Seorang perempuan muda, yang juga insinyur di bidang penerbangan, telah mengungkap hubungan biologis tak terduga yang dimilikinya dengan sejarawan Australia terkemuka, yakni Profesor Manning Clark.
Dr. Lauren Burns mengungkap rahasia terpendamnya kepada ABC, menggambarkan betapa ia menghabiskan 4 tahun dalam kondisi bingung dan frustasi untuk menemukan donor sperma anonim yang terlibat dalam kelahirannya.
Semua yang ia tahu hanyalah pria itu bermata biru, berambut cokelat, tingginya 5 kaki 11 inchi dan memiliki kode nama C11.
Dr. Lauren dan ibunya, Barbara, mengatakan, mereka sempat terheran-heran ketika akhirnya mereka menemukan nama sang donor.
Ayah biologis Lauren adalah Dr. Benedict Manning Clark, anak termuda dari sejarawan Profesor Manning Clark, salah satu tokoh Australia terpenting pada abad ke-20.
Profesor Manning menulis sejarah Australia sebanyak 6 volume namun ia dinilai sebagai figur yang kontroversial, pejuang setia dari hak-hak Australia untuk menjadi bangsa yang merdeka dari Inggris, dan dicerca oleh sejumlah orang karena paham kiri-nya dalam politik.
“Saya seorang penyendiri, tergantung suasana hati! Seperti halnya ayah saya. Anda terdengar seperti orang pintar! Ada banyak orang pintar di keluarga saya seperti yang bisa anda lihat dari silsilah keluarga. Ayah saya adalah Manning Clark 1915-1991, Profesor Sejarah di ANU, komentator, musuh kaum konservatif, dan seorang penulis,” tulis Dr. Benedict Clark dalam komunikasi pertamanya dengan Lauren.
Dr. Benedict mengungkapkan, waktu itu ia masih menjadi mahasiswa kedokteran ketika membuat keputusan donasi sperma.
“Ketika saya menandatangani perjanjian dan setuju untuk menjadi donor sperma, saya lakukan itu karena merespon sebuah permintaan dan saya melakukannya dengan pemahaman bahwa hal itu akan selamanya rahasia,” tuturnya.
Ia mengaku, dirinya tak berpikir lebih jauh pada saat itu.
“Ibu saya memberitahunya bahwa itu adalah ide yang buruk. Bahwa hal itu akan kembali menghantuinya di masa mendatang dan bahwa anak-anaknya akan mencarinya. Tapi kami tak pernah mengira itu akan kejadian,” ujar anak tertua Dr. Benedict, Charlotte Clark.
Kebuntuan yang dialami Lauren dan pertemuannya dengan Dr. Benedict bisa terjadi atas inisiatif spesialis infertilitas pria yang juga mantan Gubernur negara bagian Victoria, Profesor David de Kretser.
Lauren menggambarkan pertemuan pertamanya dengan sang ayah biologis, yakni Dr. Benedict, dan juga dua anak remajanya pada tahun 2009 sebagai hal yang aneh.
Sementara Dr. Benedict mengungkapkan pengalaman itu sebagai sesuatu yang membingungkan.
“Itu berat meski di satu sisi anda telah menjadi bagian dari keseluruhan periode hidup seseorang namum sepenuhnya absen dari awal. Ini benar-benar ganjil,” utaranya.
Empat tahun kemudian, dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki Benedict menjalin hubungan yang kuat dengan Lauren, begitu pula dengan anggota keluarga yang lain seperti anak perempuan Manning Clark, Katerina Clark, yang adalah Profesor Perbandingan Sastra serta Sastra dan Bahasa Slavik di Yale University.
“Ia tampak sangat hangat dan spontan serta mudah bergaul, sehingga mudah untuk berbicara dengannya. Saya sejujurnya sangat menyukainya. Saya senang ia bagian dari keluarga ini,” tutur Profesor Katerina ketika ia bertemu Lauren di Canberra, di rumah tempat Benedict tumbuh dengan orang tuanya.
Lauren mengatakan ia sangat terharu atas sambutan yang ia terima dari keluarga Benedict.
“Saya tak tahu bagaimana tepatnya menggambarkan posisi saya di keluarga. Istilah untuk menggambarkan hubungan ini selalu berkembang,” urainya.
Benedict Clark mengatakan, ia secara sosial tak menganggap Lauren sebagai anak perempuannya karena ia tak tumbuh besar di rumah tangga Benedict atau berasal dari mantan istrinya.
Ia berujar, anak perempuan termudanya, Olivia, menyarankan agar ia menganggap Lauren sebagai keponakan perempuan yang sudah lama tak dijumpai. Namun ia mengutarakan, ia ‘sangat senang’ bahwa akhirnya Lauren menemukannya.
“Jika Lauren tak pernah mencari saya, saya pikir saya akan kehilangan banyak hal. Saya merasa hidup saya lebih kaya karena mengetahui ini, dan semakin kaya karena mengenalnya,” kemuka Benedict.
Dr. Lauren telah menjadi aktivis perubahan legislasi untuk meningkatkan hak anak-anak yang terlahir dari donor sperma agar mereka memiliki informasi tentang silsilah biologis mereka dan kesempatan untuk melakukan hubungan dengan ayah biologis mereka jika sang ayah setuju.
Ia telah mendapat dukungan dari beberapa politisi dari kedua kubu di Parlemen Victoria dan rancangan undang-undang tersebut akan dibahas di Parlemen, segera.
(Sumber: ABC Australia via Kompas)
Dr. Lauren Burns mengungkap rahasia terpendamnya kepada ABC, menggambarkan betapa ia menghabiskan 4 tahun dalam kondisi bingung dan frustasi untuk menemukan donor sperma anonim yang terlibat dalam kelahirannya.
Semua yang ia tahu hanyalah pria itu bermata biru, berambut cokelat, tingginya 5 kaki 11 inchi dan memiliki kode nama C11.
Dr. Lauren dan ibunya, Barbara, mengatakan, mereka sempat terheran-heran ketika akhirnya mereka menemukan nama sang donor.
Ayah biologis Lauren adalah Dr. Benedict Manning Clark, anak termuda dari sejarawan Profesor Manning Clark, salah satu tokoh Australia terpenting pada abad ke-20.
Profesor Manning menulis sejarah Australia sebanyak 6 volume namun ia dinilai sebagai figur yang kontroversial, pejuang setia dari hak-hak Australia untuk menjadi bangsa yang merdeka dari Inggris, dan dicerca oleh sejumlah orang karena paham kiri-nya dalam politik.
“Saya seorang penyendiri, tergantung suasana hati! Seperti halnya ayah saya. Anda terdengar seperti orang pintar! Ada banyak orang pintar di keluarga saya seperti yang bisa anda lihat dari silsilah keluarga. Ayah saya adalah Manning Clark 1915-1991, Profesor Sejarah di ANU, komentator, musuh kaum konservatif, dan seorang penulis,” tulis Dr. Benedict Clark dalam komunikasi pertamanya dengan Lauren.
Dr. Benedict mengungkapkan, waktu itu ia masih menjadi mahasiswa kedokteran ketika membuat keputusan donasi sperma.
“Ketika saya menandatangani perjanjian dan setuju untuk menjadi donor sperma, saya lakukan itu karena merespon sebuah permintaan dan saya melakukannya dengan pemahaman bahwa hal itu akan selamanya rahasia,” tuturnya.
Ia mengaku, dirinya tak berpikir lebih jauh pada saat itu.
“Ibu saya memberitahunya bahwa itu adalah ide yang buruk. Bahwa hal itu akan kembali menghantuinya di masa mendatang dan bahwa anak-anaknya akan mencarinya. Tapi kami tak pernah mengira itu akan kejadian,” ujar anak tertua Dr. Benedict, Charlotte Clark.
Kebuntuan yang dialami Lauren dan pertemuannya dengan Dr. Benedict bisa terjadi atas inisiatif spesialis infertilitas pria yang juga mantan Gubernur negara bagian Victoria, Profesor David de Kretser.
Lauren menggambarkan pertemuan pertamanya dengan sang ayah biologis, yakni Dr. Benedict, dan juga dua anak remajanya pada tahun 2009 sebagai hal yang aneh.
Sementara Dr. Benedict mengungkapkan pengalaman itu sebagai sesuatu yang membingungkan.
“Itu berat meski di satu sisi anda telah menjadi bagian dari keseluruhan periode hidup seseorang namum sepenuhnya absen dari awal. Ini benar-benar ganjil,” utaranya.
Empat tahun kemudian, dua anak perempuan dan seorang anak laki-laki Benedict menjalin hubungan yang kuat dengan Lauren, begitu pula dengan anggota keluarga yang lain seperti anak perempuan Manning Clark, Katerina Clark, yang adalah Profesor Perbandingan Sastra serta Sastra dan Bahasa Slavik di Yale University.
“Ia tampak sangat hangat dan spontan serta mudah bergaul, sehingga mudah untuk berbicara dengannya. Saya sejujurnya sangat menyukainya. Saya senang ia bagian dari keluarga ini,” tutur Profesor Katerina ketika ia bertemu Lauren di Canberra, di rumah tempat Benedict tumbuh dengan orang tuanya.
Lauren mengatakan ia sangat terharu atas sambutan yang ia terima dari keluarga Benedict.
“Saya tak tahu bagaimana tepatnya menggambarkan posisi saya di keluarga. Istilah untuk menggambarkan hubungan ini selalu berkembang,” urainya.
Benedict Clark mengatakan, ia secara sosial tak menganggap Lauren sebagai anak perempuannya karena ia tak tumbuh besar di rumah tangga Benedict atau berasal dari mantan istrinya.
Ia berujar, anak perempuan termudanya, Olivia, menyarankan agar ia menganggap Lauren sebagai keponakan perempuan yang sudah lama tak dijumpai. Namun ia mengutarakan, ia ‘sangat senang’ bahwa akhirnya Lauren menemukannya.
“Jika Lauren tak pernah mencari saya, saya pikir saya akan kehilangan banyak hal. Saya merasa hidup saya lebih kaya karena mengetahui ini, dan semakin kaya karena mengenalnya,” kemuka Benedict.
Dr. Lauren telah menjadi aktivis perubahan legislasi untuk meningkatkan hak anak-anak yang terlahir dari donor sperma agar mereka memiliki informasi tentang silsilah biologis mereka dan kesempatan untuk melakukan hubungan dengan ayah biologis mereka jika sang ayah setuju.
Ia telah mendapat dukungan dari beberapa politisi dari kedua kubu di Parlemen Victoria dan rancangan undang-undang tersebut akan dibahas di Parlemen, segera.
(Sumber: ABC Australia via Kompas)
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih