Si Bahlul adalah seorang pria yang pura-pura gila dan bodoh, namun dalam kegilaannya itu ia menyampaikan pesan tersirat yang sangat mendalam.
Syahdan suatu ketika, si Bahlul datang ke Istana Khalifah saat istana sedang sepi. Karena si Bahlul memang selalu diterima di Istana, para pengawal pun membiarkan ia masuk.
Namun kali ini, begitu ia masuk, si Bahlul langsung saja tanpa basa-basi duduk di singgasana sang Khalifah. Ia bukan saja duduk sopan, tapi mengangkat kedua kakinya di atas kursi sang raja.
para pengawal yang tengah berjaga amat geram melihat kelakuan si Bahlul. Dan pada saat yang sama, sang Khalifah pun masuk ke ruangan tersebut dan melihat apa yang tengah diperbuat si Bahlul.
Khalifah kaget bukan kepalang melihat di Bahlul bertengger di istananya dengan ongkang-ongkang kaki. Sang khalifah murka bukan main.
Para pengawal yang sigap pun langsung menangkap si Bahlul, mereka lalu memukulnya hingga ia menjerit-jerit.
Setelah puas dipukul, amarah sang Khalifah pun reda. Ia lalu bertanya kepada si Bahlul?
"Hai Bahlul, mengapa engkau berani-beraninya duduk di Singgasanaku? Lihat, sekarang engkau mendapat pukulan yang menyakitkan... sungguh kasihan...".
Si Bahlul menjawab:
"Wahai Tuan... bukan saya yang patut engkau kasihani, tapi justru saya yang kasihan melihat Tuan... Saya baru beberapa detik saja duduk di singgasana itu, sudah mendapat azab yang menyakitkan... Bagaimana konon dengan Tuan yang sudah begitu lama duduk di sana...?".
Mendengar itu sang Khalifah pun tersungkur sambil menangis sejadi-jadinya...
* * *
Saudaraku, jabatan adalah amanah yang dipikulkan Allah SWT ke pundak manusia. Dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.
Maka sungguh merugi mereka yang menyia-nyiakan amanah... berlaku zalim.. menebar angkara murka...
Sekecil apa pun perbuatan, sungguh akan dihisab di pengadilan Allah SWT, kononlah pula suatu jabatan yang menjadi tumpuan orang lain.
Mari tunaikan amanat...
Mari berbuat adil....
Mari beramal dengan ikhlas...
Hanya dengan itulah, jabatan akan menjadi ladang amal bagi kita...
Syahdan suatu ketika, si Bahlul datang ke Istana Khalifah saat istana sedang sepi. Karena si Bahlul memang selalu diterima di Istana, para pengawal pun membiarkan ia masuk.
Namun kali ini, begitu ia masuk, si Bahlul langsung saja tanpa basa-basi duduk di singgasana sang Khalifah. Ia bukan saja duduk sopan, tapi mengangkat kedua kakinya di atas kursi sang raja.
para pengawal yang tengah berjaga amat geram melihat kelakuan si Bahlul. Dan pada saat yang sama, sang Khalifah pun masuk ke ruangan tersebut dan melihat apa yang tengah diperbuat si Bahlul.
Khalifah kaget bukan kepalang melihat di Bahlul bertengger di istananya dengan ongkang-ongkang kaki. Sang khalifah murka bukan main.
Para pengawal yang sigap pun langsung menangkap si Bahlul, mereka lalu memukulnya hingga ia menjerit-jerit.
Setelah puas dipukul, amarah sang Khalifah pun reda. Ia lalu bertanya kepada si Bahlul?
"Hai Bahlul, mengapa engkau berani-beraninya duduk di Singgasanaku? Lihat, sekarang engkau mendapat pukulan yang menyakitkan... sungguh kasihan...".
Si Bahlul menjawab:
"Wahai Tuan... bukan saya yang patut engkau kasihani, tapi justru saya yang kasihan melihat Tuan... Saya baru beberapa detik saja duduk di singgasana itu, sudah mendapat azab yang menyakitkan... Bagaimana konon dengan Tuan yang sudah begitu lama duduk di sana...?".
Mendengar itu sang Khalifah pun tersungkur sambil menangis sejadi-jadinya...
* * *
Saudaraku, jabatan adalah amanah yang dipikulkan Allah SWT ke pundak manusia. Dan kelak akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.
Maka sungguh merugi mereka yang menyia-nyiakan amanah... berlaku zalim.. menebar angkara murka...
Sekecil apa pun perbuatan, sungguh akan dihisab di pengadilan Allah SWT, kononlah pula suatu jabatan yang menjadi tumpuan orang lain.
Mari tunaikan amanat...
Mari berbuat adil....
Mari beramal dengan ikhlas...
Hanya dengan itulah, jabatan akan menjadi ladang amal bagi kita...
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih