Bangkit dan maju itu bukan sekedar mimpi. Pada tahun 1945, Jerman menyerah kepada Sekutu dalam perang Soviet-German War yang berlangsung selama 4 tahun.
Pasca perang ini, Jerman hancur dan porak poranda akibat perang. Rakyat hidup melarat dan kelaparan. 5 juta orang dihukum penjara di wilayah pengasingan Siberia.
Rumah-rumah rata dengan tanah. Tentara sekutu meninggalkan Jerman dengan membawa segala peralatan dan mesin-mesin pabrik, sehingga produksi tidak lagi berjalan. Orang-orang menyebut Jerman kala itu sebagai negara "sarang hantu".
Dalam suasana kemiskinan itu, ide bunuh diri menyebar di tengah masyarakat. Tapi itu tak berlangsung lama. Pikiran-pikiran positif pun lahir. Tanpa mengeluh dan menunggu kebijakan negara dan pemerintah, Sekelompok wanita dan lansia beraksi dengan mengumpulkan sisa-sisa puing rumah mereka yang hancur berantakan. Dengan itu, mereka mendirikan rumah baru. Mereka kumpulkan sisa-sisa kertas di bawah puing-puing gedung, lalu mereka manfaatkan untuk anak-anak sekolah.
Di tembok-tembok kota, mereka tuliskan kata-kata pembakar semangat hidup dan penguak secercah harapan. Di tembok-tembok itu tertulis dengan huruf besar:
"JANGAN HANYA MENUNGGU HAKMU"
"KERJAKAN APA YANG BISA ENGKAU KERJAKAN"
"TANAMLAH HARAPAN SEBELUM ENGKAU MENANAM GANDUM"
Dengan penuh kepercayaan, dari tahun 1945 hingga 1955, orang-orang Jerman kembali membangun rumah mereka. Karena banyaknya kaum wanita yang ikut membangun rumah, terkenallah saat itu apa yang disebutkan sebagai "Wanita Tukang Bangunan".
Tak diduga, antara tahun 1949 dan 1960, ekonomi Jerman tumbuh pada tingkat yang tak tertandingi. Rendahnya tingkat inflasi, kenaikan upah moderat dan kuota ekspor meningkat dengan cepat memungkinkan untuk memulihkan perekonomian dan membawa kesejahteraan.
Menurut statistik resmi Produk Nasional Bruto Jerman tumbuh rata-rata sekitar 6% per tahun antara 1950 dan 1960.
Tahun 1954, Jerman memenangkan Piala Dunia, saat itu jari-jari kaki para pemain terlihat menjulur dari sepatu mereka, karena mereka memakai sepatu yang sudah koyak! Banyak yang tak percaya dengan kemenangan itu, bahkan ada yang menuding bahwa Jerman menggunakan doping!
Dari tahun 1955 hingga 1965, Jerman kembali membangun pabrik-pabrik dan industri, mereka mendatangkan pekerja-pekerja dati Turki. Di pintu-pintu pabrik tertulis: "Kerja Keras dan Harapan".
Hasilnya, dari tahun 1965 hingga 1975, mulai bermunculan para pengusaha besar, modal dan devisa bertambah. Setiap pengusaha melatih setidaknya 50 pemuda untuk berdikari.
Media-media digalakkan untuk memberi harapan kepada rakyat.
Beberapa tahun lalu, mereka memulai dari nol, dan hasilnya, itulah Jerman saat ini.
Pasca perang ini, Jerman hancur dan porak poranda akibat perang. Rakyat hidup melarat dan kelaparan. 5 juta orang dihukum penjara di wilayah pengasingan Siberia.
Rumah-rumah rata dengan tanah. Tentara sekutu meninggalkan Jerman dengan membawa segala peralatan dan mesin-mesin pabrik, sehingga produksi tidak lagi berjalan. Orang-orang menyebut Jerman kala itu sebagai negara "sarang hantu".
Dalam suasana kemiskinan itu, ide bunuh diri menyebar di tengah masyarakat. Tapi itu tak berlangsung lama. Pikiran-pikiran positif pun lahir. Tanpa mengeluh dan menunggu kebijakan negara dan pemerintah, Sekelompok wanita dan lansia beraksi dengan mengumpulkan sisa-sisa puing rumah mereka yang hancur berantakan. Dengan itu, mereka mendirikan rumah baru. Mereka kumpulkan sisa-sisa kertas di bawah puing-puing gedung, lalu mereka manfaatkan untuk anak-anak sekolah.
Di tembok-tembok kota, mereka tuliskan kata-kata pembakar semangat hidup dan penguak secercah harapan. Di tembok-tembok itu tertulis dengan huruf besar:
"JANGAN HANYA MENUNGGU HAKMU"
"KERJAKAN APA YANG BISA ENGKAU KERJAKAN"
"TANAMLAH HARAPAN SEBELUM ENGKAU MENANAM GANDUM"
Dengan penuh kepercayaan, dari tahun 1945 hingga 1955, orang-orang Jerman kembali membangun rumah mereka. Karena banyaknya kaum wanita yang ikut membangun rumah, terkenallah saat itu apa yang disebutkan sebagai "Wanita Tukang Bangunan".
Anak-anak Jerman korban perang tahun 1948 (wikipedia) |
Menurut statistik resmi Produk Nasional Bruto Jerman tumbuh rata-rata sekitar 6% per tahun antara 1950 dan 1960.
Tahun 1954, Jerman memenangkan Piala Dunia, saat itu jari-jari kaki para pemain terlihat menjulur dari sepatu mereka, karena mereka memakai sepatu yang sudah koyak! Banyak yang tak percaya dengan kemenangan itu, bahkan ada yang menuding bahwa Jerman menggunakan doping!
Dari tahun 1955 hingga 1965, Jerman kembali membangun pabrik-pabrik dan industri, mereka mendatangkan pekerja-pekerja dati Turki. Di pintu-pintu pabrik tertulis: "Kerja Keras dan Harapan".
Hasilnya, dari tahun 1965 hingga 1975, mulai bermunculan para pengusaha besar, modal dan devisa bertambah. Setiap pengusaha melatih setidaknya 50 pemuda untuk berdikari.
Media-media digalakkan untuk memberi harapan kepada rakyat.
Beberapa tahun lalu, mereka memulai dari nol, dan hasilnya, itulah Jerman saat ini.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih