Ada sebuah kisah menarik yang menjadi penutup tahun 2013 lalu. Seorang CEO perusahaan di Negara Bagian Iowa, Amerika Serikat menyamar menjadi seorang pengemis dan tunawisma.
Jonnie Wright, seorang CEO perusahaan konsultan penjualan Buyosphere, berpakaian layaknya seorang pria tunawisma pada malam Natal 2013, dan ia meminta sumbangan kepada siapa saja yang ia temui. Mereka ada yang memberinya urang receh tanpa curiga.
Kepada mereka yang memberikan sumbarangan, Jonnie memberikan pula sebuah amplop yang ia katakan sebagai 'ucapan' terima kasih. Tapi sesampainya di rumah, alangkah terkejutnya para penyumbang itu
ketika mereka menyadari bahwa yang mereka terima bukanlah amplop kosong, tapi amplop berisi uang yang jumlah nya berkali-kali lipat dari yang mereka sumbangkan.
Dalam amplop tersebut, Jonnie memang menyampaikan rasa terima kasih atas kepedulian mereka, tapi selain itu ia juga menyampaikan hakikat bahwa dirinya bukanlah seorang pengemis, tapi seorang kaya di Des Moines.
Salah seorang penyumbang bernama Rob Taylor begitu kaget di saat membuka amplop pemberian Jonnie, dan ia segera menelpon istrinya.
"Saya benar-benar terpesona...". Ujar Taylor. Kebahagiaan yang sama sepertinya juga dirasakan 49 penyumbang lainnya.
Sedangkan uang-uang sumbangan yang diperoleh Jonnie ia serahkan kepada pengurus rumah Tunawisma setelah ia tambahkan dari uang kantongnya sendiri. (Sumber: Daily News)
Apa yang dilakukan Jonnie ini mengingatkan kita pada Irwin Corey beberapa tahun lalu. Corey menyamar menjadi seorang kakek renta berusia 97 tahun, dan tiap ia hari berjalan pincang membawa keranjang dorong, dan menghampiri setiap mobil yang sekiranya berhenti di traffic light persimpangan jalan. Kepada pengemudi mobil ia meminta recehan dan memberi koran sebagai gantinya. Mungkin tidak pernah ada yang mengira kalau lelaki tua renta ini bukan sekedar pengemis biasa. Padahal pada kenyataannya kakek tua ini termasuk orang terkenal. Ia adalah seorang miliuner terkemuka.
Irwin Corey adalahs seorang comedian, aktor, dan juga aktivis politik. Setiap hari dalam seminggu penuh ia menyusuri 35th East Street di Manhattan. Ia menyusuri sepanjang jalan 35th itu untuk meminta recehan demi recehan dari orang-orang sekitar situ. Padahal, Corey yang sudah sekian lama berkecimpung di dunia teater, televisi, dan beberapa klub komedi serta berkarir sangat bagus di Broadway tentu tidak membutuhkan recehan-recehan itu. Bahkan ia sama sekali bukan tunawisma. Ia memiliki apartemen mewah dan punya banyak uang.
‘Professor’ Irwin Corey terlahir sebagai seorang anak yang harus mengecapi kemiskinan dari keluarga miskin di lingkungan yang miskin di Brooklyn New York. Ia lahir tepat tanggal 29 July, 1914. Nah, karena kemiskinan yang membungkus keluarga ini begitu kuat, akhirnya membuat orang tua Corey menempatkan ia beserta kelima kakak beradiknya ke sebuah panti asuhan di New York. Di sanalah Corey tinggal menetap hingga usianya mencapai 13 tahun. Setelah itu, langkah menapaki sukses demi sukses sudah menunggu Corey, ketika ia memulaikan petualangannya jauh di California. Singkat cerita, ia akhirnya berhasil menapaki karirnya di dunia hiburan. Menjadikan ia sebagai seseorang yang “one of the most brilliant comedians of all time”. Komedian paling brilian sepanjang masa.
Pada tahun 1974 Irwin Corey pun pernah menerima penghargaan the National Book Award for Gravity’s Rainbow.Dalam pidato sambutannya yang laksana peragaan stand up comedy luar biasa menawan, unik, dan lucu, ia pun memukau pendengar dengan kata-katanya:
"However… accept this financial stipulation - ah - stipend in behalf of, uh, Richard Python for the great contribution and to quote from some of the missiles which he has contributed…Today we must all be aware that protocol takes precedence over procedure. Howewer you say - WHAT THE - what does this mean… in relation to the tabulation whereby we must once again realize that the great fiction story is now being rehearsed before our very eyes, in the Nixon administration… indicating that only an American writer can receive…the award for fction, unlike Solzinitski whose fiction doesn’t hold water. Comrades - friends, we are gathered here not only to accept in behalf of one recluse - one who has found that the world in itself which seems to be a time not of the toad - to quote even Studs TurKAL. And many people ask “Who are Studs TurKAL?” It’s not “Who are Studs TurKAL?” it’s “Who am Studs TurKAL?……”
Ia berada di jalanan berantakan dan kumuh. Tapi apartemen yang dimilikinya berada di salah satu kawasan elit di New York, dan nilai apartemen miliknya diperkirakan adalah seharga 3,5 juta USD, atau sekitar 31 Miliar rupiah. Lalu muncul pertanyaan, apa alasan kakek kaya ini menyamar sebagai orang miskin dan menjadi gembel jalanan serta peminta-minta yang tak punya apa-apa?
Atas pertanyaan itu, Irwin Corey menjawab: "Untuk membunuh rasa kesepian akibat ditinggalkan istri yang mendampinginya selama 70 tahun. Di samping itu juga, dengan melakukan hal itu ia berkesempatan menolong sesamanya yang lain. Para gelandangan dan pengemis jalanan.
Kakek berusia 97 tahun ini juga ternyata tidak pernah mengantongi uang yang berhasil ia kumpulkan Dalam sehari biasanya ia mendapatkan 250 USD (sekitar 2 jutaan rupiah), semuanya ia sumbangkan untuk bantuan medis bagi anak-anak di Kuba. Ia bahkan sudah pernah mengunjungi Kuba untuk membawa bantuan. Ia sempat berfoto dengan sang penguasa Kuba, Fidel Castro, yang fotonya lalu dipajang kakek ini di dinding apartemennya yang mewah itu.
Corey juga sebenarnya belum sepenuhnya berhenti dari dunia hiburan yang sudah digelutinya selama delapan dekade. Ia masih tampil secara regular, belum berapa lama ini ia juga tampil di sebuah klub lokal di Chicago. Di dunia hiburan inilah sang kakek pertama kalinya mendapat julusan ‘professor’. Julukan itu sudah disandangnya sejak tahun 1940-an. Ini tentu dikarenakan penampilannya yang sangat khas dengan jas berekor, dasi tali, sepatu kets tinggi, dan rambut berdiri tak beraturan mirip orang-orangan sawah.
Pada saat mengemis, ia selalu bersikap sopan kepada setiap orang yang ditemuinya di jalanan. Bahkan ia memiliki sapaan yang lucu kepada setiap mereka yang memberinya recehan, “See you later alligator...”
Ketika diwawancarai koran New York Times, kakek tua yang kaya raya ini tidak memberikan jawaban rinci dan pasti mengenai jumlah kekayaannya. Tapi menurut agen yang menanganinya selama kurun waktu 50 tahun yaitu seorang bernama Irvin Arthur (yang sudah berusia 85 tahun saat ini) mengatakan bahwa uang Corey sangat banyak. Bahwa Corey sesungguhnya tak butuh uang apapun dari hasilnya mengemis di jalanan.
“Ini bukan soal uang, tapi jalanan adalah panggung pertunjukannya....”
Jonnie Wright, seorang CEO perusahaan konsultan penjualan Buyosphere, berpakaian layaknya seorang pria tunawisma pada malam Natal 2013, dan ia meminta sumbangan kepada siapa saja yang ia temui. Mereka ada yang memberinya urang receh tanpa curiga.
Kepada mereka yang memberikan sumbarangan, Jonnie memberikan pula sebuah amplop yang ia katakan sebagai 'ucapan' terima kasih. Tapi sesampainya di rumah, alangkah terkejutnya para penyumbang itu
ketika mereka menyadari bahwa yang mereka terima bukanlah amplop kosong, tapi amplop berisi uang yang jumlah nya berkali-kali lipat dari yang mereka sumbangkan.
Jonnie Wright saat diwawancara sebuah stasiun tivi |
Salah seorang penyumbang bernama Rob Taylor begitu kaget di saat membuka amplop pemberian Jonnie, dan ia segera menelpon istrinya.
"Saya benar-benar terpesona...". Ujar Taylor. Kebahagiaan yang sama sepertinya juga dirasakan 49 penyumbang lainnya.
Sedangkan uang-uang sumbangan yang diperoleh Jonnie ia serahkan kepada pengurus rumah Tunawisma setelah ia tambahkan dari uang kantongnya sendiri. (Sumber: Daily News)
Apa yang dilakukan Jonnie ini mengingatkan kita pada Irwin Corey beberapa tahun lalu. Corey menyamar menjadi seorang kakek renta berusia 97 tahun, dan tiap ia hari berjalan pincang membawa keranjang dorong, dan menghampiri setiap mobil yang sekiranya berhenti di traffic light persimpangan jalan. Kepada pengemudi mobil ia meminta recehan dan memberi koran sebagai gantinya. Mungkin tidak pernah ada yang mengira kalau lelaki tua renta ini bukan sekedar pengemis biasa. Padahal pada kenyataannya kakek tua ini termasuk orang terkenal. Ia adalah seorang miliuner terkemuka.
Irwin Corey adalahs seorang comedian, aktor, dan juga aktivis politik. Setiap hari dalam seminggu penuh ia menyusuri 35th East Street di Manhattan. Ia menyusuri sepanjang jalan 35th itu untuk meminta recehan demi recehan dari orang-orang sekitar situ. Padahal, Corey yang sudah sekian lama berkecimpung di dunia teater, televisi, dan beberapa klub komedi serta berkarir sangat bagus di Broadway tentu tidak membutuhkan recehan-recehan itu. Bahkan ia sama sekali bukan tunawisma. Ia memiliki apartemen mewah dan punya banyak uang.
‘Professor’ Irwin Corey terlahir sebagai seorang anak yang harus mengecapi kemiskinan dari keluarga miskin di lingkungan yang miskin di Brooklyn New York. Ia lahir tepat tanggal 29 July, 1914. Nah, karena kemiskinan yang membungkus keluarga ini begitu kuat, akhirnya membuat orang tua Corey menempatkan ia beserta kelima kakak beradiknya ke sebuah panti asuhan di New York. Di sanalah Corey tinggal menetap hingga usianya mencapai 13 tahun. Setelah itu, langkah menapaki sukses demi sukses sudah menunggu Corey, ketika ia memulaikan petualangannya jauh di California. Singkat cerita, ia akhirnya berhasil menapaki karirnya di dunia hiburan. Menjadikan ia sebagai seseorang yang “one of the most brilliant comedians of all time”. Komedian paling brilian sepanjang masa.
Pada tahun 1974 Irwin Corey pun pernah menerima penghargaan the National Book Award for Gravity’s Rainbow.Dalam pidato sambutannya yang laksana peragaan stand up comedy luar biasa menawan, unik, dan lucu, ia pun memukau pendengar dengan kata-katanya:
"However… accept this financial stipulation - ah - stipend in behalf of, uh, Richard Python for the great contribution and to quote from some of the missiles which he has contributed…Today we must all be aware that protocol takes precedence over procedure. Howewer you say - WHAT THE - what does this mean… in relation to the tabulation whereby we must once again realize that the great fiction story is now being rehearsed before our very eyes, in the Nixon administration… indicating that only an American writer can receive…the award for fction, unlike Solzinitski whose fiction doesn’t hold water. Comrades - friends, we are gathered here not only to accept in behalf of one recluse - one who has found that the world in itself which seems to be a time not of the toad - to quote even Studs TurKAL. And many people ask “Who are Studs TurKAL?” It’s not “Who are Studs TurKAL?” it’s “Who am Studs TurKAL?……”
Ia berada di jalanan berantakan dan kumuh. Tapi apartemen yang dimilikinya berada di salah satu kawasan elit di New York, dan nilai apartemen miliknya diperkirakan adalah seharga 3,5 juta USD, atau sekitar 31 Miliar rupiah. Lalu muncul pertanyaan, apa alasan kakek kaya ini menyamar sebagai orang miskin dan menjadi gembel jalanan serta peminta-minta yang tak punya apa-apa?
Atas pertanyaan itu, Irwin Corey menjawab: "Untuk membunuh rasa kesepian akibat ditinggalkan istri yang mendampinginya selama 70 tahun. Di samping itu juga, dengan melakukan hal itu ia berkesempatan menolong sesamanya yang lain. Para gelandangan dan pengemis jalanan.
Kakek berusia 97 tahun ini juga ternyata tidak pernah mengantongi uang yang berhasil ia kumpulkan Dalam sehari biasanya ia mendapatkan 250 USD (sekitar 2 jutaan rupiah), semuanya ia sumbangkan untuk bantuan medis bagi anak-anak di Kuba. Ia bahkan sudah pernah mengunjungi Kuba untuk membawa bantuan. Ia sempat berfoto dengan sang penguasa Kuba, Fidel Castro, yang fotonya lalu dipajang kakek ini di dinding apartemennya yang mewah itu.
Corey juga sebenarnya belum sepenuhnya berhenti dari dunia hiburan yang sudah digelutinya selama delapan dekade. Ia masih tampil secara regular, belum berapa lama ini ia juga tampil di sebuah klub lokal di Chicago. Di dunia hiburan inilah sang kakek pertama kalinya mendapat julusan ‘professor’. Julukan itu sudah disandangnya sejak tahun 1940-an. Ini tentu dikarenakan penampilannya yang sangat khas dengan jas berekor, dasi tali, sepatu kets tinggi, dan rambut berdiri tak beraturan mirip orang-orangan sawah.
Pada saat mengemis, ia selalu bersikap sopan kepada setiap orang yang ditemuinya di jalanan. Bahkan ia memiliki sapaan yang lucu kepada setiap mereka yang memberinya recehan, “See you later alligator...”
Ketika diwawancarai koran New York Times, kakek tua yang kaya raya ini tidak memberikan jawaban rinci dan pasti mengenai jumlah kekayaannya. Tapi menurut agen yang menanganinya selama kurun waktu 50 tahun yaitu seorang bernama Irvin Arthur (yang sudah berusia 85 tahun saat ini) mengatakan bahwa uang Corey sangat banyak. Bahwa Corey sesungguhnya tak butuh uang apapun dari hasilnya mengemis di jalanan.
“Ini bukan soal uang, tapi jalanan adalah panggung pertunjukannya....”
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih