Beberapa waktu lalu, penulis membaca sebuah berita unik dari Timur Tengah. Otoritas Arab Saudi menahan dan mendeportasi tiga pemuda yang berasal dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UAE). Pengusiran yang dilakukan dalam sebuah festival kebudayaan ini dilakukan karena ketiga pemuda tersebut dianggap terlalu ganteng (Lihat Video aksi pengusiran Tiga Pemuga Imarat di Sini). Menurut harian Al-Hayat, pengusiran itu lakukan atas permintaan beberapa tokoh garis keras guna mengantisipasi terjadinya fitnah bagi kaum wanita setempat, mengingat dalam acara tersebut banyak kaum wanita yang hadir.
Barangkali, banyak yang kaget dengan berita seperti ini. Tapi bagi penulis, berita ini mengingatkan pada kisah Nashr Bin Hajjaj yang dideportasi oleh Umar Bin Khattab karena ketampanannya.
Diriwayatkan, pada masa kekhalifahan Umar bin Khttab, ada seorang pria
dari Bani Sulaim yang sangat tampan, namanya Nashr Bin Hajjaj. Karena keelokan paras dan rambutnya, banyak wanita yang tergila-gila.
Syahdan, pada suatu malam, ketika sang Khalifah mengecek kondisi rakyatnya dalam patroli malam, langkah Khalifah Umar bin Khattab r.a terhenti ketika terdengar wanita bersenandung dari bilik sebuah rumah:
Umar terperangah mendengar senandung gadis itu. Ia belum mengenal dan melihat orang yang namanya Nashr Bin Hajjaj. Nama itu masih asing. Tak lama, waktu fajar pun tiba.
Pagi harinya, Khalifah Umar bin Khattab r.a menyuruh orang untuk mencari pria yang bernama Nashr Bin Hajjaj. Tak berapa lama, seorang pembantu Umar menghadapkan pemuda dari Bani Sulaim tersebut ke hadapan Umar. Ternyata itulah Nashr bin Hajjaj.
Berdiri tegap sang pemuda. Beliau r.a memandangnya lekat-lekat. Pemuda yang menakjubkan, ketampanannya mempesona, rambutnya indah. Beliau r.a mengingat syair wanita semalam. Akhirnya sang pemuda diperintahkan Umar untuk memotong rambut.
Tapi apa jadinya? Ternyata Nashr tampak makin tampan setelah memotong rambut. Hal itu diketahui Umar ketika mendengar gadis yang sama menyenandungkan sya’r tentang eloknya Nashr setelah rambutnya dipotong. Gadis itu berkata:
Keesokan harinya, Umar r.a pun menyuruh Nashr untuk mengenakan penutup kepala, namun tetap sajaia terlihat lebih mempesona. Karena Khalifah khawatir timbulnya banyak fitnah dan kemudharatan di kota Madinah, akhirnya Umar r.a pun menyuruh Nashr bin Hajjaj meninggalkan Madinah dan pindah ke Bashrah (Irak). Umar membekalinya untuk keberangkatan tersebut.
Di Bashrah, Nashr dititipkan pada sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri yang selama ini bahagia kehidupannya. Namun lagi-lagi, ketampanan Nashr menimbulkan masalah, karena istri dari tuan rumah tersebut jatuh hati pada Nashr. Dan lebih parah lagi, Nashr pun ternyata juga jatuh hati pada kecantikan dan kebaikan budi istri keluarga tersebut.
Suatu ketika, Nashr berkumpul dengan tuan rumah yang terdiri dari suami dan istri tersebut. Nashr menulis sesuatu dengan tangannnya diatas tanah yang kemudian dijawab oleh sang istri dengan tulisan juga. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itupun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu setelah acara berkumpul tersebut selesai. Sahabatnya mengatakan bahwa tulisan yang terdapat di tanah yang ditulis oleh istrinya dan Nashr berbunyi : “Aku Cinta Padamu..” .
Karena malu (walaupun tidak selingkuh), akhirnya Nashr memutuskan meninggalkan rumah keluarga itu, dan hidup sendiri di sebuah gubuk terpencil. Namun, perasaan cintanya pada sang istri keluarga tersebut tak mampu dia hapus. Nashr menderita karenanya cintanya yang tidak bisa terwujud.
Balada ketampanan dan cinta Nashr Bin Hajjaj ini tercatat dalam sejarah dan kitab-kitab yang dikarang para Ulama, di antaranya dalam Bada’i al Fawaid (Ibn al-Qayyim Al-Jauziyyah), Rûhul Ma’âni (Al-Alusi), Adlwâ’u al Bayân (Al-Syinqithi), dan sanadnya disahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Ishobah.
Wallahu A'lam.
Barangkali, banyak yang kaget dengan berita seperti ini. Tapi bagi penulis, berita ini mengingatkan pada kisah Nashr Bin Hajjaj yang dideportasi oleh Umar Bin Khattab karena ketampanannya.
Diriwayatkan, pada masa kekhalifahan Umar bin Khttab, ada seorang pria
dari Bani Sulaim yang sangat tampan, namanya Nashr Bin Hajjaj. Karena keelokan paras dan rambutnya, banyak wanita yang tergila-gila.
Syahdan, pada suatu malam, ketika sang Khalifah mengecek kondisi rakyatnya dalam patroli malam, langkah Khalifah Umar bin Khattab r.a terhenti ketika terdengar wanita bersenandung dari bilik sebuah rumah:
هل من سبيل إلى الخمر فأشربها؟أو هل من سبيل إلى نصر بن الحجاجأنظـر إلى السحـر يجـري في نواظـرهوانظر إلى دعـجٍ في طـرفـه الساجـيوانظــر إلـى شعــرات فـوق عـارضــــهكأنـــهـن نمــال دب فـي عـاجــي
Adakah jalan untuk minuman memabukkan, agar aku meminumnya?Atau adakah jalan untuk mendapatkan Nashr bin Hajjaj?Lihatlah sihir yang mengalir pada tatapan-tatapannyaDan lihatlah mata hitamnya yang berkedip tenangDan lihap pula rambut di atas wajahnyaBagaikan semut yang mengisi gading-gading indah
Umar terperangah mendengar senandung gadis itu. Ia belum mengenal dan melihat orang yang namanya Nashr Bin Hajjaj. Nama itu masih asing. Tak lama, waktu fajar pun tiba.
Pagi harinya, Khalifah Umar bin Khattab r.a menyuruh orang untuk mencari pria yang bernama Nashr Bin Hajjaj. Tak berapa lama, seorang pembantu Umar menghadapkan pemuda dari Bani Sulaim tersebut ke hadapan Umar. Ternyata itulah Nashr bin Hajjaj.
Berdiri tegap sang pemuda. Beliau r.a memandangnya lekat-lekat. Pemuda yang menakjubkan, ketampanannya mempesona, rambutnya indah. Beliau r.a mengingat syair wanita semalam. Akhirnya sang pemuda diperintahkan Umar untuk memotong rambut.
Tapi apa jadinya? Ternyata Nashr tampak makin tampan setelah memotong rambut. Hal itu diketahui Umar ketika mendengar gadis yang sama menyenandungkan sya’r tentang eloknya Nashr setelah rambutnya dipotong. Gadis itu berkata:
حلـقوا رأســه ليـــكـسـب قــبـحاًغيرة مـــنـهــــم عـليـه وشـحـــاكـان صـبـحـا عـلـيـه لـيـل بـهـيـمفمحــوا لـيـلـه وأبـقــوه صـبـحـــا
Mereka memotong rambutnya agar ia bertambah buruk
Mereka cemburu dan iri pada ketampanannya
Terangnya pagi bercampur pekatnya malam
Mereka buang pekat hingga ia makin cemerlang
Keesokan harinya, Umar r.a pun menyuruh Nashr untuk mengenakan penutup kepala, namun tetap sajaia terlihat lebih mempesona. Karena Khalifah khawatir timbulnya banyak fitnah dan kemudharatan di kota Madinah, akhirnya Umar r.a pun menyuruh Nashr bin Hajjaj meninggalkan Madinah dan pindah ke Bashrah (Irak). Umar membekalinya untuk keberangkatan tersebut.
Di Bashrah, Nashr dititipkan pada sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami istri yang selama ini bahagia kehidupannya. Namun lagi-lagi, ketampanan Nashr menimbulkan masalah, karena istri dari tuan rumah tersebut jatuh hati pada Nashr. Dan lebih parah lagi, Nashr pun ternyata juga jatuh hati pada kecantikan dan kebaikan budi istri keluarga tersebut.
Suatu ketika, Nashr berkumpul dengan tuan rumah yang terdiri dari suami dan istri tersebut. Nashr menulis sesuatu dengan tangannnya diatas tanah yang kemudian dijawab oleh sang istri dengan tulisan juga. Karena buta huruf, suami yang sudah curiga itupun memanggil sahabatnya untuk membaca tulisan itu setelah acara berkumpul tersebut selesai. Sahabatnya mengatakan bahwa tulisan yang terdapat di tanah yang ditulis oleh istrinya dan Nashr berbunyi : “Aku Cinta Padamu..” .
Karena malu (walaupun tidak selingkuh), akhirnya Nashr memutuskan meninggalkan rumah keluarga itu, dan hidup sendiri di sebuah gubuk terpencil. Namun, perasaan cintanya pada sang istri keluarga tersebut tak mampu dia hapus. Nashr menderita karenanya cintanya yang tidak bisa terwujud.
Balada ketampanan dan cinta Nashr Bin Hajjaj ini tercatat dalam sejarah dan kitab-kitab yang dikarang para Ulama, di antaranya dalam Bada’i al Fawaid (Ibn al-Qayyim Al-Jauziyyah), Rûhul Ma’âni (Al-Alusi), Adlwâ’u al Bayân (Al-Syinqithi), dan sanadnya disahihkan oleh Ibnu Hajar dalam Al-Ishobah.
Wallahu A'lam.
loading...
0 komentar:
Post a Comment
Artikel ini belum lengkap tanpa komentar anda!
Silahkan berkomentar yang santun dan cerdas, tidak menghina, tidak memaki dan tidak menyebar kebencian. Terima kasih