Permainan "patok lele" merupakan permainan anak-anak yang amat klasik dan tersohor di rantau Melayu. Hanya saja, sejak akhir 1990-an, permainan ini sudah jarang dimainkan. Game-game video modern serta sarana permainan elektronik di mall-mall membuat permainan tradisional ini tergusur.
Menurut sebagian pihak, permainan tradisional patok lele awalnya berasal dari masyarakat Kampar (sekarang bagian daerah Riau). Namun yang pasti, permainan ini dikenal dikenal di seluruh rantau Melayu.
Permainan ini dilakukan oleh anak remaja maupun orang dewasa, baik laki-laki atau perempuan, tapi biasanya lebih dominan dilakukan anak laki-laki. Permainan ini dilakukan untuk mengisi waktu senggang.
Belakang ini, permainan ini menjadi terkenal kembali sejak dimasyhurkan dalam film kartun Upin dan Ipin produksi Malaysia.
Permainan ini menggunakan bahan yang sederhana, yaitu dua potong kayu kecil yang dijadikan sebagai induk dan anak. Anak patok lele berukuran sekitar 10 cm dari kayu selebar 3 cm. Sedangkan induknya berupa tongkat yang lebih panjang kira-kira berukuran panjang 40 cm dan lebar 3 cm.
Cara memainkannya pun sangat sederhana (tapi cukup sulit bagi yang belum terlatih). Anak patok lele dimasukkan dalam lobang tanah, kemudian dipukul ujungnya sehingga melintang ke atas, dan setelah itu dipukul sekuatnya ke depan.
Versi lain bagi pemula, anak patok lele dilintangkan di atas dua buah balok lalu dicungkil sehingga terlempar sejauh mungkin. Tingkatan lainnya, anak patok lele dan induknya dipegang di satu tangan, lalu anaknya dilempar ke atas lalu dipukul.
Pihak lawan harus menangkap anak lele yang dilempar, kalau tidak maka akan menjadi poin bagi regu pemukul. Bagian ini merupakan bagian yang tersulit, karena tak jarang anak-anak terluka terkena balingan kayu, atau bengkak.
Resiko lain, anak patok lele juga dapat mengenai mata si anak. Karena bahaya ini, banyak orangtua yang melarang anaknya bermain patok lele.
Aturan pertandingan biasanya bervariasi dari satu negeri dengan negeri lainnya. Di banyak tempat, permainan ini dilakukan antara dua pihak atau beregu.
Dari garis batas pemukul si pemain memukul anak patok lele ke depan, kemudian diukur melalui tongkat patok lele jumlahnya merupakan poin yang didapat.
Menurut sebagian pihak, permainan tradisional patok lele awalnya berasal dari masyarakat Kampar (sekarang bagian daerah Riau). Namun yang pasti, permainan ini dikenal dikenal di seluruh rantau Melayu.
Permainan ini dilakukan oleh anak remaja maupun orang dewasa, baik laki-laki atau perempuan, tapi biasanya lebih dominan dilakukan anak laki-laki. Permainan ini dilakukan untuk mengisi waktu senggang.
Belakang ini, permainan ini menjadi terkenal kembali sejak dimasyhurkan dalam film kartun Upin dan Ipin produksi Malaysia.
Permainan ini menggunakan bahan yang sederhana, yaitu dua potong kayu kecil yang dijadikan sebagai induk dan anak. Anak patok lele berukuran sekitar 10 cm dari kayu selebar 3 cm. Sedangkan induknya berupa tongkat yang lebih panjang kira-kira berukuran panjang 40 cm dan lebar 3 cm.
Cara memainkannya pun sangat sederhana (tapi cukup sulit bagi yang belum terlatih). Anak patok lele dimasukkan dalam lobang tanah, kemudian dipukul ujungnya sehingga melintang ke atas, dan setelah itu dipukul sekuatnya ke depan.
Versi lain bagi pemula, anak patok lele dilintangkan di atas dua buah balok lalu dicungkil sehingga terlempar sejauh mungkin. Tingkatan lainnya, anak patok lele dan induknya dipegang di satu tangan, lalu anaknya dilempar ke atas lalu dipukul.
Pihak lawan harus menangkap anak lele yang dilempar, kalau tidak maka akan menjadi poin bagi regu pemukul. Bagian ini merupakan bagian yang tersulit, karena tak jarang anak-anak terluka terkena balingan kayu, atau bengkak.
Resiko lain, anak patok lele juga dapat mengenai mata si anak. Karena bahaya ini, banyak orangtua yang melarang anaknya bermain patok lele.
Aturan pertandingan biasanya bervariasi dari satu negeri dengan negeri lainnya. Di banyak tempat, permainan ini dilakukan antara dua pihak atau beregu.
Dari garis batas pemukul si pemain memukul anak patok lele ke depan, kemudian diukur melalui tongkat patok lele jumlahnya merupakan poin yang didapat.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih