itu?"
Sang perawat dengan air mata di matanya menjawab," Bapak William Grey."
*****
Seringkali kita dihadapkan pada pilihan untuk menolong seseorang yang belum kita kenal semampu kita atau tidak menghiraukannya karena bukan merupakan kewajiban kita seperti yang dialami sang pemuda. Mungkin bukanlah suatu kesalahan bila dia tak membantunya, tetapi, bukankah kehidupan menjadi lebih indah dengan menolong orang lain. Mungkin juga pertolongan Tuhan datang melalui tangannya, terlebih itu adalah hal terakhir bagi William Grey yang sebenarnya telah kehilangan putranya.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih