Alam terkembang jadi guru, begitu petuah para tetua. Alam buana yang terkembang ini adalah tempat belajar, memetik hikmah dari kejadian alam.
Salah satu tempat kita belajar adalah dari para hewan. Meski makhluk Allah yang satu ini dipandang hina karena tidak berakal, tapi sungguh mereka telah mengajarkan banyak hal kepada manusia.
Bahkan, bukankah dalam kitab suci dinukil bahwa manusia belajar pertama kali menguburkan mayat adalah kepada gagak? Seekor burung yang tidak cantik dibanding burung lainnya.
Hal ini menyiratkan agar kita tidak malu belajar kepada apapun dan siapa pun. Dalam postingan kali ini, kita akan memetik pelajaran dari beberapa hewan yang ada di sekeliling kita.
1. Belajar Setia dari Anjing
Hewan yang suka menggonggong ini sering kali menjadi salah satu hewan favorit bagi banyak orang untuk menjadi hewan peliharaan. Salah satu alasannya karena hewan tersebut selain pintar juga memiliki kesetiaan terhadap majikannya.
Anjing menganggap manusia sebagai sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu jarang seekor anjing meninggalkan orang yang selama ini memeliharanya, bahkan ketika orang itu mengusir atau memarahinya.
Selain untuk diajak bermain, kesetiaan anjing sering digunakan untuk menjaga rumah, menjaga kebun, bahkan menjaga anak kecil ketika orangtua berpergian dan menjadi penuntun orang buta.
Dalam penanggalan pada masyarakat etnis Tionghoa, tahun anjing sering dikatakan sebagai tahun kesetiaan. Pada tahun tersebut diharapkan manusia semakin menjaga kesetiaannya terhadap keluarga, pasangan, pekerjaan, bahkan terhadap leluhur (roh nenek moyang) yang dituakan agar mendapat berkah di tahun tersebut.
Oleh karena prilaku hewan tersebut, industri perfiliman Hollywood pernah mengangkat tema kesetiaan dengan tokoh seekor anjing yang diangkat dari kisah nyata. Salah satunya dalam film Hachiko “A dog story”. Sebelumnya juga pernah difilmkan di Jepang dengan judul “Hachikō Monogatari” karya sutradara Seijirō Kōyama yang mulai diputar di Jepang, Oktober 1987.
Kesetiaan Hachikō diabadikan dalam sebuah patung perunggu yang berbentuk dirinya dan diletakkan di depan stasiun Shibuya, Jepang
2. Kerja keras seperti semut
Tahukah Anda bahwa semut merupakan hewan yang tidak pernah tidur, bahkan pada musim dingin. Sehingga kegiatan koloni semut tidak jauh dari kata bekerja…bekerja… dan… bekerja…
Itulah perilaku yang sangat mencolok pada hewan jenis serangga yang satu ini. Mengumpulkan makanan, membangun sarang dan merawat telur-telur merupakan hal yang menjadi rutnitas yang tak pernah absen.
Tidak ada cuti untuk liburan... Apalagi buat pacaran…
Selain identik dengan hewan pekerja keras, semut juga dikenal dengan kerjasama dan ketertibannya. Apabila ada semut yang kesusahan mengangkat makanan yang lebih besar dari postur tubuhnya, maka semut lain akan datang membantu. Begitu juga pada saat berjalan dari tempat mengambil makanan menuju sarang. Semut yang satu tidak akan menyerobot semut lain dan tetap tersusun rapi pada barisan. Suatu hal yang patut di tiru oleh kaum manusia terutama pada masa dewasa ini. Manusia cenderung tidak sabar, sehingga melupakan kerja keras dan mengambil hak orang lain.
3. Tepat janji seperti merpati
Merpati tidak pernah ingkar janji, demikian kata pepatah.
Sebelum teknologi komunikasi dan informasi berkembang, bangsa Romawi mengirim pesan melalui berbagai cara. Salah satunya mengunakan tenaga hewan. Hal ini disebabkan kendala medan atau kondisi geografis seperti hutan, jurang, bahkan pulau yang sulit di tempuh oleh manusia untuk memperoleh informasi tersebut.
Untuk memecahkan kendala tersebut digunakanlah tenaga hewan untuk mengirim informasi tersebut. Burung merpati merupakan hewan yang digunakan pada masa itu, atau yang sering kita kenal dengan “merpati pos”. Tidak hanya bangsa Romawi, bangsa Persia kuno, dan Yunani pernah menggunakan jasa hewan tersebut. Hingga sekarang, banyak negara di dunia yang menjadi gambar merpati sebagai lambang jawatan pos.
Merpati pos adalah burung merpati yang telah dilatih untuk mengantarkan surat atau pesan. Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang dapat kembali ke sarang meskipun sudah pergi dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama, sehingga surat yang disampaikan pasti sampai di tujuan atau sangat kecil kemungkinan surat tersebut nyasar.
Pada masa perang dunia, informasi yang akurat dan cepat akan keberadaan dan kekuatan pasukan musuh sangat diperlukan untuk memenangkan pertempuran. Negara-negara yang terlibat perang seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda dan Prancis juga pernah menggunakan pengiriman pesan melalui merpati pos.
4. Ramah seperti kucing
Saya rasa Anda juga setuju kalau kucing merupakan salah satu binatang peliharaan rumah yang paling popular di dunia. Ya, hewan yang satu ini amat dikenal dengan “keramahannya”. Kalau kita memanggil kucing yang sedang berjalan, kucing itu akan segera melihat kita dan berkata “meoong…”
Sering kali seekor kucing datang dan mengelus-elus kaki kita walaupun bukan tuannya. Berbeda dengan hewan lain misalnya anjing yang lebih waspada bahkan mengonggong apabila bertemu dengan orang asing.
Walaupun tergolong dalam hewan predator dan tergolong hewan yang tidak pernah mengkonsumsi tumbuhan (karnivora murni), kucing sangat jarang sekali menyerang manusia.
Banyak sekali kaum manula yang sudah hidup sendirian memelihara hewan ini untuk menemaninya.
Ya, begitulah kucing. Keramahan dan sifatnya yang lembut bisa menjadi hal yang bisa ditiru oleh manusia, terutama para kaum muda dalam berperilaku dengan orang yang lebih tua.
5. Tangguh seperti elang
Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang. Elang juga merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya bisa mencapai 70 tahun.
Elang merupakan hewan pemangsa. Paruh elang tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat untuk mengoyak daging mangsanya. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.
Elang mempunyai sistem pernapasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Hal inilah yang menyebabkan elang merupakan burung yang mampu terbang paling tinggi diantara jenis burung. Walaupun ada angin yang sangat kencang, elang akan tetap terbang, stabil, bahkan lebih tinggi.
Atas dasar inilah banyak negara-negara di dunia yang menjadikan burung elang (rajawali atau garuda) menjadi lambang dari negara mereka. Di antaranya Amerika Serikat, Mexico, Jerman, Mesir, Thailand, dan juga Indonesia, tidak lain karena sosoknya yang “tangguh”.
Sebagai manusia, perilaku elang bisa menjadi panutan dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Sehingga menimbulkan jiwa yang bersemangat, pantang menyerah, dan menjadi sosok yang tangguh.
“Hidup tidak selamanya cerah…terkadang mesti turun hujai bahkan badai. Kekecewaan dan keputusasaan sering melanda sehingga sering berbuat yang tak pantas terhadap sesama. Namun jangan sampai kita melupakan hakekat kita sebagai manusia yang paling sempurna dalam ciptaan-Nya”
Semoga bermanfaat
Salah satu tempat kita belajar adalah dari para hewan. Meski makhluk Allah yang satu ini dipandang hina karena tidak berakal, tapi sungguh mereka telah mengajarkan banyak hal kepada manusia.
Bahkan, bukankah dalam kitab suci dinukil bahwa manusia belajar pertama kali menguburkan mayat adalah kepada gagak? Seekor burung yang tidak cantik dibanding burung lainnya.
Hal ini menyiratkan agar kita tidak malu belajar kepada apapun dan siapa pun. Dalam postingan kali ini, kita akan memetik pelajaran dari beberapa hewan yang ada di sekeliling kita.
1. Belajar Setia dari Anjing
Hewan yang suka menggonggong ini sering kali menjadi salah satu hewan favorit bagi banyak orang untuk menjadi hewan peliharaan. Salah satu alasannya karena hewan tersebut selain pintar juga memiliki kesetiaan terhadap majikannya.
Anjing menganggap manusia sebagai sahabatnya, begitu juga sebaliknya. Oleh karena itu jarang seekor anjing meninggalkan orang yang selama ini memeliharanya, bahkan ketika orang itu mengusir atau memarahinya.
Selain untuk diajak bermain, kesetiaan anjing sering digunakan untuk menjaga rumah, menjaga kebun, bahkan menjaga anak kecil ketika orangtua berpergian dan menjadi penuntun orang buta.
Dalam penanggalan pada masyarakat etnis Tionghoa, tahun anjing sering dikatakan sebagai tahun kesetiaan. Pada tahun tersebut diharapkan manusia semakin menjaga kesetiaannya terhadap keluarga, pasangan, pekerjaan, bahkan terhadap leluhur (roh nenek moyang) yang dituakan agar mendapat berkah di tahun tersebut.
Oleh karena prilaku hewan tersebut, industri perfiliman Hollywood pernah mengangkat tema kesetiaan dengan tokoh seekor anjing yang diangkat dari kisah nyata. Salah satunya dalam film Hachiko “A dog story”. Sebelumnya juga pernah difilmkan di Jepang dengan judul “Hachikō Monogatari” karya sutradara Seijirō Kōyama yang mulai diputar di Jepang, Oktober 1987.
Kesetiaan Hachikō diabadikan dalam sebuah patung perunggu yang berbentuk dirinya dan diletakkan di depan stasiun Shibuya, Jepang
2. Kerja keras seperti semut
Tahukah Anda bahwa semut merupakan hewan yang tidak pernah tidur, bahkan pada musim dingin. Sehingga kegiatan koloni semut tidak jauh dari kata bekerja…bekerja… dan… bekerja…
Itulah perilaku yang sangat mencolok pada hewan jenis serangga yang satu ini. Mengumpulkan makanan, membangun sarang dan merawat telur-telur merupakan hal yang menjadi rutnitas yang tak pernah absen.
Tidak ada cuti untuk liburan... Apalagi buat pacaran…
Selain identik dengan hewan pekerja keras, semut juga dikenal dengan kerjasama dan ketertibannya. Apabila ada semut yang kesusahan mengangkat makanan yang lebih besar dari postur tubuhnya, maka semut lain akan datang membantu. Begitu juga pada saat berjalan dari tempat mengambil makanan menuju sarang. Semut yang satu tidak akan menyerobot semut lain dan tetap tersusun rapi pada barisan. Suatu hal yang patut di tiru oleh kaum manusia terutama pada masa dewasa ini. Manusia cenderung tidak sabar, sehingga melupakan kerja keras dan mengambil hak orang lain.
3. Tepat janji seperti merpati
Merpati tidak pernah ingkar janji, demikian kata pepatah.
Sebelum teknologi komunikasi dan informasi berkembang, bangsa Romawi mengirim pesan melalui berbagai cara. Salah satunya mengunakan tenaga hewan. Hal ini disebabkan kendala medan atau kondisi geografis seperti hutan, jurang, bahkan pulau yang sulit di tempuh oleh manusia untuk memperoleh informasi tersebut.
Untuk memecahkan kendala tersebut digunakanlah tenaga hewan untuk mengirim informasi tersebut. Burung merpati merupakan hewan yang digunakan pada masa itu, atau yang sering kita kenal dengan “merpati pos”. Tidak hanya bangsa Romawi, bangsa Persia kuno, dan Yunani pernah menggunakan jasa hewan tersebut. Hingga sekarang, banyak negara di dunia yang menjadi gambar merpati sebagai lambang jawatan pos.
Merpati pos adalah burung merpati yang telah dilatih untuk mengantarkan surat atau pesan. Merpati merupakan salah satu jenis burung yang cukup pintar, memiliki daya ingat yang kuat, kemampuan navigasi, dan memiliki naluri alamiah yang dapat kembali ke sarang meskipun sudah pergi dengan jarak yang jauh dan waktu yang lama, sehingga surat yang disampaikan pasti sampai di tujuan atau sangat kecil kemungkinan surat tersebut nyasar.
Pada masa perang dunia, informasi yang akurat dan cepat akan keberadaan dan kekuatan pasukan musuh sangat diperlukan untuk memenangkan pertempuran. Negara-negara yang terlibat perang seperti Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda dan Prancis juga pernah menggunakan pengiriman pesan melalui merpati pos.
4. Ramah seperti kucing
Saya rasa Anda juga setuju kalau kucing merupakan salah satu binatang peliharaan rumah yang paling popular di dunia. Ya, hewan yang satu ini amat dikenal dengan “keramahannya”. Kalau kita memanggil kucing yang sedang berjalan, kucing itu akan segera melihat kita dan berkata “meoong…”
Sering kali seekor kucing datang dan mengelus-elus kaki kita walaupun bukan tuannya. Berbeda dengan hewan lain misalnya anjing yang lebih waspada bahkan mengonggong apabila bertemu dengan orang asing.
Walaupun tergolong dalam hewan predator dan tergolong hewan yang tidak pernah mengkonsumsi tumbuhan (karnivora murni), kucing sangat jarang sekali menyerang manusia.
Banyak sekali kaum manula yang sudah hidup sendirian memelihara hewan ini untuk menemaninya.
Ya, begitulah kucing. Keramahan dan sifatnya yang lembut bisa menjadi hal yang bisa ditiru oleh manusia, terutama para kaum muda dalam berperilaku dengan orang yang lebih tua.
5. Tangguh seperti elang
Elang adalah hewan berdarah panas, mempunyai sayap dan tubuh yang diselubungi bulu pelepah. Sebagai burung, elang berkembang biak dengan cara bertelur yang mempunyai cangkang keras di dalam sarang yang dibuatnya. Ia menjaga anaknya sampai mampu terbang. Elang juga merupakan jenis unggas yang mempunyai umur paling panjang di dunia. Umurnya bisa mencapai 70 tahun.
Elang merupakan hewan pemangsa. Paruh elang tidak bergigi tetapi melengkung dan kuat untuk mengoyak daging mangsanya. Burung ini juga mempunyai sepasang kaki yang kuat dan kuku yang tajam dan melengkung untuk mencengkeram mangsa serta daya penglihatan yang tajam untuk memburu mangsa dari jarak jauh tak terkira.
Elang mempunyai sistem pernapasan yang baik dan mampu untuk membekali jumlah oksigen yang banyak yang diperlukan ketika terbang. Hal inilah yang menyebabkan elang merupakan burung yang mampu terbang paling tinggi diantara jenis burung. Walaupun ada angin yang sangat kencang, elang akan tetap terbang, stabil, bahkan lebih tinggi.
Atas dasar inilah banyak negara-negara di dunia yang menjadikan burung elang (rajawali atau garuda) menjadi lambang dari negara mereka. Di antaranya Amerika Serikat, Mexico, Jerman, Mesir, Thailand, dan juga Indonesia, tidak lain karena sosoknya yang “tangguh”.
Sebagai manusia, perilaku elang bisa menjadi panutan dalam menghadapi kerasnya kehidupan. Sehingga menimbulkan jiwa yang bersemangat, pantang menyerah, dan menjadi sosok yang tangguh.
“Hidup tidak selamanya cerah…terkadang mesti turun hujai bahkan badai. Kekecewaan dan keputusasaan sering melanda sehingga sering berbuat yang tak pantas terhadap sesama. Namun jangan sampai kita melupakan hakekat kita sebagai manusia yang paling sempurna dalam ciptaan-Nya”
Semoga bermanfaat
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih