Alkisah, sepasang suami-istri yang baru menikah tengah berbulan madu tinggal di sebuah rumah bertingkat dua. Mereka tidak ingin diganggu oleh siapa pun juga. Untuk itu, keduanya sepakat untuk tidak membukakan pintu bagi siapapun yang datang berkunjung hingga hari kelima pernikahan mereka. Siapa pun itu...
Hal itu betul-betul mereka sepakati. Hingga pada hari ketiga, terdengarlah seseorang mengetuk pintu di suatu petang. Pasangan suami istri itu mengintip dari jendela atas rumah mereka.
Ternyata ayah sang suami yang datang mengetuk pintu. Ia terlihat tengah berdiri di depan pintu. Pengantin baru itu saling berpandangan... keduanya terdiam...
Kukuh untuk melaksanakan kesepakatan berdua dan keduanya tidak akan membukakan pintu.
Setelah mengetuk tiga kali, dan tidak ada jawaban dari dalam rumah, ayah sang suami pun pergi meninggalkan rumah anaknya itu.
Keeseokan harinya, di petang hari, pintu rumah pengantin itu kembali terdengar diketuk seorang tamu. Keduanya pun mengintip dari sebalik tirai jendela atas. Ternyata, ayah sang istri yang datang. Ia tengah terlihat berdiri di depan pintu...
Sang suami lalu memandang wajah istrinya... mereka saling berpandangan...
Tiba-tiba air mata istrinya berlinangan, dan ia berkata:
"Demi Allah, aku tidak tega melihat ayahku berdiri di depan rumah, sementara aku tidak membukakan pintu...".
Ketika itu sang suami diam saja, ia memendam suatu perasaan dalam dirinya. Suatu perasaan yang tak dapat ia ungkapkan.
Lalu sang istri pun turun ke lantai bawah dan membukakan pintu untuk ayahnya.
Hari-hari pun berlalu...
Syahdan setelah beberapa tahun lamanya, pasangan suami istri itu dikaruniai Allah 4 orang anak laki-laki.
Hingga suatu ketika, mereka dikaruniai anak yang kelima, seorang anak perempuan.
Sang suami sangat gembira. Ia mengadakan pesta jamuan yang besar dengan mengundang para tetangga dan seluruh rekan dan kerabat. Para tetangga sangat heran, kenapa ia begitu bahagia dengan kelahiran anak kelima ini melebihi kebahagiaanya ketika mendapat 4 orang anak laki-laki sebelumnya. Dulu, ia tidak mengadakan pesta jamuan semeriah ini...
Salah seorang tetangga memberanikan diri menanyakan hal itu kepada sang suami. Ia menjawab dengan ringan:
"Inilah anak yang akan membukakan pintu untuk saya nanti...".
Hal itu betul-betul mereka sepakati. Hingga pada hari ketiga, terdengarlah seseorang mengetuk pintu di suatu petang. Pasangan suami istri itu mengintip dari jendela atas rumah mereka.
Ternyata ayah sang suami yang datang mengetuk pintu. Ia terlihat tengah berdiri di depan pintu. Pengantin baru itu saling berpandangan... keduanya terdiam...
Kukuh untuk melaksanakan kesepakatan berdua dan keduanya tidak akan membukakan pintu.
Setelah mengetuk tiga kali, dan tidak ada jawaban dari dalam rumah, ayah sang suami pun pergi meninggalkan rumah anaknya itu.
Keeseokan harinya, di petang hari, pintu rumah pengantin itu kembali terdengar diketuk seorang tamu. Keduanya pun mengintip dari sebalik tirai jendela atas. Ternyata, ayah sang istri yang datang. Ia tengah terlihat berdiri di depan pintu...
Sang suami lalu memandang wajah istrinya... mereka saling berpandangan...
Tiba-tiba air mata istrinya berlinangan, dan ia berkata:
"Demi Allah, aku tidak tega melihat ayahku berdiri di depan rumah, sementara aku tidak membukakan pintu...".
Ketika itu sang suami diam saja, ia memendam suatu perasaan dalam dirinya. Suatu perasaan yang tak dapat ia ungkapkan.
Lalu sang istri pun turun ke lantai bawah dan membukakan pintu untuk ayahnya.
Hari-hari pun berlalu...
Syahdan setelah beberapa tahun lamanya, pasangan suami istri itu dikaruniai Allah 4 orang anak laki-laki.
Hingga suatu ketika, mereka dikaruniai anak yang kelima, seorang anak perempuan.
Sang suami sangat gembira. Ia mengadakan pesta jamuan yang besar dengan mengundang para tetangga dan seluruh rekan dan kerabat. Para tetangga sangat heran, kenapa ia begitu bahagia dengan kelahiran anak kelima ini melebihi kebahagiaanya ketika mendapat 4 orang anak laki-laki sebelumnya. Dulu, ia tidak mengadakan pesta jamuan semeriah ini...
Salah seorang tetangga memberanikan diri menanyakan hal itu kepada sang suami. Ia menjawab dengan ringan:
"Inilah anak yang akan membukakan pintu untuk saya nanti...".
loading...
SbhanAllah :)
ReplyDeleteHmm brrarti laki laki lebih cuek sama oran tua ya
ReplyDeleteWallahu A'lam... :D
Delete