TELADAN NABI IBRAHIM
الله
أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله
أكبر
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ
لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ:
فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ
تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Jamaah Shalat Idul
Adha Yang Dimuliakan Allah.
Puji dan syukur kita panjatkan
kehadirat Allah swt yang telah memberikan kenikmatan kepada kita dalam jumlah
yang begitu banyak sehingga kita bisa hadir pada pagi ini dalam pelaksanaan
shalat Idul Adha. Kehadiran kita pagi ini bersamaan dengan kehadiran sekitar
tiga sampai empat juta jamaah haji dari seluruh dunia yang sedang menyelesaikan
pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Semua ini karena nikmat terbesar yang
diberikan Allah swt kepada kita, yakni nikmat iman dan Islam.
Shalawat dan salah semoga selalu
tercurah kepada Nabi kita Muhammad saw, beserta keluarga, sahabat dan para
pengikuti setia serta para penerus dakwahnya hingga hari kiamat nanti.
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang
Berbahagia.
Hari ini kita kenang kembali manusia
agung yang diutus oleh Allah swt untuk menjadi Nabi dan Rasul, yakni Nabi
Ibrahim as beserta keluarganya; Ismail as dan Siti Hajar. Keagungan pribadinya
membuat kita bahkan Nabi Muhammad saw harus mampu mengambil pelajaran dan keteladanan
darinya, Allah swt berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ اُسْوَةٌ
حَسَنَةٌ فِى اِبْرَاهِيْمَ وَالَّذِيْنَ مَعَهُ
Sesungguhnya telah ada
suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan
dia (QS Al Mumtahanah [60]:4).
Dalam
kehidupan Nabi Ibrahim as, Nabi Muhammad saw dan para Nabi lainnya, paling
tidak ada tiga hal yang harus kita teladani dari sekian banyak hal yang harus
kita contoh.
Pertama adalah komitmen yang begitu kuat kepada Allah swt yang
kemudian melahirkan ketaatan. Ketika Nabi Ibrahim as diperintah Allah swt untuk menempatkan isterinya Siti
Hajar dan anaknya Ismail ke Bakkah (Makkah), meskipun sangat berat harus
berpisah dan menempatkannya di daerah yang belum ada kehidupan, tapi Nabi
Ibrahim melaksanakannya. Begitu pula dengan perintah menyembelih Ismail yang
lebih berat lagi, tapi itupun dilaksanakannya karena komitmen yang begitu kuat
kepada Allah swt, bahkan Ismail as menunjukkan komitmen ketaatan yang sangat
kuat seperti yang tercermin dalam firman Allah swt:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ .
Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku Sesungguhnya Aku
melihat dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa
pendapatmu!" ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan
kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang
sabar".(QS Ash Shaffat [37]:102).
Oleh
karena itu, mengambil pelajaran dari kehidupan Nabi Ibrahim as dan keluarganya,
setiap kita sangat dituntut untuk mau mentaati segala ketentuan yang datang
dari Allah swt, suka atau tidak suka, berat atau tingan sebagaimana firman-Nya:
إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka
dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara
mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan Kami patuh". dan mereka
Itulah orang-orang yang beruntung (QS An Nur [24]:51).
Komitmen
yang kuat ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim as sejak masih muda sampai tua, bahkan
sampai mati. Ini bisa kita ambil simpulkan dari kisah tentang menghancurkan berhala yang dilakukan Ibrahim
saat ia masih muda belia dan bandingkan dengan pelaksanaan perintah menyembelih
Ismail yang sudah tua. Kenyataan menunjukkan banyak orang tidak baik pada usia
muda dan baru baik pada usia tua, ini cukup baik, ada pula yang sejak muda
sampai tua dalam keadaan tidak baik, ini buruk dan yang sangat tragis adalah
saat muda ia baik, memiliki idealisme yang kuat namun saat tua ia justeru
melepaskan nilai-nilai idealisme yang dulu diperjuangkannya, apalagi hanya
dengan alasan mencari simpati dan dukungan banyak orang dan ia tidak peduli
dengan murka Allah swt.
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Kaum Muslimin Yang
Dimuliakan Allah swt.
Kedua, pelajaran yang
kita ambil dari kehidupan Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah tidak kompromi
kepada syaitan dengan segala nilai-nilai kebatilan yang dihembuskan dan
diajarkannya. Karena itu godaan syaitan harus dihalau dan tidak dituruti,
bahkan syaitan harus kita jadikan sebagai musuh abadi yang selalu diwaspadai
setiap saat dan tempat, karena itu dalam ibadah haji ada kewajiban melontar
yang melambangkan permusuhan kepada syaitan, Allah swt berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai orang-orang
yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu
turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata
bagimu. (QS Al Baqará [2]:208).
Di samping itu,
seruan Allah swt untuk memperlakukan syaitan sebagai musuh tidak hanya
ditujukan kepada orang-orang yang beriman, tapi juga kepada seluruh umat
manusia, karena ada kebutuhan-kebutuhan manusia yang harus dipenuhinya dan itu tidak
boleh menghalalkan segala cara dalam upaya mencapainya, Hal ini karena,
meskipun manusia tidak beriman kepada Allah swt atau tidak menjadi muslim,
dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya, tetap saja mereka yang tidak beriman
kepada Allah-pun tidak membenarkan upaya yang menghalalkan segala cara, Allah swt
berfirman:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Hai manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena
sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu (QS Al Baqarah [2]:168).
Keharusan manusia menjadikan syaitan sebagai musuh juga
karena dalam kehidupan bersama, manusia sangat mendambakan kedamaian hidup,
sedangkan syaitan selalu menanamkan perselisihan, permusuhan ke dalam jiwa
manusia hingga akhirnya terjadi peperangan; tidak hanya dengan kata-kata tapi
juga perang secara fisik dengan korban harta dan jiwa yang sedemikian banyak
serta membawa dampak kejiwaan yang negatif, dan ini sebenarnya tidak
dikehendaki oleh manusia, Allah swt berfirman:
وَقُلْ لِعِبَادِي يَقُولُوا الَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْزَغُ بَيْنَهُمْ إِنَّ الشَّيْطَانَ كَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوًّا مُبِينًا
Dan katakanlah kepada
hamba-hamba-Ku: “Hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik
(benar). Sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan diantara mereka.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi manusia (QS Al Isra [17]:53).
Oleh karena itu,
dalam situasi dan kondisi sesulit apapun, hal itu tidak boleh membuat kita
menjadikannya sebagai alasan untuk menghalalkan segala cara, sedangkan bagi
yang mengalami kesenangan hidup tidak akan sampai lupa diri, susah dihadapi
dengan kesabaran dan senang dijalani dengan rasa syukur kepada Allah swt,
inilah yang membuat seorang mukmin menjadi pribadi yang mengagumkan, Rasulullah
saw bersabda:
عَجَبًا ِلأَمْرِ الْمُؤْمِنِ اِنَّ اَمْرَهُ كُلَّهُ
لَخَيْرٌ وَلَيْسَ ذَالِكَ ِلأَحَدٍ اِلاَّ لِلْمُؤْمِنِ ِانْ اَصَبَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ
فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَاِنْ اَصَبَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ
فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Menakjubkan urusan orang beriman, sesungguhnya semua
urusannya baik baginya dan tidak ada yang demikian itu bagi seseorang selain
bagi seorang mukmin. Kalau ia memperoleh kesenangan ia bersyukur dan itu baik
baginya. Kalau ia tertimpa kesusahan, ia sabar dan itu baik baginya (HR. Ahmad
dan Muslim).
Allahu Akbar 3X
Walillahilhamdu.
Ma’asyiral
Muslimin Rahimakumullah.
Pelajaran
dari Nabi Ibrahim yang Ketiga adalah kelangsungan penanaman dan
penyebaran nilai-nilai Islam. Pada diri Nabi Ibrahim as terdapat kekhawatiran
yang sangat dalam bila tidak ada generasi baru yang akan melanjutkan
keberlangsungan penanaman dan penyebaran nilai-nilai yang datang dari Allah
swt., karena itu ia amat mendambakan adanya kehadiran anak, tidak semata-mata
untuk melanjutkan keturunan apalagi sekadar mewariskan harta tapi yang
terpenting adalah anak yang bisa melanjutkan misi perjuangan, karenanya ketika
usianya semakin tua kekhawatiran itu semakin dalam yang membuatnya harus
menikah lagi dengan Siti Hajar sehingga lahirlah anak yang diberi nama dengan
Ismail, bahkan dari Siti Sarah yang merupakan isteri pertama yang sudah tua
lahir pula anak yang diberi nama dengan Ishak, karenanya Nabi Ibrahim amat
bersyukur atas karunia Allah swt sehingga dalam do’anya ia menyatakan:
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي وَهَبَ لِي عَلَى الْكِبَرِ إِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِنَّ رَبِّي لَسَمِيعُ الدُّعَاءِ (39) رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
Segala puji bagi
Allah yang Telah menganugerahkan kepadaku di hari tua (ku) Ismail dan Ishaq.
Sesungguhnya Tuhanku, benar-benar Maha mendengar (memperkenankan) doa. Ya
Tuhanku, jadikanlah Aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan
shalat, Ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.(QS Ibrahim [14]:39-40)
Oleh
karena itu, setiap kita punya keharusan untuk melaksanakan tugas-tugas dakwah,
dakwah dalam arti yang luas yakni mengajak, menyeru dan memanggil manusia untuk
beriman dan taat kepada Allah swt dengan berbagai cara yang baik. Tugas ini
merupakan tugas yang penting dan mulia karena melanjutkan tugas para nabi,
tugas yang amat dibutuhkan oleh manusia, karena orang baik membutuhkan dakwah
apalagi orang yang belum baik. Namun untuk melaksanakannya amat dibutuhkan
pengorbanan waktu, tenaga, dana dan segala yang kita miliki. Oleh sebab itu, manakala
kita melaksanakan tugas dakwah dan orang yang kita dakwahkan menjadi baik, maka
pahala kebaikannya akan kita dapatkan juga, Rasulullah saw bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرِ فَلَهُ مِثْلُ
أَجْرِفَاعِلِهِ.
Barangsiapa yang
menunjukkan pada suatu kebaikan, maka baginya seperti pahala orang yang
mengerjakannya (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Tirmudzi).
Dalam
situasi dan kondisi kehidupan diri, keluarga dan masyarakat kita sekarang,
nilai-nilai pelajaran yang begitu banyak dari para Nabi menjadi amat penting
untuk kita gali dan kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
perjalanan hidup kita selalu dalam kebaikan dan kebenaran. Akhirnya, marilah kita
tutup khutbah ibadah shalat Ied kita pada hari ini dengan berdo’a:
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ
وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
Ya Allah, tolonglah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pertolongan. Menangkanlah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
kemenangan. Ampunilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
pemberi ampun. Rahmatilah kami, sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
rahmat. Berilah kami rizki sesungguhnya Engkau adalah sebaik-baik pemberi
rizki. Tunjukilah kami dan lindungilah kami dari kaum yang dzalim dan kafir.
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
Ya Allah, perbaikilah agama kami untuk kami, karena ia merupakan benteng
bagi urusan kami. Perbaiki dunia kami untuk kami yang ia menjadi tempat hidup
kami. Perbikilah akhirat kami yang menjadi tempat kembali kami. Jadikanlah kehidupan
ini sebagai tambahan bagi kami dalam setiap kebaikan dan jadikan kematian kami
sebagai kebebasan bagi kami dari segala kejahatan.
اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ
بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ
وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا.
اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا
أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ
عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا
أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ
يَرْحَمُنَا
Ya Allah, anugerahkan kepada kami rasa takut kepada-Mu yang membatasi
antara kami dengan perbuatan maksiat kepadamu dan berikan ketaatan kepada-Mu
yang mengantarkan kami ke surga-Mu dan anugerahkan pula keyakinan yang akan
menyebabkan ringan bagi kami segala musibah di dunia ini. Ya Allah, anugerahkan
kepada kami kenikmatan melalui pendengaran, penglihatan dan kekuatan selamakami
masih hidup dan jadikanlah ia warisan bagi kami. Dan jangan Engkau jadikan
musibah atas kami dalam urusan agama kami dan janganlah Engkau jadikan dunia
ini cita-cita kami terbesar dan puncak dari ilmu kami dan jangan jadikan
berkuasa atas kami orang-orang yang tidak mengasihi kami.
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ.
Ya Allah, ampunilah dosa kaum muslimin dan muslimat,
mu’minin dan mu’minat, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal dunia.
Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar, Dekat dan Mengabulkan do’a.
رَبَّنَا
اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ.
Ya Allah, anugerahkanlah kepada kami kehidupan yang
baik di dunia, kehidupan yang baik di akhirat dan hindarkanlah kami dari azab
neraka.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih