Dalam sebuah safari dakwah, Imam Syahid Hasan Al-Banna mengunjungi provinsi Suhag, sebuah wilayah di sebelah selatan Mesir yang terkenal dengan masyarakat 'sha'idi', yaitu orang-orang desa yang lugu dan bersahaja.
Begitu selesai tabligh, beliau dijamu untuk makan. Saat itu, di samping beliau duduklah salah seorang ikhwah (anggota Ikhwanul Muslimin).
Ikhwah itu sangat berharap dalam kesempatan ini bisa membisikkan sesuatu hal penting kepada Imam Syahid secara langsung.
Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ikhwah tersebut seraya berkata kepada Imam Al-Banna:
"Wahai Ustadz, saya rasa dakwah itu tidak diukur dengan kuantitas atau banyaknya orang yang hadir, tapi justru diukur dengan kualitas. Oleh sebab itu, alangkah baiknya kita tetapkan standar bagi orang yang ingin bergabung kepada jama'ah kita ini... Misalnya, kita berikan batasan tertentu tentang keluasan wawasan keislaman yang telah dia pelajari dan kuasai...".
Mendengar usul tersebut, Imam Syahid tersenyum, lalu beliau berkata:
"Wahai saudaraku, apakah engkau menginginkan sesuatu dariku yang tidak diinginkan Allah dari nabi-nabi dan rasul-rasulnya? padahal mereka adalah manusia pilihan-Nya...? Kita melakukan dakwah ini kepada seluruh manusia, bukan untuk sekelompok orang-orang terhormat saja. Kita membina manusia-manusia di jalan dakwah ini setiap orang yang ingin mengabdikan diri terhadap Islam, bagaimanapun posisi, kedudukan dan taraf keintelektualannya. Setiap orang akan dimudahkan Allah untuk apa ia diciptakan... Siapa tahu suatu hari nanti dakwah ini akan mengahadapi cobaan yang sangat keras. Di hari itu engkau akan bisa menghitung jumlah orang yang betul-betul kokoh dalam dakwah ini dengan jarimu.... Datang cobaan yang menyapu segalanya. Dan kebanyakan yang akan konsisten adalah orang-orang yang kita kira mereka adalah orang-orang sederhana dalam posisi dan keintelekan. Tapi mereka berakhlak dengan akhlak kesatria. Mereka menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Sementara di sisi lain para pemilik ilmu dan wawasan luas serta pribadi-pribadi yang kelihatannya cemerlang pada berguguran. Allah punya penilaian sendiri terhadap makhluk-Nya".
Begitu selesai tabligh, beliau dijamu untuk makan. Saat itu, di samping beliau duduklah salah seorang ikhwah (anggota Ikhwanul Muslimin).
Ikhwah itu sangat berharap dalam kesempatan ini bisa membisikkan sesuatu hal penting kepada Imam Syahid secara langsung.
Ia tidak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ikhwah tersebut seraya berkata kepada Imam Al-Banna:
"Wahai Ustadz, saya rasa dakwah itu tidak diukur dengan kuantitas atau banyaknya orang yang hadir, tapi justru diukur dengan kualitas. Oleh sebab itu, alangkah baiknya kita tetapkan standar bagi orang yang ingin bergabung kepada jama'ah kita ini... Misalnya, kita berikan batasan tertentu tentang keluasan wawasan keislaman yang telah dia pelajari dan kuasai...".
Mendengar usul tersebut, Imam Syahid tersenyum, lalu beliau berkata:
"Wahai saudaraku, apakah engkau menginginkan sesuatu dariku yang tidak diinginkan Allah dari nabi-nabi dan rasul-rasulnya? padahal mereka adalah manusia pilihan-Nya...? Kita melakukan dakwah ini kepada seluruh manusia, bukan untuk sekelompok orang-orang terhormat saja. Kita membina manusia-manusia di jalan dakwah ini setiap orang yang ingin mengabdikan diri terhadap Islam, bagaimanapun posisi, kedudukan dan taraf keintelektualannya. Setiap orang akan dimudahkan Allah untuk apa ia diciptakan... Siapa tahu suatu hari nanti dakwah ini akan mengahadapi cobaan yang sangat keras. Di hari itu engkau akan bisa menghitung jumlah orang yang betul-betul kokoh dalam dakwah ini dengan jarimu.... Datang cobaan yang menyapu segalanya. Dan kebanyakan yang akan konsisten adalah orang-orang yang kita kira mereka adalah orang-orang sederhana dalam posisi dan keintelekan. Tapi mereka berakhlak dengan akhlak kesatria. Mereka menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Sementara di sisi lain para pemilik ilmu dan wawasan luas serta pribadi-pribadi yang kelihatannya cemerlang pada berguguran. Allah punya penilaian sendiri terhadap makhluk-Nya".
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih