Suatu ketika, beberapa kawanan penjahat merampok sebuah bank di sudut kota Guangzhou, China.
Di saat memasuki bank itu, para penjahat itu mengacungkan pistolnya kepada pengunjung sera berkata:
"Jangan bergerak semuanya... Ingat, uang di bank ini adalah milik negara, dan masih banyak uang di luar sana, sedangkan nyawa kalian miliki kalian sendiri, dan kalian hanya punya satu nyawa...".
Mendengar ancaman penjahat itu, semua pengunjung menunduk dan tiarap ke tanah.
Dalam psikologi perampokan, inilah yang disebut sebagai 'mengubah paradigma' atau cara berfikir terhadap uang. Kalau anda ingin menguasai dan mengubah atau mempengaruhi seseorang, ubahlah paradigmanya.
Di sudut bank, seorang wanita paruh baya terlihat menggigil dan sangat ketakutan. Nyaris saja ia berteriak keras-keras minta tolong. Tapi pimpinan penjahat itu lebih dahulu menghardiknya:
"Nyonya, cobalah bersikap yang beradab. Kami hanya ingin merampok uang, bukan ingin memperkosa...!!". Inilah yang disebut dengan profesionalisme dan integritas, yaitu fokus pada tujuan yang telah direncanakan.
Perampokan siang itu berhasil. Dengan trik yang lihai, para penjahat itu kembali ke markas mereka dengan aman. Tanpa menunggu lama, di markas itu mereka segera menaruh kantong-kantong berisi uang hasil rampokan mereka.
"Bos, alangkah baiknya kalau kita segera menghitung jumlah uang ini". Usul seorang perampok yang paling muda, dan kebetulan ia merupakan seorang sarjana akuntansi yang belum beruntung mendapat pekerjaan. Sedangkan yang dipanggilnya "Bos" adalah pimpinan perampok yang sudah hampir tua dan hanya tamat Sekolah Dasar.
"Apa? Kamu bodoh sekali... buat apa capek-capek menghitung uang sebanyak ini... seharian takkan selesai... Tunggu saja, malam ini kita akan tahu jumlah uang ini melalui berita televisi!!!". Jawab si Bos.
Inilah yang disebut dengan Pengalaman. Sayangnya, zaman sekarang, banyak orang yang lebih menghargai ijazah-ijazah kertas daripada pengalaman.
Sementara itu di bank tempat kejadian, setelah para perampok meninggalkan lokasi perampokan, Manager bank tersebut segera bertindak mengatasi suasana. Ia berkata kepada Direktur:
"Tuan Direktur, sebaiknya kita segera menghubungi polisi..". Ujarnya.
"Tunggu dulu..." Bisik si Direktur.
"Ini kesempatan kita... Cepat kamu ambil 10 Milyar dulu... Tambahkan pada 70 Miliar yang kita gelapkan beberapa waktu lalu". Ujar Sang Direktur.
Inilah yang disebut "Sambil Menyelam Minum Air". Manfaatkan kondisi yang keruh untuk kepentingan anda, itulah kesempatan terbaik.
"Wow... Benar-benar ide yang brilian, Pak! Andai saja tiap hari ada perampokan Bank...". Ujar sang Manager.
Inilah yang disebut Kebosanan. Ingatlah, mencari kebahagiaan adalah tugas utama dalam kehidupan.
Keesokan harinya, di televisi nasional diberitakan telah terjadi perampokan Bank dan kerugian mencapai 100 Milyar Rupiah.
Para perampok yang menonton berita tersebut saling berpandangan dan menoleh satu sama lain. Apa iya mereka merampok sebanyak itu??? Mereka pun menghitung uang hasil rampokan mereka berkali-kali, tapi hasilnya tetap saja hanya 20 Milyar, tidak 100 Milyar seperti yang diberitakan itu.
Setelah 10 kali menghitung dan hasilnya tetap sama, Bos Perampok sangat emosi.
"Kurang ajar! Direktur Bank dan kroni-kroninya mendapat 80 Milyar tanpa mengtori sedikit pun kemeja putih mereka. Sedangkan kita semua menggadaikan nyawa dan hanya dapat 20 Milyar!". Ujar Bos Perampok dengan nada kesal.
Inilah penjabaran makna pepatah "Pengetahuan itu melebihi emas permata".
Di saat memasuki bank itu, para penjahat itu mengacungkan pistolnya kepada pengunjung sera berkata:
"Jangan bergerak semuanya... Ingat, uang di bank ini adalah milik negara, dan masih banyak uang di luar sana, sedangkan nyawa kalian miliki kalian sendiri, dan kalian hanya punya satu nyawa...".
Mendengar ancaman penjahat itu, semua pengunjung menunduk dan tiarap ke tanah.
Dalam psikologi perampokan, inilah yang disebut sebagai 'mengubah paradigma' atau cara berfikir terhadap uang. Kalau anda ingin menguasai dan mengubah atau mempengaruhi seseorang, ubahlah paradigmanya.
Di sudut bank, seorang wanita paruh baya terlihat menggigil dan sangat ketakutan. Nyaris saja ia berteriak keras-keras minta tolong. Tapi pimpinan penjahat itu lebih dahulu menghardiknya:
"Nyonya, cobalah bersikap yang beradab. Kami hanya ingin merampok uang, bukan ingin memperkosa...!!". Inilah yang disebut dengan profesionalisme dan integritas, yaitu fokus pada tujuan yang telah direncanakan.
Perampokan siang itu berhasil. Dengan trik yang lihai, para penjahat itu kembali ke markas mereka dengan aman. Tanpa menunggu lama, di markas itu mereka segera menaruh kantong-kantong berisi uang hasil rampokan mereka.
"Bos, alangkah baiknya kalau kita segera menghitung jumlah uang ini". Usul seorang perampok yang paling muda, dan kebetulan ia merupakan seorang sarjana akuntansi yang belum beruntung mendapat pekerjaan. Sedangkan yang dipanggilnya "Bos" adalah pimpinan perampok yang sudah hampir tua dan hanya tamat Sekolah Dasar.
"Apa? Kamu bodoh sekali... buat apa capek-capek menghitung uang sebanyak ini... seharian takkan selesai... Tunggu saja, malam ini kita akan tahu jumlah uang ini melalui berita televisi!!!". Jawab si Bos.
Inilah yang disebut dengan Pengalaman. Sayangnya, zaman sekarang, banyak orang yang lebih menghargai ijazah-ijazah kertas daripada pengalaman.
Sementara itu di bank tempat kejadian, setelah para perampok meninggalkan lokasi perampokan, Manager bank tersebut segera bertindak mengatasi suasana. Ia berkata kepada Direktur:
"Tuan Direktur, sebaiknya kita segera menghubungi polisi..". Ujarnya.
"Tunggu dulu..." Bisik si Direktur.
"Ini kesempatan kita... Cepat kamu ambil 10 Milyar dulu... Tambahkan pada 70 Miliar yang kita gelapkan beberapa waktu lalu". Ujar Sang Direktur.
Inilah yang disebut "Sambil Menyelam Minum Air". Manfaatkan kondisi yang keruh untuk kepentingan anda, itulah kesempatan terbaik.
"Wow... Benar-benar ide yang brilian, Pak! Andai saja tiap hari ada perampokan Bank...". Ujar sang Manager.
Inilah yang disebut Kebosanan. Ingatlah, mencari kebahagiaan adalah tugas utama dalam kehidupan.
Keesokan harinya, di televisi nasional diberitakan telah terjadi perampokan Bank dan kerugian mencapai 100 Milyar Rupiah.
Para perampok yang menonton berita tersebut saling berpandangan dan menoleh satu sama lain. Apa iya mereka merampok sebanyak itu??? Mereka pun menghitung uang hasil rampokan mereka berkali-kali, tapi hasilnya tetap saja hanya 20 Milyar, tidak 100 Milyar seperti yang diberitakan itu.
Setelah 10 kali menghitung dan hasilnya tetap sama, Bos Perampok sangat emosi.
"Kurang ajar! Direktur Bank dan kroni-kroninya mendapat 80 Milyar tanpa mengtori sedikit pun kemeja putih mereka. Sedangkan kita semua menggadaikan nyawa dan hanya dapat 20 Milyar!". Ujar Bos Perampok dengan nada kesal.
Inilah penjabaran makna pepatah "Pengetahuan itu melebihi emas permata".
loading...
pembelajaran yg cukup baik
ReplyDeletemembuka paradigma baru...
ReplyDeleteJadi, mari kita merampok.
ReplyDelete=D
@K, yang diatas ide yang bagus.
ReplyDeleteyang korupsi yang baek?
ReplyDeletekisah inspiratif paan? ini kyak nyuruh menyalahgunakan ilmu.
ReplyDelete