Bagi yang membutuhkan makalah tentang sejarah perkembangan Filologi, berikut admin share salah satu makalah yang barangkali bisa membantu. Link download dalam format Microsoft word tersedia di akhir tulisan. Terima kasih.
A. Pengertian
Filologi
Kita ketahui
bahwa sejarah perjalanan umat manusia telah dimulai sejak lama, secara pasti
tidak. Diketahui berapa ribu atau berapa juta tahun yang lalu umur sejarah
manusia di muka bumi ini dimulai. Bukti-bukti sejarah kehidupan manusia di masa
lampau itu dapat kita temukan di masa kini.
Banyak peninggalan
nenek moyang yang bisa kita jumpai, baik dalam bentuk benda fisik seperti
candi, prasasti, senjata, alat-alat rumah tangga, atau naskah, maupun dalam
bentuk nonfisik seperti tradisi, budaya, pola pikir, dan sejenisnya. Sebagai
manusia dan bangsa yang menghargai peninggalan nenek moyangnya, upaya
mempelajari, melestarikan, dan menumbuh kembangkan warisan leluhur itu Kita
lakukan.
Naskah-naskah
klasik sebagai salah satu jenis produk budaya pada masa lampau cukup penting
keberadaannya. Penting karena dalam naskah-naskah tersebut terkandung banyak
hasil pemikiran pada cendikiawan pendahulu kita yang kini kita warisi.
Karya-karya tersebut harus kita pelajari agar hormat kita kepada nenek moyang
kita bertambah karena perkenalan kita dengan karya-karya mereka yang
berkualitas. Beragamnya warisan sastra klasik bangsa kita oleh para pakar
disebutnya dengan beberapa istilah. Akan tetapi, yang dimaksud tetap sama,
mengacu kepada karya-karya tradisional dari daerah-daerah nusantara. Keragaman
yang ditandai bahasa yang digunakan, beragama karena budaya yang mereka
kenalkan lewat karya-karyanya, beragam karena pemikiran yang mereka lontarkan.
Keseragaman pada satu hal, yakni hampir semua karya mereka tidak pernah
dimilikinya sebagai karya sendiri. Jarang yang mencantumkan penulis dalam karya
klasik. Penulis atau mungkin penyalin beranggapan bahwa karya itu milik
bersama.
Keragaman karya klasik
itu dapat ditinjau dari berbagai segi yang umum, yakni (1) naskah- naskah yang
berisi teks sejarah, (2) naskah-naskah keagamaan, (3) naskah-naskah sains, dan
(4) naskah-naskah kesusastraan. Naskah yang sangat berharga itu berserakan
tempatnya. Banyak yang belum dikenal masyarakat. Kekhawatiran atas kepunahan
nasakah itu harus diwaspadai, harus ada yang mencoba melestarikannya,
harus ada yang mengenalkannya dalam bahasa sekarang. Oleh karena itu, salah satu
studi keilmuan mengarahkan pandangannya ke sana, pada naskah-naskah, yaitu
filologi. Filologi merupakan salah satu bentuk usaha manusia menggali harta
terpendam itu.
Lebih khusus
lagi, Filologi merupakan ilmu yang bidang kajiannya adalah meneliti naskah-
naskah klasik peninggalan masa lalu. Kajian atau studi yang dilakukan dalam
filoogi merupakan kajian kritis karena di dalamnya ada proses memilah dan
memilih dengan tingkat kehati-hatian yang sangat tinggi. Segala sesuatu
dilakukan untuk mendapat naskah asli atau setidaknya mendekati keaslian. Dalam
filologi, naskah yang demikian disebut naskah yang autoritatif.
Penelitian
naskah dalam filologi tidak hanya meneliti bentuk fisik naskah tetapi juga
sampai kandungan terdalam yang ada di dalamnya. Ada upaya untuk
merekonstruksiatau menghadirkan kembali ide-ide, pola pikir, atau
rumusan-rumusan hikmah kehidupan yang telah dicapai para pendahulu kita.
Dengan demikian
filologi merupakan ilmu yang menghubungkan kita dangan landasan kokoh masa lalu
agar maksimal meningkatkan kualitas kita (sebagai bangsa yang memiliki sejarah
yang demikian panjang) di masa kini dan masa yang akan datang.
B. Tujuan
Filologi
Secara umum,
filologi bertujuan mengungkapkan hasil pemikiran, pengalaman, dan budaya yang
hidup pada masa lalu. Dengan cara seperti itu muncul juga manfaatnya, yakni
terkodifikasinya nilai-nilai budaya klasik, melestarikan budaya yang terkandung
dalam naskah itu dan memperkenalkannya kepada masyarkat.
Tujuan-tujuan khusus yang menjadi ciri khas flologi sebagai berikut:
1.
mengungkapkan gambaran naskah dari segi fisik dan isinya;
2. mengemukakan
persamaan dan perbedaan antarnaskah yang berbeda;
3. menjelaskan
pertalian antarnaskah.
4. menguraikan
fungsi isi, cerita dan fungsi teksnya.
5. Menyajikan
suntingan teks yang mendekati teks asli, autoritatif, bersih dari kesalahan
untuk keperluan penelitian dalam berbagai bidang ilmu (sastra, bahasa,
filsafat).
6. Menyajikan
terjemahan hasil suntingan teks dan tulisan dan bahasa yang mudah dipahami
masyarakat luas (misalnya dalam tulisan dan bahasa Indonesia).
Kebudayaan
Yunani lama memiliki pengaruh cukup besar bagi masyarakat Barat pada umumnya.
Peranan nilai-nilai kebudayaan Yunani lama terlihat dari berbagai aspek
kehidupan. Mitologi Yunani sering dirasa pas untuk mengungkapkan pikiran.
Bahkan para ilmuwan sering menggunakan istilah yang berasal dari legenda Yunani
kuna.
Menyajikan ilmu
Yunani kuna sangat penting, mengingat kebudayaan Yunani kuna hingga saat ini
tetap dianggap sebagai sumber bagi segala ilmu pengetahuan. Usaha untuk
mengungkapkan kebudayaan Yunani kuna ini dilakukan oleh ilmu filologi yang juga
berasal dari kebudayaan Yunani kuna.
C. Filologi di
Eropa Daratan
Ilmu filologi
diketahui berasal dari kawasan kerajaan Yunani, tepatnya di kota Iskandariyah.
Pada abad ke-3 s.M, bangsa ini berhasil membaca naskah-naskah Yunani lama yang
berasal dari abad ke-8 s.M. dalam huruf yang berasal dari huruf bangsa Funisia,
dan kemudian dikenal sebagai huruf Yunani. Huruf-huruf ini ditulis pada satu
sisi bahan yang terbuat dari daun papirus. Bentuknya berupa gulungan, sehingga
tidak mudah untuk menyimpannya karena memerlukan tempat yang luas, dan setelah
dibaca harus digulung kembali agar bagian awal naskah selalu berada di depan.
Isinya adalah rekaman tradisi lisan mereka pada abad-abad sebelumnya. Bahan
yang diteliti antara lain karya sastra Homerus, dan ilmu pengetahuan yang
hingga saat ini tetap memiliki nilai agung seperti tulisan Socrates dan
Aristoteles.
Pada abad ke-3 S.M,
kota Iskandariyah merupakan pusat ilmu pengetahuan. Banyak naskah dengan
berbagai disiplin ilmu ditelaah. Naskah-naskah tersebut dikenali
huruf-hurufnya, bahasanya, dan dipahami isinya. Kemudian naskah tersebut
ditulis kembali dengan huruf dan bahasa yang digunakan pada saat pengerjaan
itu. Para penggarap naskah ini kemudian dikenal sebagai ahli filologi. Dan
metode yang mereka gunakan kemudian disebut ilmu filologi.
Penggarapan
naskah tidak hanya dilakukan demi ilmu pengetahuan. Naskah-naskah juga disalin
untuk kemudian diperdagangkan. Semakin banyak usaha penyalinan naskah, namun
semakin besar pula kemungkinan terjadinya kerusakan pada bacaan, karena proses
penyalinan yang tidak sesuai, atau pun karena kemampuan penyalin yang terbatas.
Kegiatan filologi Iskandariyah makin ramai hingga jatuhnya kota ini ke tangan
bangsa Romawi pada abad ke-1 s.M. Selanjutnya, kegiatan filologi berpusat di
kota Roma. Bahan telaah utamanya tetap naskah Yunani kuna. Pada abad kesatu,
perkembangannya berupa pembuatan resensi naskah-naskah tertentu. Kegiatan ini
terus berkembang hingga pada abad ke-4 kerajaan Romawi terpecah menjadi Romawi
Barat dan Romawi Timur. Peristiwa ini mempengaruhi perkembangan filologi
selanjutnya.
D. Filologi di
Romawi Barat dan Romawi Timur
Di daerah
Romawi Barat, kegiatan filologi mengikuti kegiatan filologi Yunani abad ke-3 S.M.
Penggarapan naskah dalam bahasa Latin yang sudah digarap secara filologis sejak
abad ke-3 S.m. Bentuk naskah latin itu berupa puisi dan prosa yang banyak
mewarnai dunia pendidikan di Eropa pada abad-abad selanjutnya. Tradisi ini
dikembangkan di kerajaan Romawi Barat, dan bahasa Latin menjadi bahasa ilmu
pengetahuan. Sejak terjadi Kristenisasi di Eropa, kegiatan filologi digunakan
untuk kepentingan agama, dan naskah-naskah Yunani kuna ditinggalkan karena
dianggap jahiliah. Sejak abad ke-4, mulai digunakan codex (bentuk buku)
menggunakan bahan kulit binatang yang lebih awet dari pada papirus, dan lebih
mudah dibaca karena telah dilengkapi dengan nomor halaman.
Pada waktu
telaah teks Yunani di Romawi Barat tampak mundur, tampak mulai bermunculan
pusat-pusat teks Yunani di Romawi Timur. Masing-masing kota menjadi pusat studi
dalam bidang tertentu yang selanjutnya berkembang menjadi perguruan tinggi dan
menghasilkan tenaga ahli dalam bidang masing-masing. Pada masa ini, mulai
muncul kebiasaan menulis tafsir di tepi sebuah naskah, yang disebut scholia.
Meskipun begitu, Romawi Timur dianggap kurang ahli dalam menelaah teks-teks
Yunani lama. Hal ini melatar belakangi diadakannya kuliah filologi di berbagai
perguruan tinggi.
E. Filologi di
Zaman Renaisans
Menyebarnya era
Renaisans di Eropa pada abad ke-13 hingga ke-16 menyebabkan munculnya kecenderungan
pada aliran humanisme. Kata asal “uhumanisme” dari “uhumaniora”
(kata Yunani) atau “uamunista” (kata Latin), yang semula berarti guru
yang mengelola tata bahasa, retorika, puisi, dan filsafat. Karena bahan yang diperlukan
berasal dari teks klasik, terjadi pergeseran arti menjadi aliran yang
mempelajari sastra klasik untuk menggali
kandungan isinya. Maka, kegiatan telaah teks lama timbul kembali. Ketika
kekuasaan Romawi Timur (Bizantium) jatuh ke tangan bangsa Turki pada abad ke-15, ahli
filologi berpindah ke Eropa Selatan, terutama Roma. Di sana mereka menjadi
pengajar, penyalin naskah, atau penerjemah teks Yunani dalam bahasa Latin.
Penemuan mesin cetak oleh Gutenberg pada abad ke-15 juga mempengaruhi
perkembangan filologi. Kemudahan menyalin naskah dan kebutuhan naskah yang
semakin meningkat dari perguruan tinggi meningkatkan perkembangan filologi.
Filologi juga digunakan untuk kepentingan telaah ilmu agama. Dalam
perkembangannya, filologi sempat digunakan untuk mengkaji naskah nonklasik.
Hasilnya, pengertian filologi menjadi kabur dengan ilmu bahasa. Mulai abad
ke-19 ilmu bahasa itu berdiri sendiri, menjadi Linguistik, dan Filologi
mendapat pengertian aslinya kembali.
F. Filologi di
Kawasan Timur Tengah
Bangsa Yunani
lama telah sejak lama menanamkan kebudayaannya hingga di kawasan Timur Tengah.
Ide filsafati dan ilmu eksakta daerah Timur Tengah terutama didapat dari bangsa
Yunani lama. Perguruan tinggi sebagai pusat berbagai ilmu pengetahuan yang
berasal dari Yunani. Dalam perkembangan sejarahnya, puncak perkembangan ilmu
pengetahuan Yunani di kawasan Timur Tengah yaitu pada zaman dinasti Abasiyah.
Pada masa kepemimpinan Makmun (809-833) perkembangan itu mencapai puncaknya.
Diistananya terkumpul sejumlah ilmuwan dari negara lain yang mempelajari berbagai
disiplin ilmu dan diberi fasilitas yang baik.
Dikenal ada
tiga penerjemah handal pada saat itu. Salah satunya adalah Hunain yang
melakukan banyak hal dengan mendata naskah-naskah yang diterjemahkan maupun
yang belum diterjemahkan, dan tempat penyimpanannya secara lengkap. Ia juga
melakukan kritik teks yang tajam dengan jangkauan naskah sebanyak mungkin.
Berkatnya dapat diketahui metode filologi yang digunakan pada saat itu. Kegiatan
filologi juga diterapkan pada naskah-naskah yang dihasilkan penulis dari daerah
itu.
Timur Tengah
dikenal memiliki dokumen lama berisi nilai-nilai agung. Sebelum kedatangan
Islam, Timur Tengah telah memiliki karya sastra yang mengagumkan. Setelah
kedatangan Islam pun karya sastra mistik Islam berkembang maju. Kedatangan
bangsa Barat di kawasan ini menyebabkan karya sastra mereka dikenal dunia
Barat. Meluasnya kekuasaan dinasti Umayah ke Spanyol dan Andalusia membawa ilmu
pengetahuan Yunani yang telah diserap bangsa Arab kembali ke Eropa dengan baju
Islam. Hingga Bahasa Arab dipelajari sebagai alat untuk mempelajari
naskah-naskah yang ditulis dalam bahasa tersebut.
Terdapat pusat studi ketimuran di berbagai tempat di Eropa yang menghasilkan
ahli- ahli dalam mengkaji naskah-naskah Timur Tengah.
G.Filologi di
Kawasan Asia India
Sejak beberapa
abad sebelum Masehi, bangsa Asia telah memiliki peradaban yang tinggi. Sejak
mengenal huruf, sebagian besar kebudayaan mereka ditulis dalam bentuk naskah
yang memberi banyak informasi mengenai kehidupan mereka di masa lampau. Di antara
bangsa Asia yang dipandang memiliki dokumen masa lampau adalah India.
Penelitian terhadap India menunjukkan adanya kontak secara langsung dengan
Yunani pada zaman Raja Iskandar Zulkarnain yang melakukan perjalanan sampai
India pada abad ke-3. Terlihat adanya perpaduan dengan kebudayaan Yunani pada
bentuk patung dan nilai-nilai ilmunya. Sejak abad ke-1 mulai terjadi kontak
langsung bangsa India dengan Cina.
Sekelompok
pendeta Buddha mengadakan perjalanan dakwah ke Cina, dan sesudah itu musafir
Cina berziarah ke tempat-tempat suci agama Buddha di India. Dalam perjalanan
itu, mereka sempat menerjemahkan naskah-naskah India ke dalam bahasa Cina.
Bahkan ada ringkasan delapan bab ilmu kedokteran India dalam bahasa Cina.
Kontak antara bangsa India dengan Timur Tengah mungkin terjadi sejak awal
sebelum bertemu dengan bangsa lain. Kemungkinan ini sangat kuat mengingat letak
geografis kedua kebudayaan besar ini berdekatan tanpa terbatas kondisi alam
tertentu. Sayangnya belum didapati keterangan yang memadai dari sedikit dokumen
yang menunjukkan kontak antara keduanya. Hanya terdapat terjemahan naskah India
ke dalam bahasa Persi dan catatan musafir Arab-Persi mengenai beberapa aspek
kebudayaan India dalam kunjungannya ke tempat tersebut. Naskah India yang
dipandang paling tua berupa kesusastraan Weda, ialah kitab suci agama Hindu
yang disusun mungkin pada abad ke-6 s.M. Setelah periode Weda disusunlah
naskah- naskah kitab suci lain. Selain naskah dengan nilai agama dan filsafat,
ada juga naskah lama India yang berisi wiracarita misalnya Mahabarata dan
Ramayana serta karya yang berisi ilmu pengetahuan seperti ilmu kedokteran, tata
bahasa, hukum, dan politik. Telaah Filologi terhadap naskah-naskah India baru
dilakukan setelah adanya kontak dengan bangsa Barat, yaitu setelah ditemukannya
jalan laut ke India. Proses mengenal kubudayaan India bertahap, mulai dari
bahasa daerah, bahasa Sansekerta, baru kemudian ditemukan kitab Weda. Sejak itu
lah kegiatan filologi terhadap naskah India semakin berkembang dan membuahkan
hasil yang sangat berarti seperti berbagai kamus dan tata bahasa
Sansekerta.
H. Filologi
di Kawasan Nusantara
Nusantara
adalah kawasan yang termasuk Asia Tenggara. Seperti kawasan Asia pada umumnya,
Nusantara telah memiliki peradaban tinggi dan diwariskan pada generasi
selanjutnya melalui berbagai media, salah satunya tulisan berupa naskah.
Kawasan Nusantara terbagi dalam berbagai etnis dengan ciri khas masing-masing
tanpa meninggalkan sifat khas kebudayaan Nusantara. Keinginan untuk mengkaji
naskah-naskah Nusantara hadir setelah ketangan bangsa Barat. Yang pertama
menyadari nilai berharga naskah Nusantara adalah pedagang yang ingin mendapat
untung dari penjualan naskah tersebut. Datangnya bangsa Barat dan ditulisnya
buku tentang kebudayaan Nusantara oleh Frederik de Houtman menimbulkan minat
besar bangsa Barat pada Nusantara.
Dan walaupun
terdapat beragam suku dengan bahasa yang berbeda-beda namun untuk mendekati
bangsa ini langkah pertama yang diperlukan adalahkemampuan bahasa Melayu.
Karena kemampuan berbahasa Melayu akan membuka komunikasi dengan pribumi dan
bangsa lain yang juga mengunjungi daerah ini. Selanjutnya pengamatan terhadap
bahasa melalui pembacaan naskah dilanjutkan oleh para penginjil yang dikirim
dalam jumlah besar oleh VOC. Bahasa Nusantara dipelajari untuk kepentingan
tugas penginjil. Hasilnya adalah penelitian dan catatan rapi mengenai kebudayaan
bahkan hingga suku yang belum mengenal tulisan.
Karena
keterbatasan tenaga, awalnya kegiatan filologi hanya sampai pada tahap
menyunting. Yaitu menyajikan naskah pada bentuk aslinya ditambahkan keterangan
pendahuluan. Pada tahapan selanjutnya, naskah disunting dalam bentuk
transliterasi dalam huruf latin. Perkembangan selanjutnya adalah suntungan
naskah disertai terjemahannya dalam bahasa asing. Pada abad ke- 20 muncul
suntingan yang lebih mantap dengan kritik
teks disertai terjemahan dalam bahasa Belanda, Inggris, atau Jerman. Juga
muncul terbitan ulang dari naskah yang sudah pernah disunting dengan maksud
untuk menyempurnakan. Pada saat itu juga banyak terbit naskah- naskah keagamaan
baik Melayu maupun Jawa, sehingga dapat dikaji oleh ahli teologi serta selanjutnya
menghasilkan karya ilmiah dalam bidang tersebut. Selanjutnya banyak diterbitkan
suntingan-suntingan naskah dengan pembahasan isi ditinjau dari berbagai
disiplin.
Pada periode
mutakhir mulai dirintis telaah naskah-naskah Nusantara dengan analisis
berdasarkan ilmu sastra barat. Banyak terdapat analisis struktural, fungsi, dan
amanat pada naskah-naskah tersebut. Besarnya minat dan kesempatan pada
masa-masa selanjutnya mendorong terbitnya kamus bahasa-bahasa Nusantara. Kajian
terhadap naskahnya juga membuka kebudayaan Nusantara dan mengangkat nilai-nilai
luhur yang tersimpan di dalamnya. Sedangkan dari Indonesia sendiri, tokoh
pribumi yang diakui sebagai ahli filologi adalah Husein Djayadiningrat dengan
penelitian mengenai sejarah Banten.
Sedangkan setelah
perang dunia kedua hanya terdapat sedikit ahli filologi dengan sedikit karya
yang dihasilkan. Selanjutnya setelah perginya nama-nama besar R.M.Ng.
Poerbatjaraka dan Prof. R. Prijana ahli filologi sangat sulit ditemukan. Usaha
mencari karya filologi dari bangsa sendiri bisa dibilang sia-sia. Belum dapat
ditemukan sumbangan yang berarti dalam bidang filologi dari dua universitas
tertua di Indonesia, yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada.
Sehingga sumbangan filologi dalam perkembangan kebudayaan nasional pun hampir
tak ada. Nusantara seharusnya bersyukur atas peninggalan tertulis dari generasi
sebelumnya.
Untuk itu
diperlukan kajian filologi yang memadai sehingga dapat digunakan untuk
mengetahui kebudayaan dan sejarah kehidupan sebelumnya. Sebenarnya kajian
filologi akan sangat berguna juga karena dapat digunakan dalam bidang ilmu
lain. Sayangnya kajian filologi saat ini belum terlihat hasil yang berarti.
Bila saja ilmu filologi dilengkapi dengan ilmu sosial
lainnya seperti arkeologi maupun antropologi, tentu akan didapati hasil yang
lebih baik.
DOWNLOAD MAKALAH INI DALAM FORMAT WORD
DOWNLOAD MAKALAH INI DALAM FORMAT WORD
loading...
Lebih lengkapnya kalau ada referensi
ReplyDeleteijin save yaa,, terimakasih
ReplyDelete